Saya percaya pengalaman buruk atau tidak mengenakkan selalu meninggalkan pelajaran bagi yang menjalaninya. kalau kita mau mencoba melihatnya lebih dalam.
Pengalaman saya baru ketemu jodoh di umur 30+ mengajari saya menahan mulut untuk tidak bertanya kepada teman/saudara yang masih single "Kapan nih undangannya?" atau "Gimana, udah dapet pacar?".
Pengalaman saya menunggu hampir 6,5 tahun baru akhirnya dikasi anak oleh Tuhan (yang di-bold ini perlu penekanan soalnya banyak orang suka lupa kalau anak itu hak prerogatif Tuhan jadi sibuk nanyaaaa melulu ke yang bersangkutan) mengajari saya menahan mulut untuk tidak bertanya "Udah isi belum?, atau "Kapan nih...? (sambil elus2 perut si "korban").
Pengalaman saya punya anak yang kulitnya suka merah2 sehingga sering mengundang perhatian orang mengajari saya untuk tidak bertanya atau mengomentari apa yang aneh/kurang dari seseorang, tetapi mencoba mencari hal baik yang bisa dijadikan bahan pembicaraan (kalau memang harus banget ngajak ngobrol). Misalnya nih, lihat muka anak saya merah2, nggak usah lah komentar "Mukanya merah banget yaa....", kalau memang pengen banget basa basi tanya aja namanya siapa, atau umurnya berapa. Terus kalau minggu depan atau bulan depan ketemu lagi, nggak usah lah bilang "Masih merah2 yaaa...", you have no idea how it used to be much worse than it is now, and how much effort I put into it. Kalau nggak bisa cari perkataan yang membesarkan hati, mending nggak usah ngomong apa2 deh, serius...!
No comments:
Post a Comment