Monday, October 30, 2017

The First 3 Weeks of Pregnancy

Setelah terima hasil bHcg tanggal 22 Maret 2017, my pregnancy journey begins. Yang mendominasi adalah perasaan khawatir. Saya nggak merasa over the moon, atau excited, atau bersemangat. Yang ada pokoknya takut. Takut kalau kenapa-kenapa, takut kalau kehamilan ini nggak berlanjut, takut ini dan itu 😅.

Tanggal 24 Maret, saya cek AXA pertama kali, setelah 2 minggu suntik Lovenox 0,6IU setiap hari. Tes AXA ini dilakukan untuk tahu apakah dosis Lovenox yang saya gunakan sudah tepat atau perlu diturunkan/dinaikkan. Hasil AXA 0,84, atas perintah dokter dosisnya diturunkan jadi 0,4IU setiap hari. Lumayan..harga obat jadi lebih murah..dan ukuran jarumnya juga lebih kecil hehehe.

Tanggal 29 Maret saya konsultasi pertama kali, saya pilih dr. Arie Polim di RSIA Family. Dulu saya sudah pernah beberapa kali ketemu, tapi di Morula Menteng. Pas nunggu giliran, deg-degan luarrrr biasa..mikirin gimana hasil usg nanti...

Sama dr. Arie di-USG pakai USG Transvaginal. Hasilnya :
- Ada 2 gestational sac, masing-masing ukurannya 7 dan 12mm. Umurnya berdasarkan ukuran adalah 4w2d (muncul otomatis di mesin USG).
- Dokter bilang ini kembar tapi ada kemungkinan vanishing twin ya (salah satu janin tidak lanjut berkembang)..Bikin stres aja deh. Mana nggak diselamatin sama sekali..Terus disuruh suntik Pregnyl 2x semingu di ruang bersalin. This whole thing somehow made me felt like my pregnancy was in danger 😏.
- Disuruh cek bHCG dan Progesteron, terus diminta kontrol 2 minggu lagi.

Saya putuskan untuk menunda suntik Pregnyl, karena mau menunggu hasil bHcg dan Progesteron. Besoknya hasil keluar, bHCG 30.960,87; Progesteron 32,68. Karena hasilnya bagus, saya memutuskan untuk nggak suntik Pregnyl.

Tanggal 2 April malam tau-tau ada flek coklat tua waktu saya seka habis pipis. Duhhh rasanya takuuut, kepikiran macem-macem. Besoknya saya langsung ke dokter, kali ini pilih dr. Boy Abidin yang deket, di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading.

Waktu masuk ruangan, dokter langsung nyapa saya dengan superrr ramah. Katanya apa kabarrr, sudah lama nggak ketemu (saya pernah konsul 2x di tahun 2014 atau 2015 yahh, sebelum IVF 3 deh pokoknya). Terus pas saya kasitau hamil, dokter nyelamatin dengan sumringah 😀. Habis itu saya di-usg, pertama usg abdominal, yang terlihat hanya 1 gestational sac (gs)/kantong kehamilan. Terus saya minta di-usg transvaginal (tv), tapi saya nggak ngasitau kalau saya sudah tahu janin saya kembar, hehehe. Dari usg tv, terlihat 2 kantong, dokter ngasi selamat lagi dengan lebih sumringah. Ukuran gs 18,6 dan 11,6 mm. Sudah terlihat titik putih di keduanya (fetal pole), dan fetal pole yang pertama terlihat kelap kelip (berdenyut).

Menurut dr. Boy, flek di trimester pertama itu normal, apalagi saya sebutkan fleknya warna coklat tua, yang artinya bukan darah segar.

Saya dikasi surat pengantar untuk cek lab
paket hamil yang terdiri dari :
- darah lengkap
- urin lengkap, hbsag
- toxoplasma dan rubella igm

Kontrol lagi 2 minggu dari sekarang untuk cek denyut jantung (17 April).

Tanggal 13 April, saya ke dokter lain, kali ini dr. Yuditia Purwosunu di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading. Dokter ini obgyn sub spesialis fetomaternal.

Hasil usg abdominal :
- 2 gs, 6w4d
- gs1 : 13.6cm, crl 1.09cm, 165bpm
- gs2 : 10.1cm, crl 1.05cm, 150bpm

Dokter ini datar banget 😀. Intinya dokter cuma bilang :
- Viabilitas blm bs ditentukan saat ini
- Bayi yang sehat dari ibu yg sehat
- Darah itu dari hulunya (pas saya cerita kalau saya suntik Lovenox)

Saya disuruh cek lab Ferritin, CRP kuantitatif, vit d, dan urine lengkap.

Saturday, October 21, 2017

TTC Journey - Chap.3, 1st IVF

Tahun 2013, mulai cari-cari tempat buat IVF. Sesuai hasil cek sperma di Klinik Yasmin (RSCM Kencana), kami direkomendasikan untuk langsung IVF. Baik jumlah, morfologi, maupun pergerakan sperma sangat kurang. Dan upaya kami selama ini untuk berobat ke androlog tidak membawa perbaikan.

Kandidat pertama, Klinik Yasmin. Tapi saya agak kurang sreg dengan prosedur berobat di sana, capek nunggunya (seperti cerita di Chapter 1), ditambah lagi waktu itu dengar-dengar (belum pernah tanya langsung ke sana) biaya IVF di sana bisa mencapai 100 juta. Saat ini sih nggak segitu, malah biaya di sana menurut saya sekarang tergolong bersaing. Dan menurut info, prosedur berobatnya juga tidak lagi seperti dulu. Jadi boleh dicoba ya.. 😊

Kandidat kedua, klinik IVF paling nge-hits seantero Jakarta, Morula IVF - Menteng 😀. Di Morula, saya konsultasi dengan dr. Ivan Sini, dokter yang paling "OK" dan hits menurut review di internet.

Kandidat ketiga, RSIA Family. Di sana, IVF-nya ada di Family Fertility Center, jadi bukan daftar ke RSIA-nya ya. Gedungnya sih sama aja..gabung kok..Kami ikut seminar bayi tabung untuk awam yang diadakan RSIA Family. Selain itu, konsul juga ke sana. Ketemu dengan kepala program IVF, dr. Muchsin Jaffar (bukan obgyn ya..).

Kandidat keempat, RS Gading Pluit. Kami ikut seminar IVF juga, dan konsul dengan dr. Irsal Yan. Di RS Gading Pluit, saya sedikit nggak sreg karena ketika kami konsultasi ke sana, kami langsung dijadwalkan untuk inseminasi di siklus selanjutnya. Begitu keluar dari ruangan dokter, suster langsung kasi resep obat dan menjelaskan timeline inseminasi. Kenapa nggak sreg? Pertama, sepengetahuan saya jumlah dan kualitas sperma suami tidak memadai untuk dilakukan inseminasi. Kedua, dokter tidak menjelaskan kenapa kami langsung dijadwalkan untuk inseminasi, dan tidak menanyakan juga kesediaan kami 😅. Mungkin protokolnya memang begitu kali ya, inseminasi dulu baru nanti (kalau gagal) baru disarankan IVF.

Long story short, akhirnya kami memilih Morula, dokternya dr. Ivan.

Februari mulai screening test, stimulasi (suntik2), saya dikasi short protocol, pakai obat Gonal-F dosis 150iu per hari. Namun di hari-hari terakhir, dosis diturunkan karena respon badan saya terlalu berlebih, nilai estradiol melonjak tinggi. Singkat cerita, saya dapat 20 telur, tapi pada hari ke-3 embrio yang bertahan hanya 4. Dua embrio langsung ditransfer (fresh embryo transfer), 2 sisanya di-freeze.

Selama 2 minggu setelah ET (embryo transfer), saya bedrest di rumah. Basically cuma jalan di dalam rumah saja, itupun minim sekali. Mungkin karena tidak bergerak, di hari-hari terakhir saya jadi susah tidur, badan pegal dan ngilu-ngilu.

Kira-kira 1 atau 2 hari (sudah mulai lupa saking lamanya 😅) sebelum jadwal tes bHcg, saya flek kemerahan sepertimau mens. Waktu pertama lihat flek itu jantung saya rasanya mau copottt...lemeees banget. Langsung nangis deh, cerita ke suami. Di hari cek bHcg, diam-diam masih berharap. Waktu itu pagi-pagi kami ke Morula untuk ambil darah, hasilnya akan keluar kira-kira jam 2 siang. Saya dan suami makan siang di restoran, berusaha menyibukkan pikiran kami. Sampai akhirnya sms itu datang, isinya "bHcg < 1", and that's when our hopes & dreams tumbled down..

Kegagalan pertama. Sakit banget rasanya. Sepetinya semua tenaga hilang dari badan. Nggak ngerti mau mikir apa lagi, berharap apa lagi. IVF aja gagal..so what's next? Itu pikiran saya dulu...

Beberapa lama memulihkan hati dan mental, saya lalu konsultasi ke dr. Ivan. Maksud hati ingin mencari jawaban atas kegagalan IVF saya. Sedihnya, waktu saya masuk ruangan, dokter baru baca arsip saya secara cepat. Tadinya saya berharap, sudah ada semacam analisis atau review atas kegagalan saya, sehingga ketika konsultasi dokter bisa menjelaskan what went wrong. Saya hanya ingat 2 poin dari omongan dokter saat itu :
1. Kondisi hormon saya mungkin sudah tidak ideal (overstimulated), dokter menggunakan istilah "rahim yang terlaly matang", hal ini menyebabkan embrio tidak berhasil menempel di rahim.
2. Tidak perlu dipikirkan terlalu jauh, kita pikirkan saja rencana FET.

Waktu itu sih saya agak kecewa dengan "penjelasan" dokter. Terus terang, I expected something more. Tapi setelah lebih banyak ngerti tentang IVF, I think maybe there's nothing more to it. Yang bisa dilakukan adalah coba lagi, dan lagi, until you hit the jackpot.

Saat konsultasi itu, saya juga di-USG. Ternyata ovarium saya masih bengkak sisa dari OPU. Jadi dokter merevisi pernyataannya yang sebelumnya sudah sempat bilang saya bisa FET segera. Saya dianjurkan untuk menunggu dulu sampai ovarium saya normal kembali.

Friday, August 4, 2017

TTC Journey - Chap.2, Keliling Androlog & Urolog

2012 - 2013

Berdasarkan referensi dari dr. Muharam, kami menemui Androlog dr. Indra G. Mansyur di RS Sayyidah, Pondok Kelapa. Di sana, suami dicek sperma ulang, diberi beberapa obat, lalu bulan berikutnya cek sperma lagi. Hasilnya tidak banyak berubah.

Karena tempat praktek yang terlalu jauh dari rumah, plus kami kurang sreg dengan dokternya, selanjutnya kami konsul dengan Prof. Nukman Moeloek, Androlog yang sangat terkenal di jagat raya internet.

Dengan Prof. Nukman, suami dikasi obat lagi, disuruh cek sperma setiap bulan, dan hampir setiap bulan juga obatnya berganti-ganti dan selalu bermacam-macam. Cukup lama suami berobat di sana, hasilnya tetap tidak ada perbaikan, malah sedikit demi sedikit turun terus. Sudah mulai hopeless.

Sambil terapi sperma, saya terus baca-baca berbagai blog dan forum-forum TTC di internet, browsing sana sini nggak ada henti. Akhirnya kami berpikir mungkin memang sudah saatnya untuk langsung IVF, sesuai note pada hasil cek sperma suami pertama kali di Klinik Yasmin. Daripada menghabiskan waktu ke sana ke mari untuk berusaha memperbaiki sperma, yang sampai saat ini nggak juga membuahkan perbaikan. Malah buang-buang waktu, mengingat umur juga jalan terus.

Saya mulai riset pusat-pusat IVF di Jakarta dan dokternya. Alternatifnya saat itu :
- Klinik Yasmin, RSCM Kencana
- Klinik Morula di Bunda International Clinic
- RSIA Family (klinik Family Fertility Center)
- RS Gading Pluit (klinik Teratai)

Cerita selanjutnya tentang IVF pertama kami, di Chapter berikutnya ya....

Friday, July 21, 2017

TTC Journey - Chap.1, Fertility Check Up

2012

Saya dan suami nikah September 2011. Waktu nikah, saya masih nyelesaiin tesis jadi kami berdua masih nyantai aja soal punya anak. Walaupun sejak sebelum nikah, suami sudah bilang kalau setelah menikah nanti tidak mau nunda-nunda, ingin langsung punya anak.

Bulan Maret 2012 saya mulai kepikiran untuk ke dokter buat fertility check up. Walaupun "baru" menikah 6 bulan, tapi saya tahu diri buat cepet-cepet ke dokter karena usia sudah mau 32 tahun. Waktu itu, masih belum punya kamus dokter kesuburan mana yang oke, blank sama sekali. Ke dokter seumur-umur cuma dokter kulit sama dokter gigi. Akhirnya saya nyontek temen yang waktu itu sedang program sama dr. G di RS ABC.

Di sana, pertama-tama saya di-USG transvaginal oleh dokter lain, di ruangan lain. Dokternya cewek, masih muda. Ngerjain USG-nya ya ampuuuun sakitnyaaa...mana itu USG transvaginal pertama saya alami seumur hidup. Waktu dia ngebelokin batang USG ke arah kiri dan kanan, huhuuuu sakit buangettt. Sakitnya ga hilang sampai 3 hari lho. Traumatis!! Setelah USG, hasilnya di-print, terus diserahkan ke dr. G.

Selanjutnya, saya konsul di ruangan dr. G. Dokter cuma bilang "Ibu bulan ini nggak subur.", terus ngasi resep Profertil beserta petunjuk minumnya, dan nyuruh kembali lagi bulan depan. Nggak ada penjelasan kenapa saya dikasi obat itu dan tujuannya untuk apa. Pulang dari sana, saya galau berat. Mana perginya sendiri. USG-nya sakittt, dibilang nggak subur (yang terus terang saat itu saya nggak ngerti apa artinya). Pengen nangisss rasanya, blankclueless. Kalau sekarang sih sudah lebih ngerti, tapi dulu kan totally newbie, mana ngerti apa maksudnya nggak subur. In short, it really wasn't a good first experience.

Beberapa minggu setelah itu, setelah browsing2, saya dan suami memutuskan untuk konsul ke Klinik Yasmin, RSCM Kencana. Dari yang saya baca di internet, klinik kesuburan ini bagus dan ramai dikunjungi pasien yang ingin program kehamilan. Saya pilih konsul dengan dr. Muharam. Saya bersyukur saya stumble di dokter dan klinik ini, karena pemeriksaannya menurut saya relatif menyeluruh. Selama 1-2 tahun ke depan, dalam diskusi dengan teman-teman sesama TTC, saya bisa share tentang berbagai tes yang dibutuhkan untuk fertility check up, sementara banyak dari teman-teman saya belum pernah dites A B C.

Yang dites waktu itu :
- Saya :
1. USG transvaginal : hasil suspect PCO
2. Tes darah :
- Hormon AMH, LH, FSH, Estradiol, Prolaktin : dokter nggak bahas
- d-Dimer : normal
- TORCH lengkap : beberapa IgG positif, dikasi obat antivirus
3. HSG : kedua tuba paten
4. Histeroskopi : tidak ada masalah

- Suami :
1. Tes Hormon LH, FSH, Testosteron : normal
2. Analisis Sperma : oligoasthenoteratozoospermia
3. DNA Fragmentation : normal

Saat terima hasil Analisis Sperma, note dari Androlog di paling bawah kertas hasil adalah :
Dianjurkan untuk IVF

Waktu baca itu bareng suami, kami berdua lemes. Belum kebayang IVF itu sebenarnya kaya apa. Selama ini cuma pernah baca sekilas-sekilas saja di internet atau majalah. Bener-bener nggak nyangka akan disarankan untuk melakukan IVF, di usia pernikahan yang baru seumur jagung. Istilahnya ngitung masa subur aja saya belum ngerti-ngerti banget. Ini ibarat anak TK yang baru belajar baca disuruh langsung skip ke kelas Kalkulus 😓.

Berdasarkan hasil Analisis Sperma, dr. Muharam me-refer kami untuk konsultasi ke Androlog dr. Indra G. Mansyur.

Selanjutnya, saya nggak lanjut TTC (trying to conceive/program kehamilan) dengan dr. Muharam karena sistem berobat di Klinik Yasmin saat itu sangat tidak convenient menurut saya. Setelah mendaftar melalui telpon minimal 1 hari sebelumnya, saya di-sms untuk datang jam 9, sehingga saya biasanya sudah stand by sejak jam 8 karena nomor urut ditentukan berdasarkan kedatangan. Tapi umumnya, baru masuk ruangan dokter sekitar jam 2-3 sore. Setiap ke sana rasanya badan rontokkk. Namun menurut info terbaru, saat ini nomor urut ditentukan berdasarkan waktu mendaftar via telpon, jadi sudah lebih nyaman.

Selanjutnya, kami fokus berobat untuk memperbaiki sperma suami. Ceritanya nanti saya lanjutin ya...

Ringkasan perjalanan IVF di Lam Wah Ee (detail - incl. biaya)

Buat yang nggak ngikutin perjalanan IVF ketiga saya di Lam Wah Ee, ini saya buatin post khusus ringkasannya...supaya lebih gampang bacanya... :)


Ringkasan Biaya :
- Konsultasi awal (sebelum mulai program bayi tabung) : RM579,60
- Program bayi tabung (dari awal s.d OPU) : RM11380,8
- Perawatan akibat OHSS (opname 1 malam) : RM816,2
- FET : RM1963,8

Total (di luar perawatan OHSS) = 13924,2 (termasuk perawatan OHSS = 14740,4)


Ringkasan Program

FRESH CYCLE
1. Senin, 9 Mei 2016 (h12), Kunjungan #0 : Konsultasi pertama dengan dr. Ng. Saya belum memutuskan untuk langsung mulai program bayi tabung di LWE, jadi tidak ambil obat apapun, hanya screening awal sesuai ketentuan RS.

Yang dilakukan : 
1. Tes AMH (hasil AMH yang saya bawa sudah lebih dari 1 tahun)
2. Screening test IVF suami istri (HIV, hepatitis dll)
3. Sperm analysis (S.A)
4. Pap Smear
5. Konsultasi & USG dengan dokter

Yang diperoleh : 
1. Hasil Tes AMH
2. Hasil S.A

Note : Kalau ingin mulai program, hubungi suster ketika mens dan akan diinformasikan kapan harus datang.

Biaya : RM 579.60 
- Fee konsultasi dokter 70
- USG 60
- Laboratorium 353
- Sperm Analysis 80
- Medical Supplies 6
- Biaya pendaftaran 10


2. Kamis, 14 Juli 2016 (h22), Kunjungan #1 : Mulai program bayi tabung

Yang dilakukan : 
1. Konsultasi & USG dengan dokter
2. Beli obat
3. Sperm analysis atas permintaan sendiri 

Yang diperoleh : 
1. Suprefact 2 vial
2. Jarum suntik 20 buah

Note : 
- Mulai suntik Suprefact 40 unit/hari setiap malam di waktu yang sama (saya pukul 9 malam), toleransi +/- 1 jam, tidak boleh berhenti
- Hubungi suster apabila sudah mens atau jarum suntik tinggal 4 buah

Biaya : RM 694
- Suprefact 479
- Fee konsultasi dokter (follow up) 50
- USG 60
- Sperm Analysis 80
- Clinical Bed Roll 1
- Jarum suntik 20
- Alcohol Swab 4


3. Kamis, 28 Juli 2016 (h7) Kunjungan #2 : Kontrol

Yang dilakukan :
1. Konsultasi & USG dengan dokter
2. Beli obat

Yang diperoleh :
1. Gonal-F 300IU 3 buah
2. Tambahan jarum suntik & alcohol swab untuk Suprefact

Note :
- Suprefact dilanjutkan dengan dosis 15 unit/hari
- Mulai suntik Gonal-F 1 Agustus, dosis 137.5IU setiap malam di waktu yang sama (saya pukul 9 malam), toleransi +/- 1 jam, tidak boleh berhenti

Biaya : RM 1177.20
- Gonal-F 1057
- Fee konsultasi dokter (follow up) 50
- USG 60
- Clinical Bed Roll 1
- Draw Sheet 2
- Jarum suntik 6
- Alcohol Swab 1.2


4. Sabtu, 6 Agustus 2016 (h16), Kunjungan #3 : Kontrol

Yang dilakukan :
1. Konsultasi & USG dengan dokter
2. Beli obat

Yang diperoleh : Gonal-F 300IU 1 buah

Note :
- Suprefact tetap dilanjutkan dengan dosis 15 unit/hari
- Gonal-F mulai malam ini diturunkan menjadi 112.5IU
- Dokter sudah menginformasikan kalau ET akan ditunda karena terlihat gejala overstimulasi (better chance if FET)

Biaya : RM 466.40
- Gonal-F 353
- Fee konsultasi dokter (follow up) 50
- USG 60
- Clinical Bed Roll 1
- Jarum suntik 2
- Alcohol Swab 0.4


5. Rabu, 10 Agustus 2016 (h20), Kunjungan #4 : Kontrol

Yang dilakukan :
1. Konsultasi & USG dengan dokter
2. Beli obat

Yang diperoleh :
1. Gonal-F 300IU 1 buah
2. Persiapan OPU :
a) 1 kotak Pregnyl 5000IU
b) 2 tablet Bisacodyl 5mg (pencahar)
c) Tabung untuk menampung sperma
d) Surat pengantar untuk cek Progesteron
e) Surat pengantar untuk suntik Pregnyl (surat ini harus dibawa suami ke IVF Center pada hari Senin pagi ketika akan mengambil sperma)
f) Surat pengantar untuk ke Admission hari Senin pagi

Note :
- Suprefact tetap dilanjutkan dengan dosis 15 unit/hari selama 3 hari, setelah itu stop
- Dosis Gonal-F untuk 3 hari ke depan adalah 100-100-75IU, setelah itu stop
- Sabtu pagi cek Progesteron ke Lab, bawa surat pengantar
- Sabtu malam jam 21.30 suntik Pregnyl, HARUS TEPAT WAKTU. Bisa suntik sendiri atau ke UGD (saya ke UGD, bawa surat pengantar, datang 30 menit sebelumnya agar ada spare waktu untuk petugas menyiapkan)
- Minggu mulai jam 00.00 puasa makan dan minum
- Senin OPU, datang ke Admission jam 7 pagi, bawa deposit RM 6.200. Suami akan setor sperma di IVF Center jam 08.30

Biaya : RM 518.70
- Gonal-F 353
- Fee konsultasi dokter (follow up) 50
- USG 60
- Clinical Bed Roll 1
- Jarum suntik 3
- Pregnyl 50.50
- Bisacodyl 1.2


6. Sabtu, 13 Agustus 2016 (h23) pagi : Tes Progesteron

Note : Hasil tidak perlu ditunggu, akan langsung dikirim ke klinik dr.Ng

Biaya : RM 36 


7. Sabtu, 13 Agustus 2016 (h23) malam : Suntik Trigger (Pregnyl)

Note : Saya suntik di A & E (UGD), lapor ke suster (tunjukkan surat pengantar), tidak perlu ambil nomor antrian. Jam 21.30 nama saya dipanggil, disuntik di dalam ruangan

Biaya : -


8. Senin, 15 Agustus 2016 (h25), Kunjungan #5 : OPU

Yang diperoleh :
1. Antibiotik Zinnat untuk 2 hari
2. 1 strip Tramadol (pain killer)

Note : Sekitar jam 2-3 sore suster datang ke kamar untuk menginformasikan jumlah telur yang didapat. Saya diminta kontrol ke dokter 2 hari lagi (Rabu). Pulang sekitar jam 5 sore.

Biaya : RM 5974.20
- Fee dokter 200
- ICSI disposables 2800
- Oocyte recovery 2420
- Embryology Lab Supplies 49
- Medical Supplies 111.7
- Nursing Care 50
- Obat 85.5
- Pulse Oximeter 15
- Biaya kamar 130
- USG 60
- Biaya pendaftaran 50


9. Rabu, 17 Agustus 2016 (h27), Kunjungan #6 : Bayar biaya Embryo Freezing dan konsul dokter

Yang dilakukan :
1. Bayar biaya Embryo Freezing ke IVF Center
2. Konsul dengan dr.Ng (gejala OHSS)

Yang diperoleh :
1. Metoclopramide (obat anti mual)
2. Upha Lyte Powder (penambah elektrolit)

Note :
- Dokter mengkonfirmasi kalau ET ditunda
- Karena gejala OHSS (dehidrasi, perut membesar, mual), dokter pesan agar banyak minum jus buah, susu kedelai, dan Upha Lyte. Boleh minum obat anti mual agar tetap bisa makan dan minum. Dianjurkan makan banyak protein.

Biaya : RM 2514.30
- Metoclopramide 2.5
- Upha Lyte Powder 11.80
- Embryo Freezing 5 tahun 2500


10. Jumat, 19 Agustus 2016 (h29), Kunjungan #7 : Ke UGD karena semakin sesak dan terasa berkunang-kunang sehabis makan malam (gejala OHSS)

Yang dilakukan :
1. Diperiksa di UGD
2. Atas petunjuk dr.Ng, masuk RS untuk diopname karena OHSS. Check out 20 Agustus siang, setelah di-visit oleh dr.Ng

Yang diperoleh : Tambahan Metoclopramide dan Upha Lyte Powder

Note : Saya minta pulang saja karena di RS benar-benar tidak bisa istirahat. Saya bilang ke dokter kalau sudah beli tiket ke Jakarta untuk tanggal 20 Agustus. Diperbolehkan untuk pulang namun dokter wanti-wanti kondisi saya masih akan bertambah buruk. Jadi kalau seandainya di Jakarta butuh pertolongan medis, pastikan dokter/RS yang menangani paham mengenai OHSS.

Biaya : RM 816.20
- Fee dokter 200
- Food/diet 30
- Laboratory 160
- Medical supplies 111.40
- Nursing care 50
- Obat 61.80
- Kamar 130
- Admission Fee 50

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

FET
1. Selasa, 28 Februari 2017 (h13), Kunjungan #1 : Mulai proses FET

Yang dilakukan :
1. Konsul & USG dengan dokter

Yang diperoleh : -

Note : Konsul kembali 2 hari dari sekarang

Biaya : RM 116
- Fee dokter 50
- Medical supplies 1
- USG 60
- Biaya registrasi 4.72


2. Kamis, 2 Maret 2017 (h15), Kunjungan #2 : Konsul

Yang dilakukan :
1. Konsul & USG dengan dokter

Yang diperoleh : -

Note : Konsul kembali 2 hari dari sekarang

Biaya : RM 66
- Medical supplies 1
- USG 60
- Biaya registrasi 4.72


3. Sabtu, 4 Maret 2017 (h17), Kunjungan #3 : Konsul

Yang dilakukan :
1. Konsul & USG dengan dokter
2. Tes ovulasi

Yang diperoleh : 1 buah tes ovulasi Clear Blue

Note :
- Tes ovulasi besok dan hasilnya difoto
- Konsul kembali 2 hari dari sekarang

Biaya : RM 61
- Medical supplies 1
- USG 60


4. Minggu, 5 Maret 2017 (h18) : Tes Ovulasi

Note : Hasil tes ovulasi negatif




5. Senin, 6 Maret 2017 (h19) Konsul

Yang dilakukan :
1. Konsul & USG dengan dokter
2. Tes ovulasi

Yang diperoleh : -

Note :
- Hasil tes ovulasi positif
- Konsul kembali besok

Biaya : RM 61
- Medical supplies 1
- USG 60




6. Selasa, 7 Maret 2017 (h20) Konsul

Yang dilakukan :
1. Konsul & USG dengan dokter

Yang diperoleh : -

Note : Hasil USG menunjukkan saya sudah ovulasi

Biaya : RM 168.20
- Clinical Bed Roll 1
- Cyclogest 400 (6 buah) 107.20
- USG 60




7. Minggu, 12 Maret 2017 (h25) : FET

Yang diperoleh :

Note : Tes b-HCG tanggal 23 Maret 2017

Biaya : RM 1491.60
- Fee dokter 50
- Embryology Lab 200
- Embryo Transfer 800
- Embryology Lab Supplies 51
- Medical Supplies 6
- Obat (Cyclogest 21 buah) 319.60
- USG 60
- Biaya registrasi 4.72

Saturday, July 8, 2017

My 2ww diary

Sekarang saya mau share apa saja yang saya lakukan selama 2ww (two-weeks wait), atau masa penantian hasil setelah ET. 2ww kali ini merupakan 2ww ke-4 saya. Sejak sebelum 2ww, saya sudah rencana bahwa 2ww ini akan saya lewati dengan "biasa-biasa saja", artinya nggak pakai bedrest, nggak pakai takut bergerak atau takut mandi, dsb dsb dsb.

Selama ini saya sudah cukup banyak baca artikel dan berbagai penelitian yang menyatakan bahwa bedrest tidak terbukti meningkatkan keberhasilan bayi tabung. Justru sebaliknya, beberapa penelitian menyatakan bahwa bedrest merugikan karena mengganggu lancarnya aliran darah, termasuk ke rahim. Padahal kita tahu aliran darah ke rahim sangat penting perannya dalam menunjang proses implantasi embrio.

Saya semakin yakin karena setelah selesai ET, dr. Ng mendatangi saya dan bilang "You can do anything, eat anything. No need to lie down..because other normal pregnant people just do as normal.".

So, here how my 2ww went :

Minggu, 12 Maret (ET day)
Setelah ET, nunggu dijemput sama Ko Adrian sekitar 40 menit. Selama nunggu di lobby RS, saya berdiri sekitar 15 menitan karena pernah baca artikel yang menganjurkan berdiri setelah ET. Hari ini stay at home, makan juga di apartemen aja.

Senin, 13 Maret (1 day past 5-day transfer/1DP5DT)
Seharian di apartemen, pagi jalan kaki 15 menit. Malamnya makan ke Keat Garden (food court dekat Mewah Court, seberangnya mini market Eaton). Lethargic, lemes, capek, kaya nggak ada tenaga padahal nggak ngapa-ngapain.

Selasa, 14 Maret (2DP5DT)
Masih stay di apartemen aja seharian, cuma keluar buat jalan pagi seperti biasa 15 menit. Sore ada rasa seperti ditusuk di perut kiri bawah, tapi cuma beberapa detik. Still feel lethargic all the time.

Rabu, 15 Maret (3DP5DT)
Yeayyy, akhirnya hari ini keluar! Dasar nggak betahan, 3 hari di apartemen aja kayanya udah bosaaan banget. Jam 12 pergi ke Gurney Paragon, pulang jam 4 sore. Di mall banyakan nongkrong duduk-duduk aja. Jam 4 sore perut bawah terasa agak keram sedikiiit. Still lethargic.

Oh ya, di mall saya beli testpack 4 buah, rencananya buat dipakai dari mulai 8-11DP5DT. Soalnya saya kayanya nggak kuat nunggu hanya dari tes b-HCG 😓. 

Kamis, 16 Maret (4DP5DT)
Hari ini istirahat di apartemen. Pagi-pagi turun mau jalan, baru 5 menit tahu-tahu hujan. Siang nyoba turun lagi buat jalan, ehh baru 5 menit hujan lagi, dan dodolnya nggak bawa payung. Tadinya mau duduk dulu di kursi di lantai dasar Mewah Court blok 102, nunggu hujan reda baru lanjut jalan lagi. Tapi posisi kursinya kena cipratan air hujan. Jadi terpaksa duduk di pinggir-pinggir tangga arah mau ke lift (yang sudah pernah ke Mewah Court pasti kebayang), posisi duduknya nggak bisa nyender. Akhirnya daripada kecapekan duduk kaya gitu, jalan pulang aja deh hujan-hujanan. Mana nggak berani jalan ngebut, kan katanya kalau lagi 2ww jalannya harus timik-timik kaya putri kraton hehehe. Untung saya pakai topi jadi kepala nggak basah. Sampai kamar langsung mandi air hangat. 

Makan malam jalan ke Keat Garden (our favorite out of the three food court, isn't it obvious.. 😋). Malamnya agak pegal-pegal di pundak dan leher, terus minta dipijat suami tapi pelan-pelan aja. Perasaan lethargic sudah mulai berkurang. Oh ya, sempet diare pagi-siang. Bingung juga karena apa..tapi curiganya karena semalam sok-sok-an minum extra-virgin olive oil, mungkin perut saya nggak cocok.

Jumat, 17 Maret (5DP5DT)
Siang pergi ke Cafe Passion Heart yang katanya terkenal dengan kue-kuenya, ternyata kalau dibandingkan dengan kue-kue di Jakarta sih masih kalah hehe. Habis itu jalan kaki ke Cafe Mugshot

Malam hari, saya kepanasan. Terus perut bawah seperti ketekan, tapi mild banget. Kalau bukan karena lagi 2ww sih mungkin nggak akan ngeh. Tapi ini karena lagi 2ww, semua dirasa-rasain dan diperhatiin 😅.

Sabtu, 18 Maret (6DP5DT)
Siang saya main ke RS karena ada 2 teman yang lagi konsul ke dr.Ng, perginya naik Uber karena takut kepanasan dan kejauhan kalau jalan kaki. Habis dari RS, lanjut pergi ke Gurney Plaza. Malamnya pinggang belakang kanan terasa agak nyeri.

Minggu, 19 Maret (7DP5DT)
Siang pergi ke Cafe Twelve Cups, nyobain waffle-nya yang ternyata kecil, mahal lagi..udah gitu pilihan layer cake-nya yang di foto-foto yang beredar di internet banyak banget ternyata cuma sedikit huhuhu. Nyebelinnya lagi, ternyata sore itu mau ada pesta ulang tahun anak kecil, jadi selama saya di sana, pegawainya wara-wiri beberesan dan angkat barang ini itu untuk nyiapin pesta itu. Jadi super nggak nyaman, keseeel. Padahal tadinya ke situ mau leyeh-leyeh, baca novel. Ini boro-boro..pengennya cepet-cepet pergi aja. Jadi begitu makanan dan minuman habis, saya dan suami langsung pergi. 

Kita jalan ke arah Queen Victoria Memorial Clock Tower di dekat Fort Cornwallis, foto-foto sebentar..terus lanjut lagi jalan sampai Cafe Constant Gardener yang posisinya di seberang Padang Kota Lama (yang saat itu lagi under construction). Di sini baru dehh nyaman duduk-duduk.  

Pulangnya jalan sedikit ke arah belakang cafe, daerah Little India, banyak restoran Indianya. Tadinya masih mau jalan-jalan sore, tapi langit udah gelap banget, jadi kita cepat-cepat pesen Uber. Bener aja, pas nunggu Uber, hujan udah mulai turun rintik-rintik.

Hari ini kayanya jalan kaki terjauh selama 2ww ini.

Senin, 20 Maret (8DP5DT)
Hari ini pulang ke Jakarta, di bandara pakai kursi roda dari Air Asia (sudah booking online sebelumnya karena harganya setengah dari harga kalau beli on-the-spot di counter). Untung aja pakai kursi roda, karena beneran deh rasanya cepet cape banget. Kalau saya baca-baca sih katanya salah satu efek Progesteron..

Selasa, 21 Maret (9DP5DT)
Siang pergi makan di mall, terus belanja. Walaupun suami yang banyak ngambil-ngambilin barang dan dorong troli, tapi tetep rasanya capeee banget, terus ngantuuuk..

Rabu, 22 Maret (10DP5DT)
Cerita hari ini lebih lengkapnya bisa di baca di post ini.
.
.
.
.
.

Selama 2ww, yang saya lakukan setiap hari :
- Pakai kaos kaki all the time (kecuali mandi ya 😀), bahkan ketika ke kamar mandi tetap pakai, jadi selalu pakai sendal jepit.
- Jalan kaki 15-20 menit mulai dari hari ET+1, kecuali kalau hari itu sudah jalan-jalan ke mall, saya nggak khusus jalan kaki lagi.
- Makanan wajib setiap hari :
1. Putih telur minimal 3 buah, direbus atau dibuat omelet dicampur daging ayam giling biar nggak bosan.
2. Buah : kiwi, apel, jeruk masing-masing 1 buah untuk sarapan
3. Brazil nut 3-4 butir
4. Ikan salmon minimal 1 porsi
5. Sayur bayam rebus 1 porsi
6. Air rebusan kacang hijau 1 gelas
7. Alpukat tiap 1-2 hari 1 buah
8. Susu cair (fresh milk) 1 gelas

Sisanya saya makan bebas, sering makan di luar juga. Hanya nggak makan dan minum dingin. Selain karena banyak baca artikel yang menyarankan hal ini, juga disarankan oleh dokter akupunktur di LWE.

Vitamin yang diminum selama 2ww :
- Asam folat 5mg
- Vitamin D 1000IU

I think that's all. Pokoknya, 2ww kali ini saya jalani dengan santai, saya usahakan banyak kegiatan jadi nggak banyak waktu buat mikirin bakal berhasil atau nggak. Suami saya sangat berperan besar dalam hal ini. Dia selalu ngingetin saya untuk menganggap waktu kami di Penang sebagai liburan, jadi jalani hari-hari bener-bener kaya lagi liburan aja, jalan-jalan ke mall, belanja, nyari-nyari tempat menarik atau cafe yang direkomendasikan untuk dikunjungi, nongkrong di cafe, baca buku, dsb dsb. Jauh berbeda dengan 3x 2ww sebelumnya yang saya jalani di Jakarta, di mana saya melewatinya dengan beristirahat di rumah. Yang ada di hari-hari terakhir badan pegal-pegal dan ngilu akibat kurang gerak, jadi sering kebangun tengah malam atau bahkan insomnia.

I would say that this 2ww was a stress-free one.. 😊

Friday, July 7, 2017

FET result

....a very late post......................

Hari ini tanggal 22 Maret (10DP5DT), h-1 dari jadwal cek bHcg sesuai perintah dr. Ng. Pagi-pagi kebangun jam 6 kurang, langsung inget hari ini jadwal mau testpack. Jadi yaa, empat testpack yang waktu itu saya beli di Penang belum jadi dipakai sesuai rencana awal (tadinya mau dipakai saat 8-11DP5DT), karena setelah diskusi sama suami takutnya nanti dapat hasil false negative terus malah jadi down dan sedih-sedih yang nggak perlu. Tapi pas kebangun karena masih ngantuk banget, jadi saya pikir nanti aja deh TP-nya. Saya cuma ke kamar mandi untuk buang air kecil, terus balik tidur lagi.

Jam 7.30 kebangun lagi untuk buang air kecil. Waktu seka habis buang air kecil, discharge/sisa Cyclogest yang biasanya warna putih, pagi ini abu-abu gelap. DEGGG!! Rasanya jantung copottt. Saya mikirnya berarti ada darah makanya sisa Cygest-nya jadi abu-abu. Udah mau nangiiiis..tapi di sisi lain agak lega karena udah dikasi tanda-tanda duluan kalau hasilnya bakal negatif. Saya buru-buru TP, bener donggg hasilnya negatif. Langsung lemessss banget. Cepet-cepet masuk ke kamar terus kasitau suami. Nangis dehh saya sambil peluk-pelukan...

Beberapa menit setelahnya, entah kenapa saya pengen lihat lagi TP-nya tadi, soalnya belum ditunjukin juga ke suami. Waktu saya ambil, lho kok garisnya jadi ada 2, walaupun garis yang kedua samar. Habis itu, saya coba pakai TP 1 lagi (beda merk), tapi dengan sampel urin yang sama. Hasilnya samar juga, tapi lebih jelas dari yang pertama. Akhirnya kita mutusin untuk tes bHCG hari ini aja, nggak kuat nunggu sampai besok. Dalam hati saya udah bayangin yang terburuk aja, embrionya sempet nempel tapi kemudian nggak lanjut berkembang (makanya hasil TP-nya positif samar yang artinya bHcg-nya rendah, plus discharge Cyclogest warna abu-abu karena bercampur darah yang artinya saya udah mau mens. That was the scenario I had in my mind.

Jam 11 ke Prodia terdekat, ternyata sekarang hasil bHCG nggak bisa dikirim via email. Haduuh, harus balik lagi dan selesainya juga baru jam 5 sore 😓😓😓.

Jam 5 udah nyampe lagi di Prodia. Begitu terima amplopnya, langsung saya robek dan cepet-cepet buka kertasnya. Jantung berdebar kuencengggg banget. Udah siap bakal lihat angka kecil. Pas buka kertasnya, hasilnya 495.4!!! Praise The Lord!!!

Begitu masuk ke mobil, saya langsung tunjukin kertasnya ke suami, "Positif Yang, positif.! 400 angkanyaa!", sambil nangis-nangis setengah nggak percaya. Tangan gemetarannn. Pertama kali dalam hidup lihat hasil bHCG positif. Suami saking paniknya nggak ngerti mana bagian yang harus dibaca, dia pegang dan liatin kertasnya sambil nanya "Yang mana? Yang manaa??" 😂. Saya tunjukin "Iniiii angkanya, bHCG, 495.". Suami nanya lagi "Kalau 400 itu artinya apa???", saya jawab "Di atas 100 itu udah bagus banget...". Kalau diceritain sekarang sih mau ngakak ya 😁. Setelah suami ngeh, baru deh peluk-pelukan, nangis-nangisan berdua. Untung nggak digrebek tukang parkir 😝. Lumayan lama di dalam mobil, nggak putus-putus bilang terima kasih sama Tuhan.

Tapi to be honest, perasaan lega dan seneng itu cuma bertahan beberapa saat. Habis itu, saya kembali khawatir lagi, bener nggak yah ini hamil, hamilnya normal nggak yah, nggak ektopik, nggak BO, bakal berlanjut sehat seterusnya nggak yah..dan kekhawatiran-kekhawatiran lainnya. Bener dehh..dulu waktu masih TTC rasanya kalau bayangin terima hasil positif itu bakal merasa seperti di awan, pengen loncat-loncat dan teriak-teriak ngabarin ke seluruh dunia "I'm finally pregnant!!!!, terus foto TP atau hasil angka bHcg buat di-share di sosmed. But nope, sama sekali nggak kepikiran. Yang ada cuma khawatir dan khawatir. That's the truth. Mungkin bakal dibilang lebay atau nggak bersyukur atau kurang beriman. Tapi yang pernah ada di posisi saya dan mengalami pengalaman seperti proses TTC saya selama ini, saya yakin pasti ngerti....

Monday, May 1, 2017

FET day...!!

Minggu, 12 Maret 2017 (h25)

Pagi-pagi jam 6.30 sudah bangun, dari malam sudah wanti-wanti sama suami nggak mau mepet kaya waktu OPU, antrian panjanggg jd deg-degannnn. Jam 7.30 kami sudah sampai di RS, ternyata di bagian Admission kosong, ya iyalah hari Minggu, masih pagi pula hehehe. Di registrasi dikasi lembaran hijau terus kami langsung naik ke IVF Center yang ternyata masih tutup, hahahah..ngebel-ngebel nggak ada yang nyahut. Akhirnya turun lagi ke lantai dasar, karena di kursi tunggu di lantai 3 udaranya sumpek banget, kaya nggak nyala AC-nya.

Jam 8 saya lihat salah seorang staf IVF Center datang lari-lari kecil dan naik ke atas. Jam 8.10 saya naik dan nyoba ngebel lagi, masih belum ada yang bukain. Akhirnya duduk di kursi di dalam Ward yang selantai dengan IVF Center, supaya ada AC. Jam 8.20 ada pasien lain yang datang dan ngebel-ngebel, masih belum dibukain juga. Jam 8.30 baru ada petugas yang bukain pintu, mukanya judesss, nggak ada senyumnya. Waktu masuk, saya kasiin lembaran hijau dari bagian registrasi dan lembaran putih dari suster yang katanya disuruh serahkan ke IVF Center, eh taunya dibalikin sambil bilang "Ini tak mau!. Ketus bokkk! Mungkin bete yaa harus datang pagi-pagi di hari Minggu 😅.


08.45 - Dipanggil masuk
Saya dipanggil masuk ke dalam dan disuruh bawa botol minum. Sebelum masuk, disuruh buka sepatu dan kaos kaki. Di dalam, disuruh buka semua pakaian kecuali bra, lalu pakai hospital gown, terus masuk ke ruangan ET yang SUPERRRR DINGINNNN. Disuruh naik ke tempat tidur, suster USG untuk ngecek urine, katanya sudah cukup jadi jangan minum lagi. Saya tanya kira-kira nanti ET-nya jam berapa, katanya dokter nanti datang mungkin jam 9.15 atau 9.30 *glekkk*.


08.50 - 9.30 - Menunggu
Tiduran....menunggu....dingiiiiiin....makin lama makin terasa udah mulai kepengen pipis..... 😆. Dari yang awalnya kaki lurus, sampai lama-lama ditekuk biar lebih hangat.


9.30 - 9.40 - Persiapan
Jam 9.30 akhirnya dr.Ng datang!!! Suster bilang "Ibu..dokter sudah datang ya...", terus gown saya diangkat, kaki dinaikin ke sandaran, diikat dengan strap. Beberapa teman cerita kalau sandaran kaki di ruangan ET ini bikin sakittt, jadi saya udah parno, dan beberapa hari sebelum ET saya sudah stretching biar paha lentur hahaha. Tapi ternyata pas kaki saya dinaikin, nggak sakit kok. Awalnya yang sebelah kanan memang agak ngganjel karena bantalannya kurang turun jadi ngganjel di paha, terus saya minta tolong suster benerin, habis dibenerin nyaman-nyaman aja. Cuma dinginnya booooo, sampai gemetarannn...soalnya kaki terbuka.

Nggak lama, dokter masuk dan tegur saya, tepuk pundak seperti biasa, terus duduk di kursi di samping tempat tidur, sambil nulis-nulis. Setelah itu, urine saya dicek (suster yang USG, dokter ngecek). Ternyata udah berlebih, jadi harus dikeluarkan pakai kateter. Suster sih cuma bilang "Ibu, ibu mau pipis dulu ya...". Suster ini baiiik banget...ramah dan setiap tahap dikasitau ke saya, jadi saya nggak tegang. Dokter pasang kateter, terus saya pipis sebagian..jadi agak legaaa karena sebelumnya udah terasa kebelet. Tapi waktu dipasang kateternya lumayan pedihhh, apalagi pas nyabutnya.. 😅.


9.40 - 9.50 - Proses ET
Selanjutnya dokter pasang penutup di masing-masing kaki, bentuknya kaya sarung panjang. Syukurlaaah jadi agak hangat setelahnya. Kalau nggak, nanti bisa-bisa saya dimarahin dokter karena kaki saya gerak-gerak gara-gara gemetaran 😄. Tapi selama ET dokter baik banget kokkk...kayanya dia tahu kalau saya tegang. Nggak banyak ngomong sih..cuma natap, terus nanya "Ibu OK?", sambil tepuk-tepuk pundak.

Habis itu dokter pasang cocor bebek, masukin selang (saya nggak bisa lihat jelas), setelah selang masuk suster bunyiin bel. Nunggu sekitar 2 menit (kalau perasaan saya nggak salah, pokoknya rasanya lamaaa... 😅). Kemudian staf lab masuk ke dalam ruangan dengan membawa embrio (nggak terlihat dengan jelas bawanya pakai alat apa), pokoknya si staf itu agak jongkok di samping dokter, terus kayanya dokter masukin ke selang. Selama nunggu embrio datang, suster sama dokter sempet bercanda katanya nama saya susah untuk orang Chinese, nanti dipanggilnya "Lut" kata dokter..terus susternya ngikutin "Lut", habis itu mereka berdua terkekeh-kekeh. Haduuu saya sih pengen banget ikutan ketawa, tapi takuuut jadi makin pengen pipis... 😂 Proses masukinnya cepet, kira-kira 1 menit. Nggak pakai acara romantis-romantisan di mana dokter nunjukin titik di layar "Ini ya buu embrio ibu..." seperti ET-ET saya terdahulu di rumah sakit lain. Pokoknya tahu-tahu udah masuk aja, hihihi.


9.50 - 10.00
Setelah ET selesai, cocor bebek dilepas, sarung penutup kaki dibuka, kaki dilepas dari sandaran, dikasi selimut lagi, dan saya kembali rebahan dengan kaki lurus. Saya tanya ke dokter, tadi yang dimasukkan 2 ya? Kata dokter nanti ya dijelaskan. Terus nggak lama, stabf lab yang tadi nganter embrio masuk lagi ngasi secarik kertas Post It ke dokter, dokter baca terus jelasin ke saya sambil nunjukkin kertasnya. Katanya yang dimasukkan 2 embrio, salah satunya top quality, gradenya 3AA (di Lam Wah Ee, angka pertama grading blastosis antara 1-3). Embrio kedua nggak ditulis grade-nya (dokter cuma bilang good), I wonder why..sebenarnya bisa nanya via email ke embriologis, tapi saya takut untuk tahu..mendingan nggak tahu kayanya..haha. Dokter bilang, setelah di-thawing kedua embrio sudah kembali fully-expanded. Artinya embrio yang pada tahap frozen menyusut karena semua kelembaban di dalamnya sudah ditarik keluar, telah kembali seperti keadaan sedia kala.

Saya masih punya 2 embrio lagi dalam keadaan frozen, tapi menurut dokter kualitasnya di bawah dari yang baru saja dimasukkan. Dokter cuma bilang "Nanti kalau yang ini berhasil, yang disimpan itu bisa untuk anak kedua. Kalau yang ini gagal, ya kita coba ET lagi dengan yang 2 itu.". Apa adanya banget, no sugar coating as usualBut I prefer it to be that way


10.00 - 10.15 Tiduran di Ruangan
Saya dibantu turun dari tempat tidur, terus pindah ke tempat tidur di dalam bilik kecil yang hanya ditutupi tirai. Pasien setelah saya yang sebelumnya nunggu di situ, naik ke tempat tidur untuk ET.

Nggak lama kemudian dr.Ng datang bawa surat pengantar untuk cek bHcg tanggal 23 Maret 2017 (h11 dari ET), dan resep Cyclogest tambahan. Pesan dr. Ng : You just do normal activity, no need to lie down. Because other women who get pregnant the normal way don't have to do bed-rest. You can eat anything.

Sekitar 15 menitan berbaring, kemudian suster datang dan mempersilakan saya untuk pulang.
.
.
.
.

Sekarang pasrah....as your plan, God....

Biaya : RM 1491.60



Sunday, April 30, 2017

FET...let's do this! - part 2

4th Visit, Senin, 6 Maret 2017 (h19)

Hari ini ambil nomor jam 6 pagi, karena waktu hari Sabtu dipesenin datang ke kliniknya sore saja. Jadi saya ke klinik jam 3 sore, dapet nomor 21. Saya tunjukin foto hasil tes ovulasi hari Sabtu :



Kata Suster Sujada, ini artinya sudah positif tapi masih mild. Padahal kalau saya baca di petunjuk pada brosur alat Clear Blue, kalau garis di kiri lebih tipis/samar daripada garis di kanan, artinya negatif. Berbeda dengan testpack kehamilan di mana garis samar artinya sudah positif tapi mild. Kemudian suster masuk ke ruangan dokter untuk lapor hasil tes ovulasi, tapi sepertinya dokter masih sibuk bicara dengan pasien lain jadi suster keluar lagi, saya disuruh tunggu saja, nanti dipanggil untuk ketemu dokter.

Sekitar jam 15.30 masuk ruangan dokter (sebelumnya sudah tampung urine). Hasil USG kata dokter telur yang di sebelah kiri masih ada, ukurannya 16x17 mm. Saya sempat lihat dokter ngukur ketebalan rahim 11 mm (tapi dokter nggak ngomong). Kata dokter "Bisa lah kita buat bulan ini, hanya perlu di-fine tune". Terus dokter minta lihat hasil tes ovulasi,, saya tunjukkan foto yang di bawah. Menurut dokter itu masih negatif (cocok dengan penjelasan brosur Clear Blue), Hasil yang positif itu minimal garis kiri sama tebal/gelapnya dengan garis kanan, kalau masih lebih samar berarti negatif.

Saya disuruh keluar dulu, menunggu hasil tes ovulasi dari urine hari ini. Nggak lama suster panggil saya dan menunjukkan alat Clear Blue, hasilnya garis kiri jauh lebih tebal daripada garis kanan, POSITIF!!! Besok saya disuruh konsul lagi ke dokter sekitar jam 11.

OMG masih ga percayaaa bisa ovulasi jugaaa.....!!! Sayangnya saya lupa foto huhuhu, padahal kan kenang-kenangan banget tuhhh hasil tes ovulasi positif. Baru dapet hasil tes ovulasi positif saja senengnya udah kaya dapet hasil testpack positif. I was grinning from ear to ear.. 😀😀😀

Biaya : RM 61





5th Visit, Selasa, 7 Maret 2017 (h20)

Datang jam 11 sesuai pesan suster, daftarnya di lantai 1 karena yang di bawah sudah tutup. Baru ketemu dokter jam 1 siang. Hasil USG kata dokter saya sudah ovulasi, folikel yang tadinya bentuknya bulat sekarang sudah penyok/pipih (dokter sambil nunjukin gambarnya di layar). Kata dokter bisa ET, terus dia bilang gini sambil nulis-nulis "This is the best timing, nothing to complain" . Dalam hati saya ngomong "Emang siapa yang mau complain dok" 😛.

Habis itu, dokter ngitung-ngitung jadwal ET, sekarang tanggal 7, 7 + 5 (umur embrio yang di-freeze) = 12, "Ahh, Sunday laaa....". Saya bilang "Sori ya dooook...", sambil ketawa. Si dokter cuma senyum-senyum aja, sambil geleng-geleng kepala, hihihi...

Setelah itu saya tebus obat Cyclogest yang dipakai mulai malam ini, 2x sehari setiap 12 jam, Tapi pagi hari sebelum ET tidak perlu dipakai dulu. Saya harus telpon ke IVF Center hari Sabtu jam 11 untuk menanyakan jadwal ET (jam berapa).

Biaya : RM 168.20



Telpon ke IVF Center, Sabtu, 11 Maret 2017 (h24)

Berdasarkan konfirmasi dari IVF Center, saya disuruh datang hari Minggu jam 08.30. Sebelumnya daftar dulu di bagian registrasi, nanti akan dikasi kertas hijau. Disarankan datang lebih cepat, sekitar jam 8 lewat 15-an. Dipesankan untuk minum 500 ml air sebelum berangkat ke RS.

Wednesday, April 26, 2017

That beast called "infertility"


Infertility...
Us, infertiles, do not talk enough about it..at least not openly..
We keep it to ourselves
The doctor's appointments, the lab tests, the bills, the injections, the therapies, the medications, the waiting, the fear, the heartaches, the loss, the tears
We keep it behind closed doors
Because we know no one understands
No one besides ourselves and our own kind (other infertiles)

Many people don't even think that infertility is something real
To them, it is just some imagination in our mind
Some excuse we make up to explain our inability to conceive
There are no real problems, they think...
So why we haven't conceived yet?
It's because we are not doing "the right things"
We are being "too stressed"
We are not being "relaxed" enough to let the magic happen
We are too busy
We don't exercise enough
We exercise too much
We don't go on holiday often enough
We spend too much time & money on vacations and not prioritizing on getting the help we need to get pregnant
We are too fat
We are too thin
We haven't asked God diligently
We haven't prayed "the right way"
We haven't repented on our sins
We haven't asked God for forgiveness on our past wrongdoings, and those of our parents, our grandparents, our great-grandparents, and so on
We haven't asked for forgiveness from the people we hurt in the past; our parents, our siblings, our friends, our ex-boyfriends, etc etc etc
The list is long...
The stupid reasons people tell us why it is happening
But none of them really acknowledge the real problems we encounter
Nor they understand our struggles

Data in the US states that 1 of 8 couples is dealing with infertility
I haven't found data for Indonesia but I guess the figure won't be very far from that
We are not an anomaly
We exist
And the problem is real
The blocked tube
The PCOs
The low sperm number and quality
The auto-immune problems
The blood clotting issues
The endometriosis
The polyps
The adenomyosis
The recurrent miscarriages
The unexplained infertility
The failed inseminations
The failed IVFs
You name it

We don't talk about it enough, for other people to understand
Because saying it out loud making the problem seems more real than it already is
And realizing that it is real hurts us even more
We don't talk about it enough, because we want to forget about it sometimes
And being asked every single time we meet friends/relatives is draining our energy to the core
We don't talk about it enough, because it's exhausting trying to explain something to someone who you know won't understand a bit
Because the last thing we need is to see pity in other people's eyes
Because we don't need those know-it-all unsolicited suggestions from people who haven't even experienced any of what we are dealing with
Because we want to be seen as our complete selves, not just as "an infertile"
Because everytime we try to tell our stories, the most common respond we get is "You have to be patient"

We ARE being patient
We tell our stories not because we are impatient
Nor because we are weak
Infact we are the strong ones, if not we won't be chosen to fight this battle
Nor because we need consolation or pity
We tell our stories because we want to be heard
We tell our stories because we hope someday people would understand more 
We tell our stories because we are waiting for the day when we get more empathy
The day when we don't have to deal with the questions "When are you going to have children?" or "Are you pregnant yet?" on a daily basis, as if it's the normal form of ice-breaking
The day when we don't get our belly rubbed by some strangers at a party, while they're saying "I'm praying for you to get pregnant!" loudly so that everyone near us can hear it
The day when people understand that silent prayers behind closed doors matter so much more than those "I hope you get pregnant as soon as possible!" said loudly in front of everybody in a baby shower we're attending
The day when we no longer hear some relative say "I hope your parents/parents-in-law have a long life so they get to see your future children"
The day when someone would just come up to us and say "Just adopt!" very casually, as if talking about getting new shoes won't be happening anymore
The day when our friend doesn't say "You are so lucky you have no children yet, you don't have to spend money on children's clothes and school tuition, and get to save instead." ignorantly, while our financial condition is still recovering from our last IVF/miscarriage/fertility check up that used up a big chunk of our savings

So every now and then, I'm going to use my voice to tell my stories
Our stories
So that we are heard
And known
And understood more
And acknowledged
Because we exist
And the problem is real

Sunday, March 26, 2017

Tempat hang out selama di Penang

Selama di Penang, saya dan suami banyak jalan-jalan, biar nggak bosen, nggak stres, nggak berasa kalau di Penang itu buat program..biar berasanya lagi liburan.. 😃

Ini beberapa ide tempat buat jalan-jalan :
1. Hin Bus Depot : Tempat ini adalah galeri seni. Di sekitarnya banyak mural-mural lucu, dan ada beberapa cafe dan restoran untuk makan dan nongkrong..waktu itu yang saya kunjungi Bricklin Cafe. Kopinya kata suami sih nggak enak hehe..terus kita nyobain Hummingbird cake-nya, lumayan lah..nothing special. Jusnya dikit dan agak encer serta mahal hehehe. Tapi tempatnya lumayan cosy buat nongkrong baca buku atau laptop-an.



Hin Bus Depot
31 A Jalan Gurdwara
10300 Georgetown, Penang
http://hinbusdepot.com/index.html


2. Mugshot Cafe : Ini termasuk cafe favorit saya dan suami, sudah berkali-kali kami kunjungi, Nyaman buat nongkrong, interiornya juga cukup unik jadi bisa foto-foto (teteupp ya..). Bagelnya lumayan enak. Ada homemade yoghurt berbagai rasa tapi sayangnya saya nggak sempet nyobain. Kebanyakan ke sini cuma untuk minum aja. Kopinya lumayan.








Mugshot Cafe
302, Lebuh Chulia, George Town, 10200
Phone +60 12 405 6276


3. China House : Tempat ini unik banget. Jalan masuknya ada 2, jadi Beach Street dan Victoria Street. Kalau masuk dari depan, jangan lupa jalan sampai belakang, ada kolam dan tempat duduk di luar yang bagus untuk foto-foto. Di sini yang menarik itu pilihan cake-nya, buanyakkk...dan semuanya ditaro di atas meja panjang, kita bisa lihat-lihat. Menggiurkan banget! Saya waktu itu nyobain Non-alcoholic Tiramisu, lumayan enak..walaupun lebih dominan bolunya, bukan the real tiramisu. Masih lebih enak tiramisu buatan saya.. 😋 Suasananya enak buat nongkrong melarikan diri dari panasnya siang di Penang. Lokasinya dekat dengan mural-mural, jadi setelah matahari agak ngumpet bisa lanjut hunting mural. Oh ya, dari sini sudah dekat juga kalau mau ke Jetty, lihat-lihat pemukiman warga Chinese yang rumahnya dibangun di atas air.


China House
153 & 155 Beach Street  and 183B Victoria Street, George Town
Phone +604 263 729
http://www.chinahouse.com.my/


4. Gurney Paragon : Mall ini cocok buat nongkrong dan makan. Makanan di foodcourt-nya enak-enak. Tempat nongkrongnya juga banyak dan relatif sepi. Saya paling suka nongkrong di kawasan cafe di lantai dasar, yang posisinya di luar, dekat parkiran belakang yang menghadap ke laut. Cafe favorit saya Pacific, pilihan tempat duduknya banyak, kopinya lumayan, ada kue dan pastry, dan ada free infused water 😁.


5. Gurney Plaza : Salah satu mall andalan karena semua ada, ada Guardian, Watsons, Sasa (toko kosmetik), Padini, Uniqlo, dan supermarket Cold Storage-nya yang lengkapp. Buat nongkrong, di sisi kiri mall ini (kalau kita masuk melalui pintu/lobby yang menghadap ke laut) ada sederetan cafe dan resto, ada Starbucks, J-Co, Chili's, Nando's, dsb dsb.

That's all for now folks..will surely update if something came up..!

Thursday, March 23, 2017

FET...let's do this! - part 1

Akhirnya dapet jadwal yang match!!

Bulan Februari bisa ke Penang untuk mulai proses FET natural. Sebelumnya, di bulan Desember dan Januari, tiap mens saya email Miss Low untuk nanya apakah saya bisa mulai proses FET. Ternyata di kedua bulan itu, siklus saya bentrok dengan jadwal cuti dr.Ng, jadi nggak bisa mulai..

Di bulan Februari, saya mens tanggal 16, dan seperti biasa langsung lapor suster untuk nanya jadwal. Saya disuruh ketemu dokter 27 Februari (h12), tapi saya nawar jadi 28 Februari supaya nggak perlu terbang hari Minggu. Diperbolehkan sama suster, karena memang sesuai info dari Miss Low sebelumnya, range konsul pertama untuk FET natural adalah antara h12-14.

Sebenarnya, mau perginya juga galau. Karena saya akan melakukan FET natural, artinya saya harus ovulasi. Padahal saya PCO, yang identik dengan telur nggak mau besar dan anovulasi... 😅 Ditambah lagi, mens terakhir super kacau. Pertama, selama 8 hari sebelum mens saya flek (spotting). Kedua, mens-nya pun nggak normal. Tiga hari pertama mens biasa walaupun volume sangat sedikit dibanding biasa, hari ke-4 seperti sudah mau berhenti, taunya hari ke-5 deras lagiiii, dan berlanjut seperti mens normal sampai berhenti di hari ke-8. Aiiiih stres ga siiiih. Flek 8 hari, mens 8 hari. The lucky eight! Mudah-mudahan pertanda bahwa keberuntungan akan datang... 😃


Oh ya, waktu saya telpon bikin janji dengan suster (karena Miss Low lagi cuti, biasanya saya selalu email), pesannya ada 2 :
1. Jangan beli tiket pulang dulu (iya lah ya..FET natural kan memang nggak tau kapan, tergantung ovulasi..)
2. 28 Februari itu hari Selasa, dokter hanya praktek 1/2 hari, jadi come early katanya..Lupa nanya jam berapa, terus kemudian email Miss Low, katanya sekitar jam 10-11 aja, no need to come very early.


1st Visit, Selasa, 28 Februari 2017 (h13)

Jam 5 pagi saya sudah antri, Selasa agak sepi karena banyak dokter tidak praktek, hanya tindakan/konsultasi berdasarkan perjanjian. Sudah capek-capek antri dari subuh, ternyata petugas pendaftaran nggak mau daftarin saya karena di kartu pasien tidak tercantum ada perjanjian. Saya disuruh tanya dulu ke suster di klinik dr.Ng nanti jam 8. Hikssss nyesek...tahu gini ngapain datang subuh-subuh.

Jam 8 naik ke klinik dr.Ng, ketemu suster Melayu yang berjilbab dan agak pendek, juteknyaaa..nggak ada senyum. Saya ceritain masalahnya, terus dia tanya tanggal berapa saya telepon, saya bilang lupa, "Memang nama saya nggak ada Sus di catatan?". Terus dia menyibak buku besar yang ada di meja, tapi nggak dibaca. Habis itu dia langsung bilang "Sekarang kamu turun lagi ke pendaftaran, minta didaftarkan". Saya bilang petugas nggak mau karena di kartu saya nggak tertulis ada jadwal perjanjian. Jawabnya "Ya sekarang kamu bilang kalau kamu sudah tanya suster dan dibilang boleh", dengan muka datar dan tentu saja tanpa senyum. Ya ya ya... 😓😓

Saya balik lagi ke pendaftaran, ambil nomor baru lagi, nunggu lagi sekitar 30 nomor. Untung akhirnya bisa daftar.

Sampai klinik jam 12, dokter baru datang jam 1. Saya pasien kedua, tapi baru dipanggil jam 2. Sebelum ke dokter, dipanggil sama suster terus dikasi tabung untuk tampung urine.

Waktu masuk ruangan langsung USG, terus dokter nanya mens saya teratur atau nggak, saya bilang selama ini teratur, hanya bulan terakhir error, saya ceritakan ke-error-an mens terakhir. Ehh dokter bilang gini "So why you came? Suster already told you kalau reguler baru datang, blablabla (sudah lupa persisnya saking nge-blank dibilangin kenapa datang 😓)", Saya diam aja. Dalam hati sih mikir definisi reguler apa dulu nihh..lagipula sejak Desember saya tiap bulan email Miss Low nanyain bisa FET apa nggak, nggak pernah ditanyai mens saya sudah reguler atau belum. Sempet agak gondok juga sih...Untungnya habis itu kayanya dokter nyadar, "But since Ibu sudah di sini, kita follow up dulu. Ini sepertinya ada 2 kandidat telur yang tumbuh.". Dokter tunjukin telurnya, ukurannya 12x12 mm. Disuruh kembali lagi 2 hari lagi.

Mulai hari ini, tiap hari saya makan putih telur minimal 3, kalau kuat lebih. Dan jalan kaki minimal 30 menit setiap hari, seringnya keliling di area parkir apartemen saja, pernah juga ke taman Bukit Dumbar (ini tamannya keren lho untuk olahraga, kalau lagi nggak mau program saya pasti happy banget lari di sini, cek Googlemap untuk lokasi persisnya.).

Biaya : RM 116




2st Visit, Kamis, 2 Maret 2017 (h15)

Hari ini daftar jam 7 pagi saja, soalnya lagi pilek dan sedikit meriang akibat full-day jalan-jalan hari Selasa sepulang dari dokter. Datang ke klinik habis makan siang, sekitar pukul 12.30, dikasi nomor 18. Saya kira bakal disuruh datang lagi nanti sore, ternyata kata suster tunggu aja sebentar. Nunggu 30 menit terus dipanggil, sebelumnya disuruh tampung urine.

Waktu USG, dokter nanyain soal mens (lagi). Katanya siklus selalu mundur nggak? Saya bilang kadang-kadang mundur, tapi yang terakhir maju, jadi 26 hari (biasanya 28-31 hari). Dokter bilang kalau maju kemungkinan siklus ini kurang bagus, tapi tidak apa-apa, nanti kita bisa ganti cara dengan pakai obat.

Hasil USG ternyata telur yang kemarin dokter lihat di kiri tidak membesar, justru di kanan ada yang ukurannya 11 mm (kecil yaa...hikssss...). Dokter bilang Sabtu nanti dicek lagi, baru diputuskan.

Biaya : RM 66




3rd Visit, Sabtu, 4 Maret 2017 (h17)

Hari ini yang ambil nomor suami, jam 07.30, Datang ke klinik jam 1 kurang, dikasi nomor 15. Baru dipanggil sekitar jam 14.30, sebelumnya sudah setor urine as usual. Kata dokter telur yang membesar ada 3, ukurannya 13x17 mm, 13x15 mm, yang satunya lupa 😀. Kemungkinan telurnya bisa membesar, jadi bisa ET, hanya mungkin agak delay. Terus saya disuruh keluar dulu, menunggu hasil tes ovulasi (LH) dari urine yang tadi sudah saya setor. Sementara, disuruh menyelesaikan pembayaran dulu. Daaan antrinya 1 jam 10 menit aja loh!!! Setelah akhirnya selesai bayar, saya lapor ke suster. Ternyata hasil LH masih negatif, artinya saya belum ada tanda-tanda akan ovulasi. Jadi saya dibawain alat tes ovulasi Clear Blue untuk melakukan tes sendiri di rumah hari Minggu jam 3 sore, hasilnya disuruh foto dan kontrol lagi ke dokter hari Senin.

Biaya : RM 61




Tes Ovulasi, Minggu, 5 Maret 2017 (h18)

Saya tes ovulasi jam 15.30 setelah nahan pipis 4 jam (sesuai instruksi di brosur Clear Blue dan hasil browsing di Internet, tujuannya supaya hormon LH di urine terkonsentrasi). Hasilnya negatif.... 😪 Galauuuu...sebagian hati saya dari awal memang nggak yakin saya bisa ovulasi, mengingat saya PCO, dan selama ini kayanya jarang deh waktu USG di masa subur ada telur yang besar. Dulu waktu awal-awal nikah, saya pernah beli Ovutest yang pakai teropong itu lho..yang ngecek pola di air liur. Itu hasilnya ga pernah positif! Sampai akhirnya alat itu saya lempar ke lantai saking kesalnya... 😝Setengah hati saya berharap bisa ovulasi, tapi setengah lagi berharap pakai protokol medicated saja, biar "pasti", because I didn't trust my body enough to do the job. Jadi waktu itu saya dan suami sudah siap-siap kalau disuruh pulang dulu dan kembali lagi bulan berikutnya dengan menggunakan protokol medicated.

...to be continued.......

Wednesday, March 22, 2017

Tips program bayi tabung RS Lam Wah Ee, Penang

Haiii...sekarang saya ingin share beberapa tips buat teman-teman yang ingin konsultasi atau mulai program bayi tabung dengan dr. Ng Peng Wah di RS Lam Wah Ee, Penang.

1. Make sure the doctor is available (and you come at the right time)
Buat memastikan jadwal dokter, bagi saya yang paling convenient adalah melalui email ke Nurse Low di lowbk@hlwe.com. Nggak tahu kenapa, tiap harus telpon suster saya deg-degan setengah mati, makanya saya lebih suka kirim email. Selain itu, kalau telpon kadang-kadang suka ada aja yang kelupaan untuk ditanyain. Tapi kalau lebih suka bicara langsung, bisa telpon ke klinik di nomor +6046528843.



Saat kirim email/telpon, terutama yang belum mulai program/mau konsultasi awal, sampaikan tujuan dan rencana tanggal kedatangan, tanyakan pula sebaiknya datang pada hari siklus keberapa (hari pertama mens terakhir = H1). Nanti pihak RS akan memberi saran kapan sebaiknya datang dan menginformasikan jadwal dokter. Sampai dengan saya tulis post ini, dr. Ng hanya menerima konsultasi pasien baru di hari Senin, Rabu, Kamis. Hari Selasa dan Jumat adalah hari surgery/tindakan, dan Sabtu hanya untuk yang sudah bikin perjanjian. Namun tetap konfirmasi kembali yaa ke pihak klinik ketika akan datang berkunjung...

Buat kunjungan selanjutnya (yang sudah mulai program), tetap konfirmasi ke suster ya. Jangan cuma tanya/ngikutin informasi teman, karena tiap orang bisa saja protokolnya beda-beda. Jangan sampai datang terlalu dini atau bahkan telat.


2. Make sure you get to meet the doctor
Caranya datang antri pagi-pagi, maksimal jam 5.30 sudah harus tiba di RS, karena pasien dibatasi hanya 60/hari. Lebih pagi lebih baik, apalagi di hari Senin yang biasanya super ramai. Banyak yang menyarankan datang pukul 2 atau 3 dini hari, tapi menurut saya sih nggak terlalu perlu, kecuali merasa harus banget dapet nomor 1-3. Saya sendiri ketika pertama kali akan konsultasi ke dr.Ng, tiba di RS jam 05.07, dapat nomor antrian pasien baru 5011, artinya saya pasien baru urutan ke-11. Di klinik dr.Ng, saya dapat nomor antrian 8, not bad kan..? Padahal waktu itu hari Senin.


3. Make sure you know where to stay
Caranya booking penginapan sebelumnya, apakah mau di apartemen, hotel, atau homestay. Bagi saya, sebenarnya ini sudah obvious, tapi saya tulis lagi karena masih ada yang suka tanya "Penginapan sebaiknya gimana, kita booking dulu sebelum berangkat atau nanti saja setelah sampai di Penang?". Memang sih ini tergantung preferensi pribadi. Saya sendiri lebih suka kalau semua sudah well-organized, jadi sampai di Penang sudah nggak perlu repot lagi mikir macem-macem.


4. Make sure you stay healthy during your stay in Penang
Konsultasi ke LWE butuh fisik yang fit karena kita harus antri pagi-pagi (terutama untuk yang baru mau memulai program; harus jalan kaki bolak balik apartemen, well ini saya sih, karena saya stay di Mewah Court..sebenarnya bisa juga pesen Uber/Grab atau sewa mobil sekalian hehehe; belum lagi antri untuk bisa bertemu dr.Ng. Selain itu, kasir di LWE lokasinya cukup jauh dari klinik dr.Ng, dan habis bayar dan tebus obat harus kembali lagi ke suster untuk dijelaskan; jadi dalam 1 hari jalannya lumayan. Belum lagi kalau kasirnya antri. Selain kasir utama di lantai dasar, di lantai 1 (selantai dengan klinik dr.Ng juga ada kasir, tapi tidak selalu buka). Pengalaman saya, pernah antri 1 jam 10 menit di kasir lantai dasar cuma untuk bayar biaya konsultasi (tanpa obat).

Karena itu, penting banget jaga kesehatan. Minum vitamin dan istirahat cukup,  selalu bawa jaket ke RS (walaupun badan nggak merasa kedinginan), minum cukup (di lantai dasar dekat money changer ada dispenser, kita bisa refill botol minum di sana), bawa alas buat ngedeprok pas antri pagi-pagi, entah itu koran atau lainnya, soalnya dingiiin lantainya, berdiri juga kan lama-lama capek..

Tips kedua, bagi yang sudah mulai program, menurut saya nggak perlu tiap kali mau kontrol harus antri subuh-subuh. Kita bisa kok daftar siang, kerugiannya cuma dapat nomor antriannya belakangan aja. Tapi manfaatnya bisa istirahat cukup, nggak perlu bangun subuh terus. Kalau pendaftaran di lantai dasar sudah tutup (kalau nggak salah tutup pukul 08.30), daftarnya di lantai 1, di desk yang posisinya di sebelah kanan pintu masuk area di mana klinik dr.Ng berada.


5. Make sure you have enough money
Saya lebih suka bawa ringgit dari Jakarta. Biasanya setiap kali mau datang, saya tanya dulu sama Miss Low, berapa kira-kira yang harus saya siapkan, berdasarkan tahapan program yang akan saya lalui. Pilihan lain bisa juga tukar ringgit di money changer di LWE, rate-nya cukup bagus. Contohnya ketika rate di vip.co.id 3005 (sore), di LWE 3048 (pagi). Sayangnya waktu itu saya lupa cek vip pagi-pagi, jadi nggak bisa membandingkan apple to apple. Atau bisa juga bayar pakai kartu kredit, atau ambil uang di ATM. Pastikan saja berapa biaya pengambilan ATM di luar negeri, karena kalau mahal dan ngambil berulang-ulang kan sayang juga...


6. Make sure you feel comfortable during your IVF program
Hal ini penting terutama buat yang akan stay lama di Penang. Penerapannya tentu beda-beda, tergantung preferensi masing-masing. Salah satu caranya menurut saya, bawa benda-benda yang esensial untuk kenyamanan kita. Kadang waktu packing kan kita suka mikir "Ahh ini kayanya nggak perlu deh, berat-beratin bagasi aja.", akhirnya nggak dibawa, terus tahu-tahu waktu sudah di Penang nyeselll (pengalaman pribadiii 😝).

Kalau untuk saya, benda-benda yang penting itu bedcover kesayangan (it really makes me feel like home, nggak cocok sama selimut lain); non stick pan kesayangan. supaya bisa grill salmon atau dadar telur tanpa minyak, soalnya di apartemen biasanya cuma ada kuali biasa; sepatu & baju olahraga karena saya suka jogging; hair dryer travel. soalnya rambut saya lama keringnya dan kalau dibiarin kering sendiri jadi ga rapi..penting kan 😝; laptop dan/atau tablet; dan buku bacaan. ini bisa sih beli di Penang hehehe..bahkan lebih murah dari di Jakarta.
.
.
.
.
Segitu dulu tipsnya..kapan-kapan kalau kepikiran lagi ditambahin...Goodluck buat semua yang mau program ke Lam Wah Ee!

Wednesday, March 15, 2017

This thing about unsolicited advice...


I don't need to pretend to be perfect
I don't need to pretend to be brave all the time
Because I'm not
I'm not perfect
I'm not brave all the time
Sometimes I'm scared
Sometimes I'm weak
I don't have "positive attitude" all the time
I have had failures
I have experienced heartaches
I have been down on my knees
So many time, I lost count
Despite all the sacrifice I made, there is no guarantee my wish will be granted
So who are you to lecture me how to "be positive"?
Who are you to lecture me not to think that I might fail?
I might fail
I HAVE failed before
But I am STILL HERE
I'm on my feet
And still going forward
Still taking the chance
Despite the possibility of another failure
So who are you to lecture me how to "be positive"?
Have you walked in my shoes?
I guess not....

Friday, March 10, 2017

Akupunktur di RS Lam Wah Ee



Kali ini mau cerita tentang akupunktur di RS Lam Wah Ee, tepatnya di Chinese Medicine Division. Gedungnya terpisah dari gedung utama rumah sakit. Bagi yang sudah pernah antri subuh-subuh di LWE, pasti sudah pernah kan masuk RS melalui pintu UGD/A & E. Nah sebelum belok kiri menuju pintu A & E, coba tengok ke sisi kanan. Ada gedung kecil dengan pilar merah dan pintu kayu lebar, di situ tempatnya. Di dinding sisi kiri tertulis "Perubatan Cina".

Tahapan untuk akupunktur di sana :
1. Saya tiba pukul 9.20-an. Begitu masuk pintu, ambil nomor antrian dari mesin otomatis di sisi kanan pintu. Tombolnya ada 2, pasien dengan perjanjian, dan pendaftaran baru (new registration)/susulan (follow up). Saya tekan tombol kedua.

2. Baru menunggu 1 menit, saya dipanggil oleh salah satu loket. Karena pasien baru & dari luar negeri, dimintai paspor untuk isi data. Ditanyai mau akupunktur untuk apa, saya jawab "fertility & IVF". Kemudian petugas memilihkan dokter/yishi untuk saya, walaupun kita bisa juga request ingin ke dokter siapa (di sisi kiri loket ada foto-foto dokter dan spesialisasinya. Lalu saya melakukan pembayaran, RM 10 untuk registrasi dan RM 20 untuk treatment. Terakhir, petugas memberikan nomor antrian untuk ke dokter.

3. Sekitar 1 jam 20 menit kemudian, nomor saya dipanggil lalu saya masuk ke kamar/klinik no.8, tempat konsultasi dengan dokter yang dipilihkan untuk saya. Saya masuk dan duduk di kursi sebelah kiri dokter (seperti posisi kalau konsultasi dengan dr.Ng). Setelah konfirmasi nama saya, terus dokternya menatap saya, nunggu saya jelasin riwayat saya kali yaa. Jadi saya jelasin deh kalau saya pasien IVF, rencana mau FET. 

Terus dokternya nanya ini 1st time? Saya bilang nggak, 1st time di LWE tapi sudah pernah 2x di Jakarta. Saya ceritakan kalau selama ini embrio tidak pernah berhasil implant, selalu negatif. Dokter bilang jangan minum & makan yang dingin. 

Dokter nanya ada masalah sakit kepala atau pernapasan? Saya jawab nggak ada, cuma sedikit batuk. Kemudian dokter cek lidah dan nadi saya kiri & kanan. Selama konsultasi, dokter bikin catatan di komputernya yang semua pakai huruf Chinese. Oh ya, dokter nanya saya mau obat nggak, saya bilang nggak, mau akupunktur saja.

Setelah konsultasi, saya diminta pergi ke ruangan 1-3, ruangan tempat akupunktur, dan nanti dokter akan datang ke sana.

4. Di dalam ruangan ada beberapa kursi untuk nunggu. Setelah sekitar 10 menit, nama saya dipanggil dan disuruh pergi ke salah satu bed. Awalnya saya tiduran kebalik, setelah saya intip orang sebelah ternyata kepala d i bawah, langsung saya tukar posisi 😁. Nunggu lama jugaaa, sekitar 20 menit, baru dokter datang.

5. Mulai ditusuk, pertama 1 jarum di kepala, cuma seperti digigit semut. Tapi yang selanjutnya, setiap kali ditusuk agak nyeri. Pengalaman saya akupunktur di Kelapa Gading, sama sekali tidak terasa waktu jarumnya masuk. Tapi di sini lumayan terasa, terutama yang di perut. Total ada 3 jarum di bawah pusar, awalnya ditusuk yang di tengah, adowww rasanya maknyusss...sakitnya itu bukan di kulit/tempat jarumnya masuk, tapi di dalam, terasa seperti ada yang nusuk. Yang kiri lumayan sakit, yang kanan lebih sakittt. Tapi sakitnya cuma sekitar 2 detik kok, sepertinya sih waktu dokter memposisikan jarum. Setelah perut, lalu tangan dan kaki masing-masing 2 jarum. Setelah itu dokter bilang take a rest lalu pergi.

Nggak lama, staf datang, terus memanaskan jarum yang di bawah lutut. Terus menyalakan lampu penghangat untuk perut. Setelah itu saya ditinggal, katanya 20 menit. Setelah 20 menit, ada staf yang datang untuk cabut jarum. Nyabutnya kadang ga tegak lurus euyyy, jadi agak sakit...grrrrr...Selesai cabut semua jarum, finishhhh....