Sunday, August 21, 2016

OHSS is really kicking in!

Kamis, 18 Agustus pagi-pagi setelah sarapan saya muntah. Habis itu, saya coba makan lagi, dan muntah lagi huhuhu. Ukuran perut masih konstan, belum mengecil.

Jumat, 19 Agustus pagi dan siang kembali saya muntah-muntah. Berusaha untuk makan tapi susah banget masuknya, padahal perut lapar. Ukuran perut yang saya kira sudah akan mulai mengecil ternyata justru makin membesar, 86/88 cm. Sakitnya nggak usah ditanya.. :(

Saat makan malam, saya merasa semakin sesak dan mata berkunang-kunang. Rasanya mulai panik, dan napas semakin pendek. Akhirnya saya bilang ke suami supaya kami pergi ke UGD saja, karena saya takut kenapa-napa. Suami cepat-cepat selesaikan makannya lalu kami jalan keluar apartemen untuk cari Uber. Saya jalan susah payah karena napas benar-benar sesak dan ukuran perut yang besar bikin kulit dan seluruh perut sakittt.

Sampai di UGD jam 21.00, ramai bangetttt, saya rasanya tambah panik. Namun untungnya saya langsung diwawancara oleh suster yang stand by di counter, mungkin karena dia lihat muka saya pucat banget dan sesak napas. Saat wawancara, untungnya si suster ngerti OHSS. Dia bilang akan cari file saya dulu lalu kemudian menghubungi dr. Ng.

Saya menunggu sampai jam 22.30, kemudian saya dipanggil masuk ke ruangan dan diminta berbaring. Seorang suster mendatangi saya, sambil senyum dia bilang "Pregnant ya?", saya langsung kaget dong. Soalnya saat wawancara awal tadi, saya sudah sampaikan bahwa saya pasien IVF dan baru OPU tanggal 15 Agustus lalu, nggak mungkin dong sekarang saya sudah hamil. Saya jawab ke si suster, ini bukan pregnant, ini bloated, OHSS. Saya sampaikan kembali bahwa saya baru OPU 4 hari yang lalu. Si suster mesem-mesem dan minta maaf.

Nggak lama kemudian dokter dateng, suster yang tadi bilang ke dokter kalo saya tidak hamil. Si dokter kaget banget, "Hah? Not pregnant?". Terus si dokter memanggil seorang suster lagi yang juga ada di dalam ruangan, kemudian ngomong dengan nada complain "She's not pregnant!!". Dokternya kaya kesel gitu. Terus dia bilang kalo gitu nggak usah USG. Setelah itu, baru dia menghadap ke saya dan bilang "Now you need to tell me what you feel!". Heh?? Bukannya dari awal saya sudah sampaikan semua apa yang saya rasakan? Akhirnya saya ulang lagi, saya kasitau kalau saya sesak, perut kembung besar, gejala OHSS. Waktu saya sebut OHSS, dia kaya nggak ngeh, "Ha?", saya ulang lagi "OHSS", si dokter masih nggak ngeh kemudian dia nengok ke suster pertama yang tadi nanya "Pregnant ya?" ke saya. Si suster jelasin ke si dokter, "It's a side effect from IVF's drugs.". Di titik ini saya tambah paniiiiik, saya mikir siapa yang bakal nolongin saya niii, OHSS aja dokternya nggak ngerti huhuhu.

Saya lanjut jelasin lagi ke si dokter kalau dr. Ng nyuruh saya banyak makan protein, tapi karena mual dan kembung jadinya saya nggak bisa makan banyak-banyak. Saya tembak langsung aja "So maybe you can give me some drip to help?". Eh dokternya dengan judesnya nanya balik "What drip?". Saya jawab lagi "Maybe Albumin? I had OHSS once in Jakarta and they gave me Albumin.", padahal sih saya ngarang aja. Saya belum pernah OHSS parah sampai dikasi Albumin, saya cuma baca di internet aja :D. Terus yaa si dokter nanya lagi, "So you want to be admitted to the ward?". Makin lama saya makin bingung, ini di UGD kok kaya di restoran ya, pasien yang ditanya-tanya mau pesen apa  Saya mana tau doook baiknya gimana, saya cuma mau ditolong biar baikannnn, grrrrr. Saya akhirnya bilang mungkin bisa ditanya ke dr. Ng. Dan tau dokternya jawab apa? "Well he's not here..!".

Long story short, akhirnya saya disuruh rawat inap berdasarkan instruksi dr. Ng. Urus administrasi dulu di bagian Admission, dimintai deposit RM 7000 yang sempet bikin jantung berdetak kencang, gilaaa saya kan cuma OHSS, bukan mau laparoskopi, masa depositnya gede bangeeet. Untungnya akhirnya boleh masuk dengan deposit "cuma" RM 4000. Jam 12 malam teng saya masuk ruangan Obstetric & Gynaecology Ward, saya ambil kamar yang berdua. Ternyataaa suami nggak boleh nungguin, yang boleh nungguin cuma perempuan, huhuhuuu. Padahal saya lagi panik-paniknya karena sesak napas. Suami balik ke apartemen dulu untuk ambil beberapa keperluan saya, langsung balik lagi ke RS, terus pulang lagi.

Semalaman saya nggak tidur SAMA SEKALI. Posisi tempat tidur RS malah bikin nggak ada posisi yang cukup nyaman buat saya yang lagi sesak napas dan perut kembung. Kalau terlalu rebah, saya makin sesak. Kalau terlalu tegak, perut saya ketekan jadi makin sakit. Aarrgghhhh..menderita banget. Jam 6 pagi saya udah berdiri di samping jendela, sebentar-sebentar duduk, kemudian berdiri lagi. Mana saya diare, mungkin tiap 15 menit saya geret-geret tiang infus untuk ke kamar mandi.

Pagi-pagi hari Sabtu, 20 Agustus, saya sudah bertekad mau minta pulang aja. Entah kenapa, nginap di RS rasanya malah makin horor, mana nggak bisa istirahat sama sekali. Dari pagi saya sudah bolak-balik nanya ke suster, kapan dr. Ng akan visit. dateng. Asliii saya nggak betah banget di RS, dan ternyata toh saya nggak di-"obati" apa-apa, hanya diinfus obat anti mual dan NaCl untuk menambah cairan, dan dipantau ukuran perut setiap sekian jam. Mungkin memang kondisi OHSS saya nggak separah itu untuk langsung dikasi Albumin (yang notabene harganya cukup mahal). Saking nggak tenangnya, saya sampai email Miss Low untuk minta dia mengingatkan dr. Ng supaya visit wkwkwk.

Jam 11, suami saya minta untuk telpon IVF Center menanyakan kabar embrio, sementara saya ke toilet saking deg-degannya :D. Ternyata katanya embriologis masih sibuk, diminta telpon kembali di atas jam 12. Jam 12 suami telpon lagi, katanya ada 4 blastosis yang di-freeze. Saya sama suami langsung peluk-pelukan terharu, saya sampai nangis..soalnya sebelumnya saya takut banget mikirin gimana kalau tidak ada embrio yang survive sama sekali.

Jam 1 akhirnya dr. Ng dateeeeng. Hal pertama yang dia bilang "I thought you had already gone home" wkwkwk. Saya seger-segerin muka dan bilang kalau kami sudah beli tiket pulang untuk besok, jadi boleh pulang kan yaaa dok? I'll try to drink more. Dia bilang ya ok aja, cuma setelah melihat grafik ukuran perut saya sejak semalam - pagi ini, dia pesan begini :
- But your condition is going to get worse in the next few days. You have to drink lots of fruit juice and soy milk.
- Kalau tambah parah, paru2 kamu bisa terendam cairan, terus harus ditusuk untuk buang cairannya.
- Terus kamu bisa kena DVT, blood clot, you know? So you have to move your legs.
- Kalau di Jakarta tambah parah dan butuh dokter, kamu harus cari dokter yang ngerti OHSS, kalau nggak ngerti nanti dikira perut kamu banyak kista terus langsung dioperasi.
- Jangan urut perut!!
- Istirahat 1-2 bulan baru kemudian FET

Haisshhh...serem-serem amat sih dokkk. Saya sih iya-iya aja padahal di dalam hati jiperrr. Asliii sebenernya takutttt banget. Waktu nungguin suami menyelesaikan pembayaran dan nebus obat, saya di kamar deg-degan parahh. Saya mikir apakah pulang ke apartemen adalah keputusan yang tepat. Bagaimana kalau nanti di apartemen saya justru makin sesak, makin parah seperti kata dr. Ng? Bagaimana kalau saya nanti nggak kuat jalan ke RS, apa suami bisa nolongin saya sendirian? Huhuhuu asli parnooo...cuma saya tetap memberanikan diri untuk pulang karena berpikir di RS nggak bisa istirahat sama sekali, bahkan posisi berbaring pun tidak ada yang cukup nyaman bagi saya.

Jam 3 sore pulang dari RS. Sampai di apartemen, saya bertekad baja untuk lebih banyak minum susu kedelai dan jus seperti pesan dr. Ng. Putih telur juga saya makanin dengan penuh semangat. Bahkan sampai saya blender bersama dengan susu kedelai biar bisa keminum. Hari di mana saya ke UGD, memang saya sudah mulai kendor makan putih telurnya karena sudah bener-bener eneg plus perut yang makin kembung bikin cepat kenyang.

Saya atur mindset saya untuk tidak merasa terganggu dengan sesak napas yang ada. Karena kadang-kadang, rasa takut terhadap sesak napas justru lebih mengganggu dibanding sesak napasnya. Saya ingat-ingat saja masa kecil saya yang sering mengalami asma, sampai semalaman tidak tidur karena tidak bisa berbaring. Saya pikir, dulu saja saya nggak mati kok, apalagi sekarang :D. Asli saya sebenarnya takut mati, takut sesak napas banget sampai nggak bisa napas terus mati, hehehe. Tapi puji Tuhan, sore itu justru saya bisa tidur dengan posisi hampir berbaring normal, sama sekali tidak terganggu rasa sesak napas.

Betul yang dr. Ng bilang kalau "It's gonna get worse", hari ini perut saya mencapai ukuran terbesar, 89/90 cm.

No comments:

Post a Comment