Kami sudah beli tiket pulang ke Jakarta untuk hari Senin, 22 Agustus. Sebenarnya masih ada rasa takut untuk pulang. Saya kebayang kalau tiba-tiba saya makin sesak napas saat penerbangan, atau saya kesakitan, atau hal-hal mengerikan lainnya, siapa yang akan nolongin? Tapi di sisi lain, saya sudah ingin banget pulang ke rumah, sudah bosan...
Hari Minggu malam saya uji coba pergi makan ke food court dekat apartemen. Ini adalah kali pertama saya keluar rumah sejak pulang dari RS. Saya jalan pelan-pelan, walaupun masih agak sesak namun sudah berkurang. Ternyata saya survive jalan ke dan dari food court, jadi saya makin confident untuk pulang ke Jakarta keesokan harinya.
Di bandara, saya menggunakan kursi roda karena masih belum kuat jalan jauh-jauh. Puji Tuhan, penerbangan lancar walaupun saat terbang saya sempat serba salah dengan posisi duduk, perut dan pinggang kanan saya sakittt sekali, akhirnya saya minum Tramadol. Jam 8 malam keluar dari bandara dengan selamat, it's good to be back in Jakarta. Terima kasih Tuhannn...
Selama tanggal 23-27 Agustus, perut saya berangsur-angsur mengecil. Hari Minggu, 28 Agustus saya mens dan hari ini lah gejala OHSS benar-benar sudah menghilang, ukuran perut akhirnya kembali normal, phewwww....
Sunday, August 28, 2016
Sunday, August 21, 2016
OHSS is really kicking in!
Kamis, 18 Agustus pagi-pagi setelah sarapan saya muntah. Habis itu, saya coba makan lagi, dan muntah lagi huhuhu. Ukuran perut masih konstan, belum mengecil.
Jumat, 19 Agustus pagi dan siang kembali saya muntah-muntah. Berusaha untuk makan tapi susah banget masuknya, padahal perut lapar. Ukuran perut yang saya kira sudah akan mulai mengecil ternyata justru makin membesar, 86/88 cm. Sakitnya nggak usah ditanya.. :(
Saat makan malam, saya merasa semakin sesak dan mata berkunang-kunang. Rasanya mulai panik, dan napas semakin pendek. Akhirnya saya bilang ke suami supaya kami pergi ke UGD saja, karena saya takut kenapa-napa. Suami cepat-cepat selesaikan makannya lalu kami jalan keluar apartemen untuk cari Uber. Saya jalan susah payah karena napas benar-benar sesak dan ukuran perut yang besar bikin kulit dan seluruh perut sakittt.
Sampai di UGD jam 21.00, ramai bangetttt, saya rasanya tambah panik. Namun untungnya saya langsung diwawancara oleh suster yang stand by di counter, mungkin karena dia lihat muka saya pucat banget dan sesak napas. Saat wawancara, untungnya si suster ngerti OHSS. Dia bilang akan cari file saya dulu lalu kemudian menghubungi dr. Ng.
Saya menunggu sampai jam 22.30, kemudian saya dipanggil masuk ke ruangan dan diminta berbaring. Seorang suster mendatangi saya, sambil senyum dia bilang "Pregnant ya?", saya langsung kaget dong. Soalnya saat wawancara awal tadi, saya sudah sampaikan bahwa saya pasien IVF dan baru OPU tanggal 15 Agustus lalu, nggak mungkin dong sekarang saya sudah hamil. Saya jawab ke si suster, ini bukan pregnant, ini bloated, OHSS. Saya sampaikan kembali bahwa saya baru OPU 4 hari yang lalu. Si suster mesem-mesem dan minta maaf.
Nggak lama kemudian dokter dateng, suster yang tadi bilang ke dokter kalo saya tidak hamil. Si dokter kaget banget, "Hah? Not pregnant?". Terus si dokter memanggil seorang suster lagi yang juga ada di dalam ruangan, kemudian ngomong dengan nada complain "She's not pregnant!!". Dokternya kaya kesel gitu. Terus dia bilang kalo gitu nggak usah USG. Setelah itu, baru dia menghadap ke saya dan bilang "Now you need to tell me what you feel!". Heh?? Bukannya dari awal saya sudah sampaikan semua apa yang saya rasakan? Akhirnya saya ulang lagi, saya kasitau kalau saya sesak, perut kembung besar, gejala OHSS. Waktu saya sebut OHSS, dia kaya nggak ngeh, "Ha?", saya ulang lagi "OHSS", si dokter masih nggak ngeh kemudian dia nengok ke suster pertama yang tadi nanya "Pregnant ya?" ke saya. Si suster jelasin ke si dokter, "It's a side effect from IVF's drugs.". Di titik ini saya tambah paniiiiik, saya mikir siapa yang bakal nolongin saya niii, OHSS aja dokternya nggak ngerti huhuhu.
Saya lanjut jelasin lagi ke si dokter kalau dr. Ng nyuruh saya banyak makan protein, tapi karena mual dan kembung jadinya saya nggak bisa makan banyak-banyak. Saya tembak langsung aja "So maybe you can give me some drip to help?". Eh dokternya dengan judesnya nanya balik "What drip?". Saya jawab lagi "Maybe Albumin? I had OHSS once in Jakarta and they gave me Albumin.", padahal sih saya ngarang aja. Saya belum pernah OHSS parah sampai dikasi Albumin, saya cuma baca di internet aja :D. Terus yaa si dokter nanya lagi, "So you want to be admitted to the ward?". Makin lama saya makin bingung, ini di UGD kok kaya di restoran ya, pasien yang ditanya-tanya mau pesen apa Saya mana tau doook baiknya gimana, saya cuma mau ditolong biar baikannnn, grrrrr. Saya akhirnya bilang mungkin bisa ditanya ke dr. Ng. Dan tau dokternya jawab apa? "Well he's not here..!".
Long story short, akhirnya saya disuruh rawat inap berdasarkan instruksi dr. Ng. Urus administrasi dulu di bagian Admission, dimintai deposit RM 7000 yang sempet bikin jantung berdetak kencang, gilaaa saya kan cuma OHSS, bukan mau laparoskopi, masa depositnya gede bangeeet. Untungnya akhirnya boleh masuk dengan deposit "cuma" RM 4000. Jam 12 malam teng saya masuk ruangan Obstetric & Gynaecology Ward, saya ambil kamar yang berdua. Ternyataaa suami nggak boleh nungguin, yang boleh nungguin cuma perempuan, huhuhuuu. Padahal saya lagi panik-paniknya karena sesak napas. Suami balik ke apartemen dulu untuk ambil beberapa keperluan saya, langsung balik lagi ke RS, terus pulang lagi.
Semalaman saya nggak tidur SAMA SEKALI. Posisi tempat tidur RS malah bikin nggak ada posisi yang cukup nyaman buat saya yang lagi sesak napas dan perut kembung. Kalau terlalu rebah, saya makin sesak. Kalau terlalu tegak, perut saya ketekan jadi makin sakit. Aarrgghhhh..menderita banget. Jam 6 pagi saya udah berdiri di samping jendela, sebentar-sebentar duduk, kemudian berdiri lagi. Mana saya diare, mungkin tiap 15 menit saya geret-geret tiang infus untuk ke kamar mandi.
Pagi-pagi hari Sabtu, 20 Agustus, saya sudah bertekad mau minta pulang aja. Entah kenapa, nginap di RS rasanya malah makin horor, mana nggak bisa istirahat sama sekali. Dari pagi saya sudah bolak-balik nanya ke suster, kapan dr. Ng akan visit. dateng. Asliii saya nggak betah banget di RS, dan ternyata toh saya nggak di-"obati" apa-apa, hanya diinfus obat anti mual dan NaCl untuk menambah cairan, dan dipantau ukuran perut setiap sekian jam. Mungkin memang kondisi OHSS saya nggak separah itu untuk langsung dikasi Albumin (yang notabene harganya cukup mahal). Saking nggak tenangnya, saya sampai email Miss Low untuk minta dia mengingatkan dr. Ng supaya visit wkwkwk.
Jam 11, suami saya minta untuk telpon IVF Center menanyakan kabar embrio, sementara saya ke toilet saking deg-degannya :D. Ternyata katanya embriologis masih sibuk, diminta telpon kembali di atas jam 12. Jam 12 suami telpon lagi, katanya ada 4 blastosis yang di-freeze. Saya sama suami langsung peluk-pelukan terharu, saya sampai nangis..soalnya sebelumnya saya takut banget mikirin gimana kalau tidak ada embrio yang survive sama sekali.
Jam 1 akhirnya dr. Ng dateeeeng. Hal pertama yang dia bilang "I thought you had already gone home" wkwkwk. Saya seger-segerin muka dan bilang kalau kami sudah beli tiket pulang untuk besok, jadi boleh pulang kan yaaa dok? I'll try to drink more. Dia bilang ya ok aja, cuma setelah melihat grafik ukuran perut saya sejak semalam - pagi ini, dia pesan begini :
- But your condition is going to get worse in the next few days. You have to drink lots of fruit juice and soy milk.
- Kalau tambah parah, paru2 kamu bisa terendam cairan, terus harus ditusuk untuk buang cairannya.
- Terus kamu bisa kena DVT, blood clot, you know? So you have to move your legs.
- Kalau di Jakarta tambah parah dan butuh dokter, kamu harus cari dokter yang ngerti OHSS, kalau nggak ngerti nanti dikira perut kamu banyak kista terus langsung dioperasi.
- Jangan urut perut!!
- Istirahat 1-2 bulan baru kemudian FET
Haisshhh...serem-serem amat sih dokkk. Saya sih iya-iya aja padahal di dalam hati jiperrr. Asliii sebenernya takutttt banget. Waktu nungguin suami menyelesaikan pembayaran dan nebus obat, saya di kamar deg-degan parahh. Saya mikir apakah pulang ke apartemen adalah keputusan yang tepat. Bagaimana kalau nanti di apartemen saya justru makin sesak, makin parah seperti kata dr. Ng? Bagaimana kalau saya nanti nggak kuat jalan ke RS, apa suami bisa nolongin saya sendirian? Huhuhuu asli parnooo...cuma saya tetap memberanikan diri untuk pulang karena berpikir di RS nggak bisa istirahat sama sekali, bahkan posisi berbaring pun tidak ada yang cukup nyaman bagi saya.
Jam 3 sore pulang dari RS. Sampai di apartemen, saya bertekad baja untuk lebih banyak minum susu kedelai dan jus seperti pesan dr. Ng. Putih telur juga saya makanin dengan penuh semangat. Bahkan sampai saya blender bersama dengan susu kedelai biar bisa keminum. Hari di mana saya ke UGD, memang saya sudah mulai kendor makan putih telurnya karena sudah bener-bener eneg plus perut yang makin kembung bikin cepat kenyang.
Saya atur mindset saya untuk tidak merasa terganggu dengan sesak napas yang ada. Karena kadang-kadang, rasa takut terhadap sesak napas justru lebih mengganggu dibanding sesak napasnya. Saya ingat-ingat saja masa kecil saya yang sering mengalami asma, sampai semalaman tidak tidur karena tidak bisa berbaring. Saya pikir, dulu saja saya nggak mati kok, apalagi sekarang :D. Asli saya sebenarnya takut mati, takut sesak napas banget sampai nggak bisa napas terus mati, hehehe. Tapi puji Tuhan, sore itu justru saya bisa tidur dengan posisi hampir berbaring normal, sama sekali tidak terganggu rasa sesak napas.
Betul yang dr. Ng bilang kalau "It's gonna get worse", hari ini perut saya mencapai ukuran terbesar, 89/90 cm.
Jumat, 19 Agustus pagi dan siang kembali saya muntah-muntah. Berusaha untuk makan tapi susah banget masuknya, padahal perut lapar. Ukuran perut yang saya kira sudah akan mulai mengecil ternyata justru makin membesar, 86/88 cm. Sakitnya nggak usah ditanya.. :(
Saat makan malam, saya merasa semakin sesak dan mata berkunang-kunang. Rasanya mulai panik, dan napas semakin pendek. Akhirnya saya bilang ke suami supaya kami pergi ke UGD saja, karena saya takut kenapa-napa. Suami cepat-cepat selesaikan makannya lalu kami jalan keluar apartemen untuk cari Uber. Saya jalan susah payah karena napas benar-benar sesak dan ukuran perut yang besar bikin kulit dan seluruh perut sakittt.
Sampai di UGD jam 21.00, ramai bangetttt, saya rasanya tambah panik. Namun untungnya saya langsung diwawancara oleh suster yang stand by di counter, mungkin karena dia lihat muka saya pucat banget dan sesak napas. Saat wawancara, untungnya si suster ngerti OHSS. Dia bilang akan cari file saya dulu lalu kemudian menghubungi dr. Ng.
Saya menunggu sampai jam 22.30, kemudian saya dipanggil masuk ke ruangan dan diminta berbaring. Seorang suster mendatangi saya, sambil senyum dia bilang "Pregnant ya?", saya langsung kaget dong. Soalnya saat wawancara awal tadi, saya sudah sampaikan bahwa saya pasien IVF dan baru OPU tanggal 15 Agustus lalu, nggak mungkin dong sekarang saya sudah hamil. Saya jawab ke si suster, ini bukan pregnant, ini bloated, OHSS. Saya sampaikan kembali bahwa saya baru OPU 4 hari yang lalu. Si suster mesem-mesem dan minta maaf.
Nggak lama kemudian dokter dateng, suster yang tadi bilang ke dokter kalo saya tidak hamil. Si dokter kaget banget, "Hah? Not pregnant?". Terus si dokter memanggil seorang suster lagi yang juga ada di dalam ruangan, kemudian ngomong dengan nada complain "She's not pregnant!!". Dokternya kaya kesel gitu. Terus dia bilang kalo gitu nggak usah USG. Setelah itu, baru dia menghadap ke saya dan bilang "Now you need to tell me what you feel!". Heh?? Bukannya dari awal saya sudah sampaikan semua apa yang saya rasakan? Akhirnya saya ulang lagi, saya kasitau kalau saya sesak, perut kembung besar, gejala OHSS. Waktu saya sebut OHSS, dia kaya nggak ngeh, "Ha?", saya ulang lagi "OHSS", si dokter masih nggak ngeh kemudian dia nengok ke suster pertama yang tadi nanya "Pregnant ya?" ke saya. Si suster jelasin ke si dokter, "It's a side effect from IVF's drugs.". Di titik ini saya tambah paniiiiik, saya mikir siapa yang bakal nolongin saya niii, OHSS aja dokternya nggak ngerti huhuhu.
Saya lanjut jelasin lagi ke si dokter kalau dr. Ng nyuruh saya banyak makan protein, tapi karena mual dan kembung jadinya saya nggak bisa makan banyak-banyak. Saya tembak langsung aja "So maybe you can give me some drip to help?". Eh dokternya dengan judesnya nanya balik "What drip?". Saya jawab lagi "Maybe Albumin? I had OHSS once in Jakarta and they gave me Albumin.", padahal sih saya ngarang aja. Saya belum pernah OHSS parah sampai dikasi Albumin, saya cuma baca di internet aja :D. Terus yaa si dokter nanya lagi, "So you want to be admitted to the ward?". Makin lama saya makin bingung, ini di UGD kok kaya di restoran ya, pasien yang ditanya-tanya mau pesen apa Saya mana tau doook baiknya gimana, saya cuma mau ditolong biar baikannnn, grrrrr. Saya akhirnya bilang mungkin bisa ditanya ke dr. Ng. Dan tau dokternya jawab apa? "Well he's not here..!".
Long story short, akhirnya saya disuruh rawat inap berdasarkan instruksi dr. Ng. Urus administrasi dulu di bagian Admission, dimintai deposit RM 7000 yang sempet bikin jantung berdetak kencang, gilaaa saya kan cuma OHSS, bukan mau laparoskopi, masa depositnya gede bangeeet. Untungnya akhirnya boleh masuk dengan deposit "cuma" RM 4000. Jam 12 malam teng saya masuk ruangan Obstetric & Gynaecology Ward, saya ambil kamar yang berdua. Ternyataaa suami nggak boleh nungguin, yang boleh nungguin cuma perempuan, huhuhuuu. Padahal saya lagi panik-paniknya karena sesak napas. Suami balik ke apartemen dulu untuk ambil beberapa keperluan saya, langsung balik lagi ke RS, terus pulang lagi.
Semalaman saya nggak tidur SAMA SEKALI. Posisi tempat tidur RS malah bikin nggak ada posisi yang cukup nyaman buat saya yang lagi sesak napas dan perut kembung. Kalau terlalu rebah, saya makin sesak. Kalau terlalu tegak, perut saya ketekan jadi makin sakit. Aarrgghhhh..menderita banget. Jam 6 pagi saya udah berdiri di samping jendela, sebentar-sebentar duduk, kemudian berdiri lagi. Mana saya diare, mungkin tiap 15 menit saya geret-geret tiang infus untuk ke kamar mandi.
Pagi-pagi hari Sabtu, 20 Agustus, saya sudah bertekad mau minta pulang aja. Entah kenapa, nginap di RS rasanya malah makin horor, mana nggak bisa istirahat sama sekali. Dari pagi saya sudah bolak-balik nanya ke suster, kapan dr. Ng akan visit. dateng. Asliii saya nggak betah banget di RS, dan ternyata toh saya nggak di-"obati" apa-apa, hanya diinfus obat anti mual dan NaCl untuk menambah cairan, dan dipantau ukuran perut setiap sekian jam. Mungkin memang kondisi OHSS saya nggak separah itu untuk langsung dikasi Albumin (yang notabene harganya cukup mahal). Saking nggak tenangnya, saya sampai email Miss Low untuk minta dia mengingatkan dr. Ng supaya visit wkwkwk.
Jam 11, suami saya minta untuk telpon IVF Center menanyakan kabar embrio, sementara saya ke toilet saking deg-degannya :D. Ternyata katanya embriologis masih sibuk, diminta telpon kembali di atas jam 12. Jam 12 suami telpon lagi, katanya ada 4 blastosis yang di-freeze. Saya sama suami langsung peluk-pelukan terharu, saya sampai nangis..soalnya sebelumnya saya takut banget mikirin gimana kalau tidak ada embrio yang survive sama sekali.
Jam 1 akhirnya dr. Ng dateeeeng. Hal pertama yang dia bilang "I thought you had already gone home" wkwkwk. Saya seger-segerin muka dan bilang kalau kami sudah beli tiket pulang untuk besok, jadi boleh pulang kan yaaa dok? I'll try to drink more. Dia bilang ya ok aja, cuma setelah melihat grafik ukuran perut saya sejak semalam - pagi ini, dia pesan begini :
- But your condition is going to get worse in the next few days. You have to drink lots of fruit juice and soy milk.
- Kalau tambah parah, paru2 kamu bisa terendam cairan, terus harus ditusuk untuk buang cairannya.
- Terus kamu bisa kena DVT, blood clot, you know? So you have to move your legs.
- Kalau di Jakarta tambah parah dan butuh dokter, kamu harus cari dokter yang ngerti OHSS, kalau nggak ngerti nanti dikira perut kamu banyak kista terus langsung dioperasi.
- Jangan urut perut!!
- Istirahat 1-2 bulan baru kemudian FET
Haisshhh...serem-serem amat sih dokkk. Saya sih iya-iya aja padahal di dalam hati jiperrr. Asliii sebenernya takutttt banget. Waktu nungguin suami menyelesaikan pembayaran dan nebus obat, saya di kamar deg-degan parahh. Saya mikir apakah pulang ke apartemen adalah keputusan yang tepat. Bagaimana kalau nanti di apartemen saya justru makin sesak, makin parah seperti kata dr. Ng? Bagaimana kalau saya nanti nggak kuat jalan ke RS, apa suami bisa nolongin saya sendirian? Huhuhuu asli parnooo...cuma saya tetap memberanikan diri untuk pulang karena berpikir di RS nggak bisa istirahat sama sekali, bahkan posisi berbaring pun tidak ada yang cukup nyaman bagi saya.
Jam 3 sore pulang dari RS. Sampai di apartemen, saya bertekad baja untuk lebih banyak minum susu kedelai dan jus seperti pesan dr. Ng. Putih telur juga saya makanin dengan penuh semangat. Bahkan sampai saya blender bersama dengan susu kedelai biar bisa keminum. Hari di mana saya ke UGD, memang saya sudah mulai kendor makan putih telurnya karena sudah bener-bener eneg plus perut yang makin kembung bikin cepat kenyang.
Saya atur mindset saya untuk tidak merasa terganggu dengan sesak napas yang ada. Karena kadang-kadang, rasa takut terhadap sesak napas justru lebih mengganggu dibanding sesak napasnya. Saya ingat-ingat saja masa kecil saya yang sering mengalami asma, sampai semalaman tidak tidur karena tidak bisa berbaring. Saya pikir, dulu saja saya nggak mati kok, apalagi sekarang :D. Asli saya sebenarnya takut mati, takut sesak napas banget sampai nggak bisa napas terus mati, hehehe. Tapi puji Tuhan, sore itu justru saya bisa tidur dengan posisi hampir berbaring normal, sama sekali tidak terganggu rasa sesak napas.
Betul yang dr. Ng bilang kalau "It's gonna get worse", hari ini perut saya mencapai ukuran terbesar, 89/90 cm.
Wednesday, August 17, 2016
2 days post OPU
Hari ini Rabu, jadwalnya ketemu dr. Ng, waktu OPU day dikasitau oleh suster untuk datang jam 16.00. Nyeri-nyeri di perut dan sekitar pinggang akibat OPU sudah tidak terasa, digantikan dengan rasa kembung. Ukuran perut juga mulai membesar. Karena antisipasi OHSS, saya bawa meteran kain dari Jakarta dan begitu pulang dari OPU saya langsung ukur perut, ukurannya saat itu pinggang/perut 77/84 cm. Siang hari ini ukurannya 79/86 cm. Napas terasa mulai sesak, makan jadi nggak kuat banyak. Satu porsi char kway teow untuk makan siang baru habis malam hari, karena setiap kali makan cuma kuat 2-3 sendok.
Sebelum ke klinik dr. Ng, kami ke IVF Center terlebih dahulu untuk tanda tangan kontrak embryo freezing walaupun jumlah embrio yang dibekukan baru akan diketahui tanggal 19 Agustus, 5 hari setelah OPU. Kabar yang kami dapat baru seperti ini :
Dari 20 telur yang di-OPU, 15 di-ICSI, 12 yang terbuahi
Sampai di klinik, suami lapor ke suster kalau saya kurang sehat, kembung dan lemas. Sekitar jam 16.30 ketemu dr.Ng, kembali dijelaskan bahwa untuk kondisi saya, keputusan terbaik adalah menunda ET. Hasil progesteron 2,63, yang artinya rahim saya sudah "terlalu matang", usianya tidak match dengan usia embrio yang akan dimasukkan. Dia cek perut saya, katanya kembung akibat OHSS. Menurut dr. Ng, OHSS ini akan membaik/menghilang di akhir minggu (sekarang hari Rabu). Dia cek lidah saya katanya dehidrasi, katanya harus banyak minum jus buah dan susu kedelai serta makan tinggi protein. Pulangnya diresepin obat anti mual kalau saya merasa mual dan bubuk elektrolit semacam oralit utk diminum 3x sehari. Saat bayar obat, sekaligus juga bayar biaya Embryo Freezing sebesar RM 2.500 untuk kontrak 5 tahun.
Malam hari, ukuran pinggang/perut kembali bertambah besar menjadi 83/87.5. Napas mulai makin sesak, perut semakin ketarik sehingga rasanya sakit banget seperti mau pecah. Jalan jadi nggak bisa tegak, harus menunduk.
Selama OHSS, saya makan 4-5 putih telur sehari, minum susu kedelai 3 botol sehari @250 ml, jus buah 2x sehari @500 ml.
Biaya : RM 2514
Sebelum ke klinik dr. Ng, kami ke IVF Center terlebih dahulu untuk tanda tangan kontrak embryo freezing walaupun jumlah embrio yang dibekukan baru akan diketahui tanggal 19 Agustus, 5 hari setelah OPU. Kabar yang kami dapat baru seperti ini :
Dari 20 telur yang di-OPU, 15 di-ICSI, 12 yang terbuahi
Sampai di klinik, suami lapor ke suster kalau saya kurang sehat, kembung dan lemas. Sekitar jam 16.30 ketemu dr.Ng, kembali dijelaskan bahwa untuk kondisi saya, keputusan terbaik adalah menunda ET. Hasil progesteron 2,63, yang artinya rahim saya sudah "terlalu matang", usianya tidak match dengan usia embrio yang akan dimasukkan. Dia cek perut saya, katanya kembung akibat OHSS. Menurut dr. Ng, OHSS ini akan membaik/menghilang di akhir minggu (sekarang hari Rabu). Dia cek lidah saya katanya dehidrasi, katanya harus banyak minum jus buah dan susu kedelai serta makan tinggi protein. Pulangnya diresepin obat anti mual kalau saya merasa mual dan bubuk elektrolit semacam oralit utk diminum 3x sehari. Saat bayar obat, sekaligus juga bayar biaya Embryo Freezing sebesar RM 2.500 untuk kontrak 5 tahun.
Malam hari, ukuran pinggang/perut kembali bertambah besar menjadi 83/87.5. Napas mulai makin sesak, perut semakin ketarik sehingga rasanya sakit banget seperti mau pecah. Jalan jadi nggak bisa tegak, harus menunduk.
Selama OHSS, saya makan 4-5 putih telur sehari, minum susu kedelai 3 botol sehari @250 ml, jus buah 2x sehari @500 ml.
Biaya : RM 2514
Monday, August 15, 2016
OPU Day!!!
Today's OPU day...!
Saya sampai di Admission jam 07.40, ternyata ramai bangeeett. Saya udah anxious banget, gimana kalau saya belum dipanggil-panggil, terus telat untuk jadwal OPU-nya, huhuhuuu...pokoknya semua pikiran negatif bermunculan. Duduk nggak bisa tenang, jantung berdebar-debar. Duhhh..kenapa ya saya nggak bisa jadi orang yang lebih santai.. :D
Akhirnya jam 08.20 baru dipanggil, isi-isi data, dimintain paspor (lagi). Suami nggak bawa paspor, untung aja kita ada fotonya jadi bisa lihat nomornya. Padahal waktu daftar jadi pasien pertama kali, semua data kan sudah dicatat ya. Seharusnya saat ini saya diminta untuk deposit RM 6.200 namun karena saya sudah setor deposit sebelumnya, saya tinggal tunjukkan receipt-nya. Beres.....
Kami diantar oleh petugas ke kamar 627, ward 6B. Saat tiba di sana, sudah jam 08.30. Saya diwawancara suster seputar riwayat kesehatan dan alergi, dipasangi gelang nama, dan dikasi hospital gown untuk ganti baju. Karena sudah jam 08.30, suami sudah harus pergi ke Pusat IVF untuk setor sperma. Saya ditinggal sendirian. Aduhh deg-degan banget rasanya. Saya coba tiduran sebentar, tapi nggak betah. Akhirnya saya berdiri aja, mondar-mandir di dalam ruangan, lihat-lihat ke jendela, foto-foto. Pokoknya berdebarrr bangettttt...Kenapa berdebar? Karena saya nggak yakin nanti waktu OPU saya bakalan beneran pingsan. Berdasarkan cerita sekian banyak orang yang sudah pernah OPU di LWE, pengalamannya beda-beda. Ada yang nggak sadar sama sekali, ada yang sadar tapi nggak merasa sakit, ada yang sadar dan kesakitan. Huaaaa....Kalau IVF 1 dan 2 dulu di Jakarta, saya nggak nervous sama sekali karena saya tahu saya bakal pingsan selama OPU, hehehe. Sementara ini, dududu..kalau sadar nanti gimana....takuttt...
Jam 08.55 suster pasang jarum di tangan terus disuntikkan obat antibiotik. Ada petugas yang datang menawarkan kalau saya ingin pesan makan siang dari RS, harganya RM 30, saya bilang nggak usah, nanti suami beli di luar saja.
Jam 09.15 saya disuruh naik ke bed beroda, kemudian saya didorong ke luar. Saya kira sudah mau berangkat untuk OPU, ternyata masih parkir dulu di luar ruangan, di samping meja suster. Di situ, saya disuntik pain killer di pantat. Susternya pas mau nusuk nggak bilang-bilang, jadi asli saya kaget bangettt. Terus disuntikkan 3 spuit obat, kalau nggak salah nangkep omongan suster sih katanya antibiotik lagi. Masih nunggu...kepala mulai agak berat, tapi nggak ngantuk. Saya coba merem-merem biar ketiduran, tapi nggak bisa. Karena rasanya memang nggak ngantuk sama sekali. Saya coba cubit-cubit paha dan tangan, apa memang sudah mulai berkurang sensitivitas terhadap rasa sakit, tapi kok masih aja terasa sakit...hahaha iseng banget ya...saking parnonya....I hate waiting!!! I suck badly in it.
Kira-kira 30 menit kemudian, ini perkiraan kasar banget karena saya sudah nggak pakai jam, nggak pegang HP, dan tidak bisa lihat jam di ruangan, saya didorong ke Pusat IVF di lantai 3. Pas nyampe sana, saya cari-cari suami tapi nggak kelihatan. Saya sempet lihat orang yang sebelum saya didorong keluar, orangnya udah melek gitu, kelihatan seger. OMG!!! Yang menyambut saya di ruangan tempat OPU adalah suster Sujada. Bed saya didorong masuk, lalu pintu ditutup. Ruangannya sempit. Menegangkannn....no body says anything. Saya ditensi, lalu disuntikkan obat tidur. Saya belum sempat jatuh tertidur, dr. Ng sudah duduk di depan saya dan mulai memasang cocor bebek. Terus habis itu kayanya sih saya tertidur. Memori berikutnya yang saya ingat adalah saya merasa kesakitan karena "dikerjain" di bawah sana, mengaduh-aduh, dan suster Sujada mengelus-elus bahu saya, kalau nggak salah bilang "Sabar ya...", atau "Sebentar lagi ya...", antara itu lah..hehehe. Tapi mata saya terpejam.
Jam 11 selesai, didorong kembali ke ruangan, rasanya ngantuk beratttt. Saya tertidur lagi, bangun-bangun jam 2. Makan makanan yang dibeli suami di luar, dan minum Milo hangat dari RS.
Sambil menunggu suster datang, suami diminta menebus obat dan menyelesaikan pembayaran. Ternyata deposit yang sudah kami siapkan untuk embryo freezing dikembalikan, hehehe. Katanya nanti saja...Obat yang dikasi adalah antibiotik Zinnat untuk 2 hari dan 1 strip Tramadol (penghilang rasa sakit).
Jam 5 sore suster Sujada baru datang. Hasil OPU tadi dapat 20 telur. Rabu diminta datang untuk ketemu dr. Ng jam 2 siang. Habis itu saya sudah boleh pulang. Saya jalan ke lobby dengan tertatih-tatih karena perut bawah masih terasa sakit. Suami pesan Uber untuk mengantar ke apartemen.
Biaya : RM 5974
Saya sampai di Admission jam 07.40, ternyata ramai bangeeett. Saya udah anxious banget, gimana kalau saya belum dipanggil-panggil, terus telat untuk jadwal OPU-nya, huhuhuuu...pokoknya semua pikiran negatif bermunculan. Duduk nggak bisa tenang, jantung berdebar-debar. Duhhh..kenapa ya saya nggak bisa jadi orang yang lebih santai.. :D
Akhirnya jam 08.20 baru dipanggil, isi-isi data, dimintain paspor (lagi). Suami nggak bawa paspor, untung aja kita ada fotonya jadi bisa lihat nomornya. Padahal waktu daftar jadi pasien pertama kali, semua data kan sudah dicatat ya. Seharusnya saat ini saya diminta untuk deposit RM 6.200 namun karena saya sudah setor deposit sebelumnya, saya tinggal tunjukkan receipt-nya. Beres.....
Kami diantar oleh petugas ke kamar 627, ward 6B. Saat tiba di sana, sudah jam 08.30. Saya diwawancara suster seputar riwayat kesehatan dan alergi, dipasangi gelang nama, dan dikasi hospital gown untuk ganti baju. Karena sudah jam 08.30, suami sudah harus pergi ke Pusat IVF untuk setor sperma. Saya ditinggal sendirian. Aduhh deg-degan banget rasanya. Saya coba tiduran sebentar, tapi nggak betah. Akhirnya saya berdiri aja, mondar-mandir di dalam ruangan, lihat-lihat ke jendela, foto-foto. Pokoknya berdebarrr bangettttt...Kenapa berdebar? Karena saya nggak yakin nanti waktu OPU saya bakalan beneran pingsan. Berdasarkan cerita sekian banyak orang yang sudah pernah OPU di LWE, pengalamannya beda-beda. Ada yang nggak sadar sama sekali, ada yang sadar tapi nggak merasa sakit, ada yang sadar dan kesakitan. Huaaaa....Kalau IVF 1 dan 2 dulu di Jakarta, saya nggak nervous sama sekali karena saya tahu saya bakal pingsan selama OPU, hehehe. Sementara ini, dududu..kalau sadar nanti gimana....takuttt...
Jam 08.55 suster pasang jarum di tangan terus disuntikkan obat antibiotik. Ada petugas yang datang menawarkan kalau saya ingin pesan makan siang dari RS, harganya RM 30, saya bilang nggak usah, nanti suami beli di luar saja.
Jam 09.15 saya disuruh naik ke bed beroda, kemudian saya didorong ke luar. Saya kira sudah mau berangkat untuk OPU, ternyata masih parkir dulu di luar ruangan, di samping meja suster. Di situ, saya disuntik pain killer di pantat. Susternya pas mau nusuk nggak bilang-bilang, jadi asli saya kaget bangettt. Terus disuntikkan 3 spuit obat, kalau nggak salah nangkep omongan suster sih katanya antibiotik lagi. Masih nunggu...kepala mulai agak berat, tapi nggak ngantuk. Saya coba merem-merem biar ketiduran, tapi nggak bisa. Karena rasanya memang nggak ngantuk sama sekali. Saya coba cubit-cubit paha dan tangan, apa memang sudah mulai berkurang sensitivitas terhadap rasa sakit, tapi kok masih aja terasa sakit...hahaha iseng banget ya...saking parnonya....I hate waiting!!! I suck badly in it.
Kira-kira 30 menit kemudian, ini perkiraan kasar banget karena saya sudah nggak pakai jam, nggak pegang HP, dan tidak bisa lihat jam di ruangan, saya didorong ke Pusat IVF di lantai 3. Pas nyampe sana, saya cari-cari suami tapi nggak kelihatan. Saya sempet lihat orang yang sebelum saya didorong keluar, orangnya udah melek gitu, kelihatan seger. OMG!!! Yang menyambut saya di ruangan tempat OPU adalah suster Sujada. Bed saya didorong masuk, lalu pintu ditutup. Ruangannya sempit. Menegangkannn....no body says anything. Saya ditensi, lalu disuntikkan obat tidur. Saya belum sempat jatuh tertidur, dr. Ng sudah duduk di depan saya dan mulai memasang cocor bebek. Terus habis itu kayanya sih saya tertidur. Memori berikutnya yang saya ingat adalah saya merasa kesakitan karena "dikerjain" di bawah sana, mengaduh-aduh, dan suster Sujada mengelus-elus bahu saya, kalau nggak salah bilang "Sabar ya...", atau "Sebentar lagi ya...", antara itu lah..hehehe. Tapi mata saya terpejam.
Jam 11 selesai, didorong kembali ke ruangan, rasanya ngantuk beratttt. Saya tertidur lagi, bangun-bangun jam 2. Makan makanan yang dibeli suami di luar, dan minum Milo hangat dari RS.
Sambil menunggu suster datang, suami diminta menebus obat dan menyelesaikan pembayaran. Ternyata deposit yang sudah kami siapkan untuk embryo freezing dikembalikan, hehehe. Katanya nanti saja...Obat yang dikasi adalah antibiotik Zinnat untuk 2 hari dan 1 strip Tramadol (penghilang rasa sakit).
Jam 5 sore suster Sujada baru datang. Hasil OPU tadi dapat 20 telur. Rabu diminta datang untuk ketemu dr. Ng jam 2 siang. Habis itu saya sudah boleh pulang. Saya jalan ke lobby dengan tertatih-tatih karena perut bawah masih terasa sakit. Suami pesan Uber untuk mengantar ke apartemen.
Biaya : RM 5974
Labels:
bayi tabung,
dr Ng Peng Wah,
egg retrieval,
IVF,
Lam Wah Ee,
OPU,
ovum pick up,
Penang,
petik telur,
TTC
Saturday, August 13, 2016
Trigger Day
Hari ini Sabtu 13 Agustus, dua hari sebelum jadwal OPU di hari Senin 15 Agustus. Tugas saya pagi-pagi cek Progesteron ke laboratorium LWE. Saya mau bayar pakai deposit yang sudah saya setorkan dari kemarin-kemarin, ehhh kata kasir nggak bisa. Aneh...Jadinya saya bayar cash, biayanya RM 36. Habis ambil darah, saya bisa langsung pulang. Hasil nanti langsung dikirim ke klinik dr. Ng.
Malam jam 9 kurang saya dan suami sudah jalan ke A & E. Di sana, saya kasi surat pengantar dari suster ke petugas, katanya saya tunggu saya sampai pukul 21.25, nanti baru tunjukkan lagi surat pengantarnya. Katanya tidak perlu ambil nomor antrian.
Jam 21.25 saya kasi lagi surat pengantarnya ke petugas yang ada di meja A & E. Jam 21.30 nama saya dipanggil, lalu saya masuk ke ruangan untuk disuntik. Habis itu langsung pulang deh....
Biaya : RM 36
Malam jam 9 kurang saya dan suami sudah jalan ke A & E. Di sana, saya kasi surat pengantar dari suster ke petugas, katanya saya tunggu saya sampai pukul 21.25, nanti baru tunjukkan lagi surat pengantarnya. Katanya tidak perlu ambil nomor antrian.
Jam 21.25 saya kasi lagi surat pengantarnya ke petugas yang ada di meja A & E. Jam 21.30 nama saya dipanggil, lalu saya masuk ke ruangan untuk disuntik. Habis itu langsung pulang deh....
Biaya : RM 36
Thursday, August 11, 2016
Galau....
Kemarin, setelah pulang dari dokter, saya galau bangettttt. Sampai di apartemen nelpon suami dan nangis, mewek-mewek nggak jelas. Pengen suami cepet-cepet dateng. Saya kepikiran mimik muka dr. Ng yang kayanya concerned dengan kondisi overstimulasi saya, sementara telurnya masih kecil-kecil (menurut saya) dan ukurannya nggak merata. Dokter sih nggak bilang apa-apa, nggak bilang it's a bad thing, nggak bilang juga it's a good thing. Cuma saya parno aja. Takut kalau telurnya sedikit yang mencukupi ukuranya untuk diambil, takut kalau telurnya jelek, takut kalau nanti nggak ada embrio yang jadi, dan berbagai macam ketakutan lainnya yang saya juga nggak bisa jelaskan apa.
Untungnya suami sudah datang hari ini. SOOOO HAPPY!!!!
Untungnya suami sudah datang hari ini. SOOOO HAPPY!!!!
Wednesday, August 10, 2016
4th visit
Hari ini Rabu 10 Agustus, saya ketemu dr. Ng lagi. Karena agak malas, saya baru berangkat dari apartemen jam 04.55 pagi, malas aja harus jam segini ya hahaha. Dapat nomor antrian 5011. Setelah kembali ke apartemen buat bobok, siangnya lagi-lagi karena malas saya baru sampai di klinik jam 11.20, begitu sampai langsung lapor ke suster dan disuruh tunggu. Jam 11.45 baru dipanggil dan dicek status sisa obat, dikasi nomor antrian 8.
dr. Ng baru datang jam 12.45. Saya baru dipanggil jam 14.05 huhuu...Waktu USG, saya lihat muka dokter kaya gemes-gemes gimana gitu, sambil geleng-geleng dan nyengir-nyengir gajebo. Dia bilang berulang-ulang "many many eggs", "we definitely have to freeze", dan "OHSS", glekkk. Saat dia ukur-ukur telur, saya ngintip-ngintip ke layar. Kayanya banyak yang masih kecil ukurannya, 12mm, 14mm, 16mm. Rasanya belum ada yg 18mm. Dududu...galauuu...Terus dokter bilang, mungkin nggak semua telur nanti bisa diambil.
Saya masih lanjut suntik Gonal-F 3 hari lagi, dosis kembali diturunkan jadi 100-100-75 IU. Setelah selesai dan saya sudah dipersilakan keluar ruangan, saya masih nggak ngeh kapan OPU-nya. Jadi saya tanya (sambil takut-takut dijutekin :P) kapan kira-kira OPU-nya, dokter cuma lihat muka saya tapi belum sempat jawab, terus suster yang jawab "Senin". Ohh..OK...bilang dongg dok :P
Saya tebus obat lalu ke suster. Kali ini pengarahannya banyaak, sampai saya pusing sendiri, mana lupa merekam lagi. Tapi semua instruksi ada dalam bentuk tertulis, jadi kalau ada yang lupa bisa dibaca-baca kembali.
Ringkasan timeline beberapa hari ke depan seperti ini :
Rabu : Gonal 100IU + Suprefact 15
Kamis : Gonal 100IU + Suprefact 15
Jumat : Gonal 100IU + Suprefact 15
Sabtu :
- Pagi : Ke RS untuk cek hormon Progesteron, langsung ke laboratorium dengan membawa surat pengantar dari suster
- Malam : Suntik Pregnyl tepat jam 21.30, tidak boleh lewat. Karena obatnya berbentuk serbuk yang harus dicampur dulu dengan cairannya, saya agak khawatir nervous kalau harus suntik sendiri. Jadi saya putuskan untuk minta disuntikkan di UGD (Accident & Emergency). Suster pesan agar saya datang 30 menit sebelumnya agar ada waktu untuk staf UGD bersiap-siap.
Minggu : Puasa makan dan minum mulai jam 00.00
Senin : OPU day!! Saya harus datang ke bagian Admission jam 7 pagi dengan membawa deposit sebesar RM 6200. Saya akan dibawa ke ruangan, sementara suami harus datang ke Pusat IVF jam 08.30 untuk memberikan sperma.
Yang saya dapat hari ini :
- 1 buah Gonal-F pen 300IU (beserta 1 ice gel)
- 1 kotak Pregnyl 5000IU
- 2 tablet Bisacodyl (obat pencahar)
- Tabung untuk sperma
- Surat pengantar untuk cek Progesteron
- Surat pengantar untuk suntik Pregnyl (surat ini harus dibawa suami ke Pusat IVF pada hari Senin pagi ketika akan mengambil sperma)
- Surat pengantar untuk ke Admission hari Senin pagi
Biaya : RM 518
dr. Ng baru datang jam 12.45. Saya baru dipanggil jam 14.05 huhuu...Waktu USG, saya lihat muka dokter kaya gemes-gemes gimana gitu, sambil geleng-geleng dan nyengir-nyengir gajebo. Dia bilang berulang-ulang "many many eggs", "we definitely have to freeze", dan "OHSS", glekkk. Saat dia ukur-ukur telur, saya ngintip-ngintip ke layar. Kayanya banyak yang masih kecil ukurannya, 12mm, 14mm, 16mm. Rasanya belum ada yg 18mm. Dududu...galauuu...Terus dokter bilang, mungkin nggak semua telur nanti bisa diambil.
Saya masih lanjut suntik Gonal-F 3 hari lagi, dosis kembali diturunkan jadi 100-100-75 IU. Setelah selesai dan saya sudah dipersilakan keluar ruangan, saya masih nggak ngeh kapan OPU-nya. Jadi saya tanya (sambil takut-takut dijutekin :P) kapan kira-kira OPU-nya, dokter cuma lihat muka saya tapi belum sempat jawab, terus suster yang jawab "Senin". Ohh..OK...bilang dongg dok :P
Saya tebus obat lalu ke suster. Kali ini pengarahannya banyaak, sampai saya pusing sendiri, mana lupa merekam lagi. Tapi semua instruksi ada dalam bentuk tertulis, jadi kalau ada yang lupa bisa dibaca-baca kembali.
Ringkasan timeline beberapa hari ke depan seperti ini :
Rabu : Gonal 100IU + Suprefact 15
Kamis : Gonal 100IU + Suprefact 15
Jumat : Gonal 100IU + Suprefact 15
Sabtu :
- Pagi : Ke RS untuk cek hormon Progesteron, langsung ke laboratorium dengan membawa surat pengantar dari suster
- Malam : Suntik Pregnyl tepat jam 21.30, tidak boleh lewat. Karena obatnya berbentuk serbuk yang harus dicampur dulu dengan cairannya, saya agak khawatir nervous kalau harus suntik sendiri. Jadi saya putuskan untuk minta disuntikkan di UGD (Accident & Emergency). Suster pesan agar saya datang 30 menit sebelumnya agar ada waktu untuk staf UGD bersiap-siap.
Minggu : Puasa makan dan minum mulai jam 00.00
Senin : OPU day!! Saya harus datang ke bagian Admission jam 7 pagi dengan membawa deposit sebesar RM 6200. Saya akan dibawa ke ruangan, sementara suami harus datang ke Pusat IVF jam 08.30 untuk memberikan sperma.
Yang saya dapat hari ini :
- 1 buah Gonal-F pen 300IU (beserta 1 ice gel)
- 1 kotak Pregnyl 5000IU
- 2 tablet Bisacodyl (obat pencahar)
- Tabung untuk sperma
- Surat pengantar untuk cek Progesteron
- Surat pengantar untuk suntik Pregnyl (surat ini harus dibawa suami ke Pusat IVF pada hari Senin pagi ketika akan mengambil sperma)
- Surat pengantar untuk ke Admission hari Senin pagi
Biaya : RM 518
Labels:
bayi tabung,
down regulation,
dr Ng Peng Wah,
egg retrieval,
Gonal,
Gonal-F,
IVF,
Lam Wah Ee,
long protocol,
OHSS,
OPU,
overstimulasi,
overstimulation,
ovum pick up,
Penang,
stimulasi telur,
Suprefact,
TTC
Sunday, August 7, 2016
Apartemen di Penang
Kali ini, saya akan bahas mengenai tempat tinggal di Penang saat ingin konsultasi atau program bayi tabung di RS Lam Wah Ee (LWE). Mayoritas pasien yang akan ke LWE, menginap di komplek apartemen Mewah Court, karena jaraknya paling dekat (jalan kaki 7-10 menit), harga terjangkau (rata-rata 45-65 RM per malam), dan kondisinya cukup baik.
Terdapat banyak penyedia penyewaan apartemen Mewah Court yang dapat dihubungi, nanti saya akan informasikan beberapa yang pernah saya sewa beserta review singkat. Para contact person apartemen tersebut ada yang merupakan pemilik, pegawai dari pemilik, maupun calo :P.
Setiap lantai di Mewah Court terdiri dari 8 unit apartemen, diberi nomor A-H. Satu unit apartemen biasanya terdiri dari 3-4 kamar, masing-masing kamar disewakan kepada orang yang berbeda-beda. jadi kita akan share apartemen dengan tamu lain. Biasanya di setiap unit, terdapat 1 kamar dengan kamar mandi di dalam, dan sisanya menggunakan 1 kamar mandi bersama di luar. Namun ada teman yang menginformasikan bahwa ada 1 unit yang memiliki 2 kamar dengan kamar mandi dalam, saya sendiri belum pernah lihat secara langsung.
Fasilitas yang tersedia di apartemen dan di dalam kamar bervariasi. Misalnya untuk TV di dalam kamar, ada yang menyediakan TV LED dengan siaran tv kabel di semua kamar dan unit, ada yang hanya TV tabung dengan siaran biasa sementara untuk siaran tv kabel disediakan di TV ruang tamu, dsb. Ada yang menyediakan Wifi, ada yang tidak.
Beberapa contact person langsung menginformasikan fasilitas apa saja yang disediakan di apartemen yang mereka sewakan, namun ada juga yang tidak. Jadi sebaiknya kita tanya-tanya dulu agar jelas fasilitas apa saja yang akan didapat. Tiap orang tentu memiliki kebutuhan dan preferensi berbeda-beda. Di bawah ini poin-poin penting yang bagi saya penting untuk ditanyakan sebelum memilih atau melakukan booking apartemen di Mewah Court. :
- TV kabel di kamar
- Wifi
- Air panas
- Jumlah kasur (kalau memang dalam 1 kamar akan ditinggali lebih dari 2 orang)
- Kulkas
- Alat masak, rice cooker, blender, dsb : terutama saat sudah sampai tahap program bayi tabung di mana kita sudah harus tinggal agak lama di Penang, fasilitas ini sangat penting
Contact person yang pernah saya sewa apartemennya :
(1) Ko Eric : Pasti udah nggak asing lagi dengan nama ini ya, hehe. Kayanya paling nge-hits di seantero jagat penyewaan apartemen di Mewah Court wkwkwk.
Unit yang pernah ditinggali : Blok 98, lantai 13, unit D (persis di sebelah unit tempat tinggal Ko Eric)
Pros :
> Menyediakan antar/jemput : Teman saya minta dijemput dari LWE untuk pulang ke Mewah Court setelah ET (embryo transfer), Ko Eric menyanggupi. Teman lain minta diantar ke gereja. Tentu masing-masing ada tarifnya, dan sebaiknya disampaikan sejak awal kapan kita perlu diantar/jemput agar tidak bentrok dengan jadwal antar jemput tamu lain. Karena setahu saya, Ko Eric tidak punya pegawai khusus untuk antar jemput. Yang biasa mengantar jemput Ko Eric sendiri, dan 1 anaknya laki-laki (waktu itu pernah menjemput saya dari bandara).
> TV LED dengan siaran tv kabel
> Ada pegawai yang bisa mengambilkan nomor antrian LWE subuh-subuh (ada tarif tersendiri), hal ini dapat dilakukan untuk pasien lama, sementara pasien yang baru pertama kali datang tetap harus antri sendiri. Saya sendiri belum pernah menggunakan jasa ini.
> Ko Eric dan pegawainya ramah dan helpful
Cons :
> Ketersediaan kamar tidak dapat dipastikan, begitu juga dengan waktu check in. Saya punya 1 cerita pengalaman saya booking apartemen di Ko Eric.
Karena cukup puas dengan pelayanan dan kondisi apartemen milik Ko Eric, kali kedua ke Penang saya kembali booking kamar ke Ko Eric. Saya biasa menghubungi dia via BBM, karena kalau melalui Whatsapp lama sekali responnya. Saya sampaikan ingin booking kamar mandi dalam untuk tanggal sekian, Ko Eric bilang iya. Saya tidak minta dijemput karena akan naik Uber/Grab dari bandara. Begitu landing di Penang, saya langsung kabari Ko Eric, maksudnya agar dia bisa mengantisipasi kapan saya akan tiba di Mewah Court. Ketika berangkat menuju Mewah Court, saya kembali kasi kabar. Jawabannya cuma iya. Ketika saya tiba di Mewah Court, saya telpon Ko Eric, jawabnya "Oke, tunggu sebentar ya.". Saya kira dia/pegawainya sedang turun dari atas untuk menemui kami di bawah, karena Ko Eric dan keluarga juga tinggal di Mewah Court.
Lima belas menit kemudian, saya kembali telpon dan jawabnya sama, tunggu sebentar. Pada telpon ke-3, karena suami saya tanya-tanya terus berapa lama lagi, akhirnya dia bilang kalau pegawainya ada di Taman Seri Damai dan sedang menuju ke Mewah Court. Malah saya dan suami disuruh makan dulu kalau belum makan. Akhirnya kami menunggu 1 jam di parkiran motor blok 98 baru pegawai Ko Eric datang!!! Daaan tau nggak, ternyata kamar dengan kamar mandi dalam tidak ada, hiks hiks.
Kemudian setelah capek menunggu 1 jam, kami harus menggeret-geret koper untuk melihat kamar di blok apartemen di seberang Mewah Court, yang bangunannya hanya 4 lantai kalau nggak salah. Saya kurang tahu apakah bangunan ini masih termasuk dalam komplek apartemen Mewah Court juga atau tidak. Di sana ada 1 unit apartemen yang terdiri dari 2 kamar, di dalam kamar ada kamar mandi, tapiiii tanpa toilet. Toiletnya tetap saja share, posisi di luar kamar. Aaargghhhhhh. Akhirnya saya putuskan untuk bilang cancel saja, walaupun tetap ada rasa nggak enak. Tapi untungnya, pegawai Ko Eric bilang nggak masalah, dan tetap ramah dengan kami.
(2) Meliana/Ko Adrian (suami-istri) : Saat saya stranded menunggu kunci dari pegawai Ko Eric seperti saya ceritakan di atas, saya iseng BBM Meliana. Ternyata kamar dengan kamar mandi dalam ada yang kosong. Saya minta lihat dulu kamarnya, namun saya sampaikan bahwa saya sebenarnya sudah booking di Ko Eric tapi masih menunggu kunci. Setelah kemudian tahu bahwa di Ko Eric tidak ada yang kamar mandi dalam, akhirnya saya kembali ke kamar Meliana.
Unit yang pernah ditinggali : Blok 98, lantai 13, unit A. Unit ini adalah satu-satunya apartemen Meliana yang tidak memiliki siaran TV kabel.
Pros :
> Menyediakan antar/jemput, namun saya kurang tahu apakah bisa juga untuk antar/jemput ke LWE atau ke gereja seperti Ko Eric. Karena setahu saya, pasangan ini tidak tinggal di Mewah Court.
> Ada pegawai yang setiap hari datang, bisa diminta bantuan untuk membersihkan kamar dll.
> Ketersediaan kamar dapat dipastikan. Waktu saya booking untuk kedua kali, saya tanyakan kamar dengan kamar mandi dalam dan Meliana bilang akan mengecek terlebih dahulu. Kemudian dia mengabari saya kalau kamarnya ada dan langsung menginformasikan kamarnya di blok dan lantai berapa.
> Kulkas besar, ada 2 rice cooker, 2 blender (jadi masing-masing bisa digunakan untuk blender buah dan blender bumbu masakan)
> Bersih dan terasa homey
> Water heater OK, airnya panas
Cons :
> Di kamar yang saya tempati (blok 98, 13A) tidak ada lemari pakaian ataupun gantungan pakaian, hanya ada 2 bufet kecil. Jadi semua pakaian harus dilipat, tidak bisa digantung.
(3) Mariyah/Ardjono (suami-istri) : Saya dapat info apartemen ini dari teman yang sudah menginap di sana. Saat akan ke Penang 2 malam, saya coba-coba saja booking di sini.
Unit yang pernah ditinggali : Blok 100, lantai 16, nomor C. Bu Mariyah dan suami juga tinggal di unit ini.
Pros :
> Bu Mariyah sangat fast response, setiap kali di-WA langsung dibalas
> Saat booking dan minta kamar mandi dalam, langsung dipastikan ada
Cons :
> Kulkas kecil dan isinya penuh, maklum saja karena Bu Mariyah dan suami juga tinggal di situ
> Air "panasn"-ya hanya hangat
> Ada tamu yang merokok di ruang tamu. Walaupun ketika saya konfirmasi ke Bu Mariyah, dia mengatakan sebenarnya tidak diperbolehkan merokok di dalam apartemen dan apabila dia melihat akan dilarang. Tapi anehnya, di ruang tamu saya lihat ada beberapa asbak... :D :D :D
Demikian review singkat pengalaman saya menginap di Mewah Court. Ehh singkat apa panjang ya..hehehe...
Berikut ini nomor-nomor yang dapat dihubungi, termasuk beberapa contact person yang saya dapat dari teman (belum pernah saya tinggali) :
# Ko Eric
PIN BBM 29C0D65D
WA +60124939813/+60125929813
# Meliana/Ko Adrian
PIN BBM 58AB3D42 (Meliana)/7B4A5B83 (Adrian)
WA +60164590494 (Meliana)/+60129036135 (Adrian)
# Mariyah
PIN BBM 55FDE111
WA +60164871603
# Lim Beo Han +60124939955
Lili +60164865188
# Lina +60146022688
Menurut informasi dari teman, Lina juga menyediakan penyewaan apartemen di Central Park Condominium. Central Park jaraknya agak lebih jauh dari LWE, namun kondisi dan fasilitas apartemennya jauh lebih bagus dari Mewah Court
Terdapat banyak penyedia penyewaan apartemen Mewah Court yang dapat dihubungi, nanti saya akan informasikan beberapa yang pernah saya sewa beserta review singkat. Para contact person apartemen tersebut ada yang merupakan pemilik, pegawai dari pemilik, maupun calo :P.
Setiap lantai di Mewah Court terdiri dari 8 unit apartemen, diberi nomor A-H. Satu unit apartemen biasanya terdiri dari 3-4 kamar, masing-masing kamar disewakan kepada orang yang berbeda-beda. jadi kita akan share apartemen dengan tamu lain. Biasanya di setiap unit, terdapat 1 kamar dengan kamar mandi di dalam, dan sisanya menggunakan 1 kamar mandi bersama di luar. Namun ada teman yang menginformasikan bahwa ada 1 unit yang memiliki 2 kamar dengan kamar mandi dalam, saya sendiri belum pernah lihat secara langsung.
Fasilitas yang tersedia di apartemen dan di dalam kamar bervariasi. Misalnya untuk TV di dalam kamar, ada yang menyediakan TV LED dengan siaran tv kabel di semua kamar dan unit, ada yang hanya TV tabung dengan siaran biasa sementara untuk siaran tv kabel disediakan di TV ruang tamu, dsb. Ada yang menyediakan Wifi, ada yang tidak.
Beberapa contact person langsung menginformasikan fasilitas apa saja yang disediakan di apartemen yang mereka sewakan, namun ada juga yang tidak. Jadi sebaiknya kita tanya-tanya dulu agar jelas fasilitas apa saja yang akan didapat. Tiap orang tentu memiliki kebutuhan dan preferensi berbeda-beda. Di bawah ini poin-poin penting yang bagi saya penting untuk ditanyakan sebelum memilih atau melakukan booking apartemen di Mewah Court. :
- TV kabel di kamar
- Wifi
- Air panas
- Jumlah kasur (kalau memang dalam 1 kamar akan ditinggali lebih dari 2 orang)
- Kulkas
- Alat masak, rice cooker, blender, dsb : terutama saat sudah sampai tahap program bayi tabung di mana kita sudah harus tinggal agak lama di Penang, fasilitas ini sangat penting
Contact person yang pernah saya sewa apartemennya :
(1) Ko Eric : Pasti udah nggak asing lagi dengan nama ini ya, hehe. Kayanya paling nge-hits di seantero jagat penyewaan apartemen di Mewah Court wkwkwk.
Unit yang pernah ditinggali : Blok 98, lantai 13, unit D (persis di sebelah unit tempat tinggal Ko Eric)
Pros :
> Menyediakan antar/jemput : Teman saya minta dijemput dari LWE untuk pulang ke Mewah Court setelah ET (embryo transfer), Ko Eric menyanggupi. Teman lain minta diantar ke gereja. Tentu masing-masing ada tarifnya, dan sebaiknya disampaikan sejak awal kapan kita perlu diantar/jemput agar tidak bentrok dengan jadwal antar jemput tamu lain. Karena setahu saya, Ko Eric tidak punya pegawai khusus untuk antar jemput. Yang biasa mengantar jemput Ko Eric sendiri, dan 1 anaknya laki-laki (waktu itu pernah menjemput saya dari bandara).
> TV LED dengan siaran tv kabel
> Ada pegawai yang bisa mengambilkan nomor antrian LWE subuh-subuh (ada tarif tersendiri), hal ini dapat dilakukan untuk pasien lama, sementara pasien yang baru pertama kali datang tetap harus antri sendiri. Saya sendiri belum pernah menggunakan jasa ini.
> Ko Eric dan pegawainya ramah dan helpful
Cons :
> Ketersediaan kamar tidak dapat dipastikan, begitu juga dengan waktu check in. Saya punya 1 cerita pengalaman saya booking apartemen di Ko Eric.
Karena cukup puas dengan pelayanan dan kondisi apartemen milik Ko Eric, kali kedua ke Penang saya kembali booking kamar ke Ko Eric. Saya biasa menghubungi dia via BBM, karena kalau melalui Whatsapp lama sekali responnya. Saya sampaikan ingin booking kamar mandi dalam untuk tanggal sekian, Ko Eric bilang iya. Saya tidak minta dijemput karena akan naik Uber/Grab dari bandara. Begitu landing di Penang, saya langsung kabari Ko Eric, maksudnya agar dia bisa mengantisipasi kapan saya akan tiba di Mewah Court. Ketika berangkat menuju Mewah Court, saya kembali kasi kabar. Jawabannya cuma iya. Ketika saya tiba di Mewah Court, saya telpon Ko Eric, jawabnya "Oke, tunggu sebentar ya.". Saya kira dia/pegawainya sedang turun dari atas untuk menemui kami di bawah, karena Ko Eric dan keluarga juga tinggal di Mewah Court.
Lima belas menit kemudian, saya kembali telpon dan jawabnya sama, tunggu sebentar. Pada telpon ke-3, karena suami saya tanya-tanya terus berapa lama lagi, akhirnya dia bilang kalau pegawainya ada di Taman Seri Damai dan sedang menuju ke Mewah Court. Malah saya dan suami disuruh makan dulu kalau belum makan. Akhirnya kami menunggu 1 jam di parkiran motor blok 98 baru pegawai Ko Eric datang!!! Daaan tau nggak, ternyata kamar dengan kamar mandi dalam tidak ada, hiks hiks.
Kemudian setelah capek menunggu 1 jam, kami harus menggeret-geret koper untuk melihat kamar di blok apartemen di seberang Mewah Court, yang bangunannya hanya 4 lantai kalau nggak salah. Saya kurang tahu apakah bangunan ini masih termasuk dalam komplek apartemen Mewah Court juga atau tidak. Di sana ada 1 unit apartemen yang terdiri dari 2 kamar, di dalam kamar ada kamar mandi, tapiiii tanpa toilet. Toiletnya tetap saja share, posisi di luar kamar. Aaargghhhhhh. Akhirnya saya putuskan untuk bilang cancel saja, walaupun tetap ada rasa nggak enak. Tapi untungnya, pegawai Ko Eric bilang nggak masalah, dan tetap ramah dengan kami.
(2) Meliana/Ko Adrian (suami-istri) : Saat saya stranded menunggu kunci dari pegawai Ko Eric seperti saya ceritakan di atas, saya iseng BBM Meliana. Ternyata kamar dengan kamar mandi dalam ada yang kosong. Saya minta lihat dulu kamarnya, namun saya sampaikan bahwa saya sebenarnya sudah booking di Ko Eric tapi masih menunggu kunci. Setelah kemudian tahu bahwa di Ko Eric tidak ada yang kamar mandi dalam, akhirnya saya kembali ke kamar Meliana.
Unit yang pernah ditinggali : Blok 98, lantai 13, unit A. Unit ini adalah satu-satunya apartemen Meliana yang tidak memiliki siaran TV kabel.
> Menyediakan antar/jemput, namun saya kurang tahu apakah bisa juga untuk antar/jemput ke LWE atau ke gereja seperti Ko Eric. Karena setahu saya, pasangan ini tidak tinggal di Mewah Court.
> Ada pegawai yang setiap hari datang, bisa diminta bantuan untuk membersihkan kamar dll.
> Ketersediaan kamar dapat dipastikan. Waktu saya booking untuk kedua kali, saya tanyakan kamar dengan kamar mandi dalam dan Meliana bilang akan mengecek terlebih dahulu. Kemudian dia mengabari saya kalau kamarnya ada dan langsung menginformasikan kamarnya di blok dan lantai berapa.
> Kulkas besar, ada 2 rice cooker, 2 blender (jadi masing-masing bisa digunakan untuk blender buah dan blender bumbu masakan)
> Bersih dan terasa homey
> Water heater OK, airnya panas
Cons :
> Di kamar yang saya tempati (blok 98, 13A) tidak ada lemari pakaian ataupun gantungan pakaian, hanya ada 2 bufet kecil. Jadi semua pakaian harus dilipat, tidak bisa digantung.
(3) Mariyah/Ardjono (suami-istri) : Saya dapat info apartemen ini dari teman yang sudah menginap di sana. Saat akan ke Penang 2 malam, saya coba-coba saja booking di sini.
Unit yang pernah ditinggali : Blok 100, lantai 16, nomor C. Bu Mariyah dan suami juga tinggal di unit ini.
Pros :
> Bu Mariyah sangat fast response, setiap kali di-WA langsung dibalas
> Saat booking dan minta kamar mandi dalam, langsung dipastikan ada
Cons :
> Kulkas kecil dan isinya penuh, maklum saja karena Bu Mariyah dan suami juga tinggal di situ
> Air "panasn"-ya hanya hangat
> Ada tamu yang merokok di ruang tamu. Walaupun ketika saya konfirmasi ke Bu Mariyah, dia mengatakan sebenarnya tidak diperbolehkan merokok di dalam apartemen dan apabila dia melihat akan dilarang. Tapi anehnya, di ruang tamu saya lihat ada beberapa asbak... :D :D :D
Demikian review singkat pengalaman saya menginap di Mewah Court. Ehh singkat apa panjang ya..hehehe...
Berikut ini nomor-nomor yang dapat dihubungi, termasuk beberapa contact person yang saya dapat dari teman (belum pernah saya tinggali) :
# Ko Eric
PIN BBM 29C0D65D
WA +60124939813/+60125929813
# Meliana/Ko Adrian
PIN BBM 58AB3D42 (Meliana)/7B4A5B83 (Adrian)
WA +60164590494 (Meliana)/+60129036135 (Adrian)
# Mariyah
PIN BBM 55FDE111
WA +60164871603
# Lim Beo Han +60124939955
Lili +60164865188
# Lina +60146022688
Menurut informasi dari teman, Lina juga menyediakan penyewaan apartemen di Central Park Condominium. Central Park jaraknya agak lebih jauh dari LWE, namun kondisi dan fasilitas apartemennya jauh lebih bagus dari Mewah Court
Saturday, August 6, 2016
3rd visit
Sesuai instruksi dokter di tanggal 28 Juli lalu, saya pergi ke Penang tanggal 5 Agustus karena harus ketemu dokter tanggal 6 Agustus. Saya berangkat sendiri naik Air Asia Jakarta - Penang direct. Kali ini berangkatnya agak mellow, nggak sesantai keberangkatan yang lalu-lalu, karena ngebayangin semingguan bakal sendiri tanpa suami hehehe.
Bawaan juga udah kaya mau pulang kampung. Saya bawa 1 koper yang ukuran paling besar, berat total 17 kg hehehe. Sampai bedcover ukuran besar pun saya bawa setelah tanya-tanya pendapat teman-teman yang sudah pernah program bayi tabung di Penang. Berdasarkan beberapa kali kunjungan yang lalu, saya kurang nyaman tidur hanya dengan selimut kecil dan tipis yang biasanya disediakan di apartemen.
Sabtu pagi saya bangun jam 05.00, jam 05.18 berangkat, jam 05.30 sampai di LWE. Yang antri baru sedikit..
Oh ya, sekalian saya ceritakan routine untuk mendaftar :
- Datang ke lobi LWE (kalau sebelum jam 06.00 masuk lewat pintu Accident & Emergency), antri duduk atau berdiri sesuai kondisi, kalau sudah mulai pada berdiri, ikut berdiri saja. Boleh sambil duduk di lantai kok. Selama saya ke sana, saya belum mengalami ada yang marahin...mungkin saya lagi beruntung.
- Jam 06.30 mesin nomor antrian mulai dinyalakan, biasanya ada pegawai yang mengoperasikan. Jadi kita tinggal bilang saja, pasien baru atau lama. Nanti pegawai tersebut yang akan memencet tombol di mesin dan memberikan nomor antriannya kepada kita.
- Jam 07.00 nomor antrian mulai dipanggil. Nomor antrian pasien lama akan dipanggil di loket no.1 atau 2, di situ kita menyerahkan kartu pasien dan menginformasikan ingin ke dokter siapa. Sementara nomor antrian pasien baru akan dipanggil di loket-loket lainnya, di sana akan dimintai paspor, lalu dipersilakan mengisi data pribadi dan menginformasikan akan ke dokter siapa. Setelah itu petugas akan memberitahu jam berapa kita harus datang ke tempat praktek dokter. Untuk dr. Ng, biasanya kita diinformasikan untuk datang jam 10.00.
Pagi ini saya dapat nomor 5010. Saya sampai di klinik pukul 10.20, lalu saya tanya suster apakah nomor antrian sudah dibagikan, rupanya belum. Namun karena saya lapor, suster langsung memberikan nomor saya (saya dapat nomor 6), mengecek sisa obat di Gonal-F pen saya, dan menanyakan sisa jarum suntik untuk Suprefact lalu mencatat semua di file. Suster bilang datang kembali jam 1 siang. Wah siang juga ya...saya kira karena waktu praktek dr. Ng di hari Sabtu "AM only", bakal selesai cepat...
Saya kembali ke klinik jam 11.30 karena khawatir dokter mulai lebih cepat. Ternyata dr. Ng baru datang jam 13.10 hehehe. Tahu gini tadi bisa tidur lagi lebih panjang hehehe..
Saya baru dipanggil jam 14.00. Hasil USG, dokter sambil nyengir bilang "many eggs", saya tanya "Too many, doc?", katanya "Ya I think we have to reduce your dosage". Terus waktu di meja, dr. Ng ngomong panjaangg...yang intinya nggak usah khawatir, kalaupun overstimulated, nanti bisa tunda ET (embrio di-freeze dulu). Dosis saya diturunkan menjadi 112.5IU untuk 4 hari ke depan, ketemu dokter lagi hari Rabu tanggal 10 Agustus.
Same routine after that : tebus obat, lapor ke suster, tunggu dapat pengarahan, pulang :D
Yang saya dapat hari ini :
- 1 buah Gonal-F pen 300IU (beserta 1 ice gel)
- Tambahan jarum suntik dan alcohol swab untuk Suprefact
Biaya : RM 466
Bawaan juga udah kaya mau pulang kampung. Saya bawa 1 koper yang ukuran paling besar, berat total 17 kg hehehe. Sampai bedcover ukuran besar pun saya bawa setelah tanya-tanya pendapat teman-teman yang sudah pernah program bayi tabung di Penang. Berdasarkan beberapa kali kunjungan yang lalu, saya kurang nyaman tidur hanya dengan selimut kecil dan tipis yang biasanya disediakan di apartemen.
Sabtu pagi saya bangun jam 05.00, jam 05.18 berangkat, jam 05.30 sampai di LWE. Yang antri baru sedikit..
Oh ya, sekalian saya ceritakan routine untuk mendaftar :
- Datang ke lobi LWE (kalau sebelum jam 06.00 masuk lewat pintu Accident & Emergency), antri duduk atau berdiri sesuai kondisi, kalau sudah mulai pada berdiri, ikut berdiri saja. Boleh sambil duduk di lantai kok. Selama saya ke sana, saya belum mengalami ada yang marahin...mungkin saya lagi beruntung.
- Jam 06.30 mesin nomor antrian mulai dinyalakan, biasanya ada pegawai yang mengoperasikan. Jadi kita tinggal bilang saja, pasien baru atau lama. Nanti pegawai tersebut yang akan memencet tombol di mesin dan memberikan nomor antriannya kepada kita.
- Jam 07.00 nomor antrian mulai dipanggil. Nomor antrian pasien lama akan dipanggil di loket no.1 atau 2, di situ kita menyerahkan kartu pasien dan menginformasikan ingin ke dokter siapa. Sementara nomor antrian pasien baru akan dipanggil di loket-loket lainnya, di sana akan dimintai paspor, lalu dipersilakan mengisi data pribadi dan menginformasikan akan ke dokter siapa. Setelah itu petugas akan memberitahu jam berapa kita harus datang ke tempat praktek dokter. Untuk dr. Ng, biasanya kita diinformasikan untuk datang jam 10.00.
Pagi ini saya dapat nomor 5010. Saya sampai di klinik pukul 10.20, lalu saya tanya suster apakah nomor antrian sudah dibagikan, rupanya belum. Namun karena saya lapor, suster langsung memberikan nomor saya (saya dapat nomor 6), mengecek sisa obat di Gonal-F pen saya, dan menanyakan sisa jarum suntik untuk Suprefact lalu mencatat semua di file. Suster bilang datang kembali jam 1 siang. Wah siang juga ya...saya kira karena waktu praktek dr. Ng di hari Sabtu "AM only", bakal selesai cepat...
Saya kembali ke klinik jam 11.30 karena khawatir dokter mulai lebih cepat. Ternyata dr. Ng baru datang jam 13.10 hehehe. Tahu gini tadi bisa tidur lagi lebih panjang hehehe..
Saya baru dipanggil jam 14.00. Hasil USG, dokter sambil nyengir bilang "many eggs", saya tanya "Too many, doc?", katanya "Ya I think we have to reduce your dosage". Terus waktu di meja, dr. Ng ngomong panjaangg...yang intinya nggak usah khawatir, kalaupun overstimulated, nanti bisa tunda ET (embrio di-freeze dulu). Dosis saya diturunkan menjadi 112.5IU untuk 4 hari ke depan, ketemu dokter lagi hari Rabu tanggal 10 Agustus.
Same routine after that : tebus obat, lapor ke suster, tunggu dapat pengarahan, pulang :D
Yang saya dapat hari ini :
- 1 buah Gonal-F pen 300IU (beserta 1 ice gel)
- Tambahan jarum suntik dan alcohol swab untuk Suprefact
Biaya : RM 466
Subscribe to:
Posts (Atom)