Berdasarkan referensi dari dr. Muharam, kami menemui Androlog dr. Indra G. Mansyur di RS Sayyidah, Pondok Kelapa. Di sana, suami dicek sperma ulang, diberi beberapa obat, lalu bulan berikutnya cek sperma lagi. Hasilnya tidak banyak berubah.
Karena tempat praktek yang terlalu jauh dari rumah, plus kami kurang sreg dengan dokternya, selanjutnya kami konsul dengan Prof. Nukman Moeloek, Androlog yang sangat terkenal di jagat raya internet.
Dengan Prof. Nukman, suami dikasi obat lagi, disuruh cek sperma setiap bulan, dan hampir setiap bulan juga obatnya berganti-ganti dan selalu bermacam-macam. Cukup lama suami berobat di sana, hasilnya tetap tidak ada perbaikan, malah sedikit demi sedikit turun terus. Sudah mulai hopeless.
Karena tempat praktek yang terlalu jauh dari rumah, plus kami kurang sreg dengan dokternya, selanjutnya kami konsul dengan Prof. Nukman Moeloek, Androlog yang sangat terkenal di jagat raya internet.
Dengan Prof. Nukman, suami dikasi obat lagi, disuruh cek sperma setiap bulan, dan hampir setiap bulan juga obatnya berganti-ganti dan selalu bermacam-macam. Cukup lama suami berobat di sana, hasilnya tetap tidak ada perbaikan, malah sedikit demi sedikit turun terus. Sudah mulai hopeless.
Sambil terapi sperma, saya terus baca-baca berbagai blog dan forum-forum TTC di internet, browsing sana sini nggak ada henti. Akhirnya kami berpikir mungkin memang sudah saatnya untuk langsung IVF, sesuai note pada hasil cek sperma suami pertama kali di Klinik Yasmin. Daripada menghabiskan waktu ke sana ke mari untuk berusaha memperbaiki sperma, yang sampai saat ini nggak juga membuahkan perbaikan. Malah buang-buang waktu, mengingat umur juga jalan terus.
Saya mulai riset pusat-pusat IVF di Jakarta dan dokternya. Alternatifnya saat itu :
- Klinik Yasmin, RSCM Kencana - Klinik Morula di Bunda International Clinic
- RSIA Family (klinik Family Fertility Center)
- RS Gading Pluit (klinik Teratai)
Cerita selanjutnya tentang IVF pertama kami, di Chapter berikutnya ya....