Thursday, November 3, 2016

Biaya IVF di RS Lam Wah Ee - Penang

Hai..lama juga nggak update blog ini. Di postingan kali ini, saya khusus ingin share biaya-biaya selama IVF kemarin supaya memudahkan teman-teman yang butuh informasi tersebut.

1. Biaya Konsultasi Awal
Sebelum akhirnya memutuskan IVF di Lam Wah Ee, saya konsultasi awal dulu dengan dr. Devindran Muniandy, RS Loh Guan Lye dan dr. Ng Peng Wah, RS Lam Wah Ee.

- Biaya di dr. Devindran : RM 275.60 mencakup konsultasi dokter dan USG, tidak ada pemeriksaan lab atau obat apapun (cerita lengkap di sini)



- Biaya di dr. Ng Peng Wah : RM 579 mencakup konsultasi dokter dan USG, pemeriksaan darah untuk screening IVF suami istri, dan cek sperma (cerita lengkap di sini dan di sini)



2. Biaya Program IVF di RS Lam Wah Ee : RM 11.365
Perhitungan biaya di atas adalah sejak program dimulai (di luar konsultasi awal dan screening IVF yang saya sebutkan pada nomor 1 di atas) s.d OPU, karena saya belum melakukan proses ET (embryo transfer). Tidak mencakup obat dan biaya opname akibat OHSS.

Program IVF saya menggunakan long protocol dan dosis Gonal-F saya adalah sebagai berikut : 137.5IU x 5 hari
112.5IU x 4 hari
100IU x 2 hari
75IU x 1 hari

Total Gonal-F 1412.5IU selama 12 hari.

Summary :
- Konsul dokter, USG, obat-obatan, cek darah s.d sebelum OPU : RM 2891
- OPU : RM 5974
Embryo Freezing : RM 2500 (kontrak untuk 5 tahun, apabila digunakan semua dalam waktu 1 tahun akan di-refund RM 1000)

Di bawah ini rincian biaya per kunjungan :
(1) Kunjungan I, 14 Juli 2016 : RM 694, konsul dokter dan USG, Sperm Analysis (atas permintaan sendiri), obat Suprefact 2 vial dan jarum suntik (cerita lengkap di sini)



(2) Kunjungan II, 28 Juli 2016 : RM 1177, konsul dokter dan USG, obat Gonal-F 300IU 3 vial dan jarum suntik (cerita lengkap di sini)



(3) Kunjungan III, 6 Agustus 2016 : RM 466, konsul dokter dan USG, obat Gonal-F 300IU 1 vial dan jarum suntik (cerita lengkap di sini)



(4) Kunjungan IV, 10 Agustus 2016 : RM 518, konsul dokter dan USG, obat Gonal-F 300IU 1 vial, dan jarum suntik, Pregnyl 5000IU 1 buah, 2 tablet Bisacodyl (obat pencahar) untuk OPU (cerita lengkap di sini)



(5) Cek Progesteron, 13 Agustus 2016 : RM 36

(6) OPU, 15 Agustus 2016 : RM 5974 (cerita lengkap di sini)



(7) Kunjungan V (bayar Embryo Freezing), 17 Agustus 2016 : RM 2514, Embryo Freezing RM 2500 dan obat anti mual (cerita lengkap di sini)


(8) Opname akibat OHSS 1 malam, 19-20 Agustus 2016 : RM 816 (cerita lengkap di sini)

Sunday, August 28, 2016

Pulaaangggg.....!!!

Kami sudah beli tiket pulang ke Jakarta untuk hari Senin, 22 Agustus. Sebenarnya masih ada rasa takut untuk pulang. Saya kebayang kalau tiba-tiba saya makin sesak napas saat penerbangan, atau saya kesakitan, atau hal-hal mengerikan lainnya, siapa yang akan nolongin? Tapi di sisi lain, saya sudah ingin banget pulang ke rumah, sudah bosan...

Hari Minggu malam saya uji coba pergi makan ke food court dekat apartemen. Ini adalah kali pertama saya keluar rumah sejak pulang dari RS. Saya jalan pelan-pelan, walaupun masih agak sesak namun sudah berkurang. Ternyata saya survive jalan ke dan dari food court, jadi saya makin confident untuk pulang ke Jakarta keesokan harinya.

Di bandara, saya menggunakan kursi roda karena masih belum kuat jalan jauh-jauh. Puji Tuhan, penerbangan lancar walaupun saat terbang saya sempat serba salah dengan posisi duduk, perut dan pinggang kanan saya sakittt sekali, akhirnya saya minum Tramadol. Jam 8 malam keluar dari bandara dengan selamat, it's good to be back in Jakarta. Terima kasih Tuhannn...

Selama tanggal 23-27 Agustus, perut saya berangsur-angsur mengecil. Hari Minggu, 28 Agustus saya mens dan hari ini lah gejala OHSS benar-benar sudah menghilang, ukuran perut akhirnya kembali normal, phewwww....

Sunday, August 21, 2016

OHSS is really kicking in!

Kamis, 18 Agustus pagi-pagi setelah sarapan saya muntah. Habis itu, saya coba makan lagi, dan muntah lagi huhuhu. Ukuran perut masih konstan, belum mengecil.

Jumat, 19 Agustus pagi dan siang kembali saya muntah-muntah. Berusaha untuk makan tapi susah banget masuknya, padahal perut lapar. Ukuran perut yang saya kira sudah akan mulai mengecil ternyata justru makin membesar, 86/88 cm. Sakitnya nggak usah ditanya.. :(

Saat makan malam, saya merasa semakin sesak dan mata berkunang-kunang. Rasanya mulai panik, dan napas semakin pendek. Akhirnya saya bilang ke suami supaya kami pergi ke UGD saja, karena saya takut kenapa-napa. Suami cepat-cepat selesaikan makannya lalu kami jalan keluar apartemen untuk cari Uber. Saya jalan susah payah karena napas benar-benar sesak dan ukuran perut yang besar bikin kulit dan seluruh perut sakittt.

Sampai di UGD jam 21.00, ramai bangetttt, saya rasanya tambah panik. Namun untungnya saya langsung diwawancara oleh suster yang stand by di counter, mungkin karena dia lihat muka saya pucat banget dan sesak napas. Saat wawancara, untungnya si suster ngerti OHSS. Dia bilang akan cari file saya dulu lalu kemudian menghubungi dr. Ng.

Saya menunggu sampai jam 22.30, kemudian saya dipanggil masuk ke ruangan dan diminta berbaring. Seorang suster mendatangi saya, sambil senyum dia bilang "Pregnant ya?", saya langsung kaget dong. Soalnya saat wawancara awal tadi, saya sudah sampaikan bahwa saya pasien IVF dan baru OPU tanggal 15 Agustus lalu, nggak mungkin dong sekarang saya sudah hamil. Saya jawab ke si suster, ini bukan pregnant, ini bloated, OHSS. Saya sampaikan kembali bahwa saya baru OPU 4 hari yang lalu. Si suster mesem-mesem dan minta maaf.

Nggak lama kemudian dokter dateng, suster yang tadi bilang ke dokter kalo saya tidak hamil. Si dokter kaget banget, "Hah? Not pregnant?". Terus si dokter memanggil seorang suster lagi yang juga ada di dalam ruangan, kemudian ngomong dengan nada complain "She's not pregnant!!". Dokternya kaya kesel gitu. Terus dia bilang kalo gitu nggak usah USG. Setelah itu, baru dia menghadap ke saya dan bilang "Now you need to tell me what you feel!". Heh?? Bukannya dari awal saya sudah sampaikan semua apa yang saya rasakan? Akhirnya saya ulang lagi, saya kasitau kalau saya sesak, perut kembung besar, gejala OHSS. Waktu saya sebut OHSS, dia kaya nggak ngeh, "Ha?", saya ulang lagi "OHSS", si dokter masih nggak ngeh kemudian dia nengok ke suster pertama yang tadi nanya "Pregnant ya?" ke saya. Si suster jelasin ke si dokter, "It's a side effect from IVF's drugs.". Di titik ini saya tambah paniiiiik, saya mikir siapa yang bakal nolongin saya niii, OHSS aja dokternya nggak ngerti huhuhu.

Saya lanjut jelasin lagi ke si dokter kalau dr. Ng nyuruh saya banyak makan protein, tapi karena mual dan kembung jadinya saya nggak bisa makan banyak-banyak. Saya tembak langsung aja "So maybe you can give me some drip to help?". Eh dokternya dengan judesnya nanya balik "What drip?". Saya jawab lagi "Maybe Albumin? I had OHSS once in Jakarta and they gave me Albumin.", padahal sih saya ngarang aja. Saya belum pernah OHSS parah sampai dikasi Albumin, saya cuma baca di internet aja :D. Terus yaa si dokter nanya lagi, "So you want to be admitted to the ward?". Makin lama saya makin bingung, ini di UGD kok kaya di restoran ya, pasien yang ditanya-tanya mau pesen apa  Saya mana tau doook baiknya gimana, saya cuma mau ditolong biar baikannnn, grrrrr. Saya akhirnya bilang mungkin bisa ditanya ke dr. Ng. Dan tau dokternya jawab apa? "Well he's not here..!".

Long story short, akhirnya saya disuruh rawat inap berdasarkan instruksi dr. Ng. Urus administrasi dulu di bagian Admission, dimintai deposit RM 7000 yang sempet bikin jantung berdetak kencang, gilaaa saya kan cuma OHSS, bukan mau laparoskopi, masa depositnya gede bangeeet. Untungnya akhirnya boleh masuk dengan deposit "cuma" RM 4000. Jam 12 malam teng saya masuk ruangan Obstetric & Gynaecology Ward, saya ambil kamar yang berdua. Ternyataaa suami nggak boleh nungguin, yang boleh nungguin cuma perempuan, huhuhuuu. Padahal saya lagi panik-paniknya karena sesak napas. Suami balik ke apartemen dulu untuk ambil beberapa keperluan saya, langsung balik lagi ke RS, terus pulang lagi.

Semalaman saya nggak tidur SAMA SEKALI. Posisi tempat tidur RS malah bikin nggak ada posisi yang cukup nyaman buat saya yang lagi sesak napas dan perut kembung. Kalau terlalu rebah, saya makin sesak. Kalau terlalu tegak, perut saya ketekan jadi makin sakit. Aarrgghhhh..menderita banget. Jam 6 pagi saya udah berdiri di samping jendela, sebentar-sebentar duduk, kemudian berdiri lagi. Mana saya diare, mungkin tiap 15 menit saya geret-geret tiang infus untuk ke kamar mandi.

Pagi-pagi hari Sabtu, 20 Agustus, saya sudah bertekad mau minta pulang aja. Entah kenapa, nginap di RS rasanya malah makin horor, mana nggak bisa istirahat sama sekali. Dari pagi saya sudah bolak-balik nanya ke suster, kapan dr. Ng akan visit. dateng. Asliii saya nggak betah banget di RS, dan ternyata toh saya nggak di-"obati" apa-apa, hanya diinfus obat anti mual dan NaCl untuk menambah cairan, dan dipantau ukuran perut setiap sekian jam. Mungkin memang kondisi OHSS saya nggak separah itu untuk langsung dikasi Albumin (yang notabene harganya cukup mahal). Saking nggak tenangnya, saya sampai email Miss Low untuk minta dia mengingatkan dr. Ng supaya visit wkwkwk.

Jam 11, suami saya minta untuk telpon IVF Center menanyakan kabar embrio, sementara saya ke toilet saking deg-degannya :D. Ternyata katanya embriologis masih sibuk, diminta telpon kembali di atas jam 12. Jam 12 suami telpon lagi, katanya ada 4 blastosis yang di-freeze. Saya sama suami langsung peluk-pelukan terharu, saya sampai nangis..soalnya sebelumnya saya takut banget mikirin gimana kalau tidak ada embrio yang survive sama sekali.

Jam 1 akhirnya dr. Ng dateeeeng. Hal pertama yang dia bilang "I thought you had already gone home" wkwkwk. Saya seger-segerin muka dan bilang kalau kami sudah beli tiket pulang untuk besok, jadi boleh pulang kan yaaa dok? I'll try to drink more. Dia bilang ya ok aja, cuma setelah melihat grafik ukuran perut saya sejak semalam - pagi ini, dia pesan begini :
- But your condition is going to get worse in the next few days. You have to drink lots of fruit juice and soy milk.
- Kalau tambah parah, paru2 kamu bisa terendam cairan, terus harus ditusuk untuk buang cairannya.
- Terus kamu bisa kena DVT, blood clot, you know? So you have to move your legs.
- Kalau di Jakarta tambah parah dan butuh dokter, kamu harus cari dokter yang ngerti OHSS, kalau nggak ngerti nanti dikira perut kamu banyak kista terus langsung dioperasi.
- Jangan urut perut!!
- Istirahat 1-2 bulan baru kemudian FET

Haisshhh...serem-serem amat sih dokkk. Saya sih iya-iya aja padahal di dalam hati jiperrr. Asliii sebenernya takutttt banget. Waktu nungguin suami menyelesaikan pembayaran dan nebus obat, saya di kamar deg-degan parahh. Saya mikir apakah pulang ke apartemen adalah keputusan yang tepat. Bagaimana kalau nanti di apartemen saya justru makin sesak, makin parah seperti kata dr. Ng? Bagaimana kalau saya nanti nggak kuat jalan ke RS, apa suami bisa nolongin saya sendirian? Huhuhuu asli parnooo...cuma saya tetap memberanikan diri untuk pulang karena berpikir di RS nggak bisa istirahat sama sekali, bahkan posisi berbaring pun tidak ada yang cukup nyaman bagi saya.

Jam 3 sore pulang dari RS. Sampai di apartemen, saya bertekad baja untuk lebih banyak minum susu kedelai dan jus seperti pesan dr. Ng. Putih telur juga saya makanin dengan penuh semangat. Bahkan sampai saya blender bersama dengan susu kedelai biar bisa keminum. Hari di mana saya ke UGD, memang saya sudah mulai kendor makan putih telurnya karena sudah bener-bener eneg plus perut yang makin kembung bikin cepat kenyang.

Saya atur mindset saya untuk tidak merasa terganggu dengan sesak napas yang ada. Karena kadang-kadang, rasa takut terhadap sesak napas justru lebih mengganggu dibanding sesak napasnya. Saya ingat-ingat saja masa kecil saya yang sering mengalami asma, sampai semalaman tidak tidur karena tidak bisa berbaring. Saya pikir, dulu saja saya nggak mati kok, apalagi sekarang :D. Asli saya sebenarnya takut mati, takut sesak napas banget sampai nggak bisa napas terus mati, hehehe. Tapi puji Tuhan, sore itu justru saya bisa tidur dengan posisi hampir berbaring normal, sama sekali tidak terganggu rasa sesak napas.

Betul yang dr. Ng bilang kalau "It's gonna get worse", hari ini perut saya mencapai ukuran terbesar, 89/90 cm.

Wednesday, August 17, 2016

2 days post OPU

Hari ini Rabu, jadwalnya ketemu dr. Ng, waktu OPU day dikasitau oleh suster untuk datang jam 16.00. Nyeri-nyeri di perut dan sekitar pinggang akibat OPU sudah tidak terasa, digantikan dengan rasa kembung. Ukuran perut juga mulai membesar. Karena antisipasi OHSS, saya bawa meteran kain dari Jakarta dan begitu pulang dari OPU saya langsung ukur perut, ukurannya saat itu pinggang/perut 77/84 cm. Siang hari ini ukurannya 79/86 cm. Napas terasa mulai sesak, makan jadi nggak kuat banyak. Satu porsi char kway teow untuk makan siang baru habis malam hari, karena setiap kali makan cuma kuat 2-3 sendok.

Sebelum ke klinik dr. Ng, kami ke IVF Center terlebih dahulu untuk tanda tangan kontrak embryo freezing walaupun jumlah embrio yang dibekukan baru akan diketahui tanggal 19 Agustus, 5 hari setelah OPU. Kabar yang kami dapat baru seperti ini :
Dari 20 telur yang di-OPU, 15 di-ICSI, 12 yang terbuahi

Sampai di klinik, suami lapor ke suster kalau saya kurang sehat, kembung dan lemas. Sekitar jam 16.30 ketemu dr.Ng, kembali dijelaskan bahwa untuk kondisi saya, keputusan terbaik adalah menunda ET. Hasil progesteron 2,63, yang artinya rahim saya sudah "terlalu matang", usianya tidak match dengan usia embrio yang akan dimasukkan. Dia cek perut saya, katanya kembung akibat OHSS. Menurut dr. Ng, OHSS ini akan membaik/menghilang di akhir minggu (sekarang hari Rabu). Dia cek lidah saya katanya dehidrasi, katanya harus banyak minum jus buah dan susu kedelai serta makan tinggi protein. Pulangnya diresepin obat anti mual kalau saya merasa mual dan bubuk elektrolit semacam oralit utk diminum 3x sehari. Saat bayar obat, sekaligus juga bayar biaya Embryo Freezing sebesar RM 2.500 untuk kontrak 5 tahun.

Malam hari, ukuran pinggang/perut kembali bertambah besar menjadi 83/87.5. Napas mulai makin sesak, perut semakin ketarik sehingga rasanya sakit banget seperti mau pecah. Jalan jadi nggak bisa tegak, harus menunduk.

Selama OHSS, saya makan 4-5 putih telur sehari, minum susu kedelai 3 botol sehari @250 ml, jus buah 2x sehari @500 ml.

Biaya : RM 2514

Monday, August 15, 2016

OPU Day!!!

Today's OPU day...!

Saya sampai di Admission jam 07.40, ternyata ramai bangeeett. Saya udah anxious banget, gimana kalau saya belum dipanggil-panggil, terus telat untuk jadwal OPU-nya, huhuhuuu...pokoknya semua pikiran negatif bermunculan. Duduk nggak bisa tenang, jantung berdebar-debar. Duhhh..kenapa ya saya nggak bisa jadi orang yang lebih santai.. :D

Akhirnya jam 08.20 baru dipanggil, isi-isi data, dimintain paspor (lagi). Suami nggak bawa paspor, untung aja kita ada fotonya jadi bisa lihat nomornya. Padahal waktu daftar jadi pasien pertama kali, semua data kan sudah dicatat ya. Seharusnya saat ini saya diminta untuk deposit RM 6.200 namun karena saya sudah setor deposit sebelumnya, saya tinggal tunjukkan receipt-nya. Beres.....

Kami diantar oleh petugas ke kamar 627, ward 6B. Saat tiba di sana, sudah jam 08.30. Saya diwawancara suster seputar riwayat kesehatan dan alergi, dipasangi gelang nama, dan dikasi hospital gown untuk ganti baju. Karena sudah jam 08.30, suami sudah harus pergi ke Pusat IVF untuk setor sperma. Saya ditinggal sendirian. Aduhh deg-degan banget rasanya. Saya coba tiduran sebentar, tapi nggak betah. Akhirnya saya berdiri aja, mondar-mandir di dalam ruangan, lihat-lihat ke jendela, foto-foto. Pokoknya berdebarrr bangettttt...Kenapa berdebar? Karena saya nggak yakin nanti waktu OPU saya bakalan beneran pingsan. Berdasarkan cerita sekian banyak orang yang sudah pernah OPU di LWE, pengalamannya beda-beda. Ada yang nggak sadar sama sekali, ada yang sadar tapi nggak merasa sakit, ada yang sadar dan kesakitan. Huaaaa....Kalau IVF 1 dan 2 dulu di Jakarta, saya nggak nervous sama sekali karena saya tahu saya bakal pingsan selama OPU, hehehe. Sementara ini, dududu..kalau sadar nanti gimana....takuttt...

Jam 08.55 suster pasang jarum di tangan terus disuntikkan obat antibiotik. Ada petugas yang datang menawarkan kalau saya ingin pesan makan siang dari RS, harganya RM 30, saya bilang nggak usah, nanti suami beli di luar saja.

Jam 09.15 saya disuruh naik ke bed beroda, kemudian saya didorong ke luar. Saya kira sudah mau berangkat untuk OPU, ternyata masih parkir dulu di luar ruangan, di samping meja suster. Di situ, saya disuntik pain killer di pantat. Susternya pas mau nusuk nggak bilang-bilang, jadi asli saya kaget bangettt. Terus disuntikkan 3 spuit obat, kalau nggak salah nangkep omongan suster sih katanya antibiotik lagi. Masih nunggu...kepala mulai agak berat, tapi nggak ngantuk. Saya coba merem-merem biar ketiduran, tapi nggak bisa. Karena rasanya memang nggak ngantuk sama sekali. Saya coba cubit-cubit paha dan tangan, apa memang sudah mulai berkurang sensitivitas terhadap rasa sakit, tapi kok masih aja terasa sakit...hahaha iseng banget ya...saking parnonya....I hate waiting!!! I suck badly in it.

Kira-kira 30 menit kemudian, ini perkiraan kasar banget karena saya sudah nggak pakai jam, nggak pegang HP, dan tidak bisa lihat jam di ruangan, saya didorong ke Pusat IVF di lantai 3. Pas nyampe sana, saya cari-cari suami tapi nggak kelihatan. Saya sempet lihat orang yang sebelum saya didorong keluar, orangnya udah melek gitu, kelihatan seger. OMG!!! Yang menyambut saya di ruangan tempat OPU adalah suster Sujada. Bed saya didorong masuk, lalu pintu ditutup. Ruangannya sempit. Menegangkannn....no body says anything. Saya ditensi, lalu disuntikkan obat tidur. Saya belum sempat jatuh tertidur, dr. Ng sudah duduk di depan saya dan mulai memasang cocor bebek. Terus habis itu kayanya sih saya tertidur. Memori berikutnya yang saya ingat adalah saya merasa kesakitan karena "dikerjain" di bawah sana, mengaduh-aduh, dan suster Sujada mengelus-elus bahu saya, kalau nggak salah bilang "Sabar ya...", atau "Sebentar lagi ya...", antara itu lah..hehehe. Tapi mata saya terpejam.

Jam 11 selesai, didorong kembali ke ruangan, rasanya ngantuk beratttt. Saya tertidur lagi, bangun-bangun jam 2. Makan makanan yang dibeli suami di luar, dan minum Milo hangat dari RS.

Sambil menunggu suster datang, suami diminta menebus obat dan menyelesaikan pembayaran. Ternyata deposit yang sudah kami siapkan untuk embryo freezing dikembalikan, hehehe. Katanya nanti saja...Obat yang dikasi adalah antibiotik Zinnat untuk 2 hari dan 1 strip Tramadol (penghilang rasa sakit).

Jam 5 sore suster Sujada baru datang. Hasil OPU tadi dapat 20 telur. Rabu diminta datang untuk ketemu dr. Ng jam 2 siang. Habis itu saya sudah boleh pulang. Saya jalan ke lobby dengan tertatih-tatih karena perut bawah masih terasa sakit. Suami pesan Uber untuk mengantar ke apartemen.

Biaya : RM 5974

Saturday, August 13, 2016

Trigger Day

Hari ini Sabtu 13 Agustus, dua hari sebelum jadwal OPU di hari Senin 15 Agustus. Tugas saya pagi-pagi cek Progesteron ke laboratorium LWE. Saya mau bayar pakai deposit yang sudah saya setorkan dari kemarin-kemarin, ehhh kata kasir nggak bisa. Aneh...Jadinya saya bayar cash, biayanya RM 36. Habis ambil darah, saya bisa langsung pulang. Hasil nanti langsung dikirim ke klinik dr. Ng.

Malam jam 9 kurang saya dan suami sudah jalan ke A & E. Di sana, saya kasi surat pengantar dari suster ke petugas, katanya saya tunggu saya sampai pukul 21.25, nanti baru tunjukkan lagi surat pengantarnya. Katanya tidak perlu ambil nomor antrian.

Jam 21.25 saya kasi lagi surat pengantarnya ke petugas yang ada di meja A & E. Jam 21.30 nama saya dipanggil, lalu saya masuk ke ruangan untuk disuntik. Habis itu langsung pulang deh....

Biaya : RM 36

Thursday, August 11, 2016

Galau....

Kemarin, setelah pulang dari dokter, saya galau bangettttt. Sampai di apartemen nelpon suami dan nangis, mewek-mewek nggak jelas. Pengen suami cepet-cepet dateng. Saya kepikiran mimik muka dr. Ng yang kayanya concerned dengan kondisi overstimulasi saya, sementara telurnya masih kecil-kecil (menurut saya) dan ukurannya nggak merata. Dokter sih nggak bilang apa-apa, nggak bilang it's a bad thing, nggak bilang juga it's a good thing. Cuma saya parno aja. Takut kalau telurnya sedikit yang mencukupi ukuranya untuk diambil, takut kalau telurnya jelek, takut kalau nanti nggak ada embrio yang jadi, dan berbagai macam ketakutan lainnya yang saya juga nggak bisa jelaskan apa.

Untungnya suami sudah datang hari ini. SOOOO HAPPY!!!!

Wednesday, August 10, 2016

4th visit

Hari ini Rabu 10 Agustus, saya ketemu dr. Ng lagi. Karena agak malas, saya baru berangkat dari apartemen jam 04.55 pagi, malas aja harus jam segini ya hahaha. Dapat nomor antrian 5011. Setelah kembali ke apartemen buat bobok, siangnya lagi-lagi karena malas saya baru sampai di klinik jam 11.20, begitu sampai langsung lapor ke suster dan disuruh tunggu. Jam 11.45 baru dipanggil dan dicek status sisa obat, dikasi nomor antrian 8.

dr. Ng baru datang jam 12.45. Saya baru dipanggil jam 14.05 huhuu...Waktu USG, saya lihat muka dokter kaya gemes-gemes gimana gitu, sambil geleng-geleng dan nyengir-nyengir gajebo. Dia bilang berulang-ulang "many many eggs", "we definitely have to freeze", dan "OHSS", glekkk. Saat dia ukur-ukur telur, saya ngintip-ngintip ke layar. Kayanya banyak yang masih kecil ukurannya, 12mm, 14mm, 16mm. Rasanya belum ada yg 18mm. Dududu...galauuu...Terus dokter bilang, mungkin nggak semua telur nanti bisa diambil.

Saya masih lanjut suntik Gonal-F 3 hari lagi, dosis kembali diturunkan jadi 100-100-75 IU. Setelah selesai dan saya sudah dipersilakan keluar ruangan, saya masih nggak ngeh kapan OPU-nya. Jadi saya tanya (sambil takut-takut dijutekin :P) kapan kira-kira OPU-nya, dokter cuma lihat muka saya tapi belum sempat jawab, terus suster yang jawab "Senin". Ohh..OK...bilang dongg dok :P

Saya tebus obat lalu ke suster. Kali ini pengarahannya banyaak, sampai saya pusing sendiri, mana lupa merekam lagi. Tapi semua instruksi ada dalam bentuk tertulis, jadi kalau ada yang lupa bisa dibaca-baca kembali.

Ringkasan timeline beberapa hari ke depan seperti ini :
Rabu : Gonal 100IU + Suprefact 15
Kamis : Gonal 100IU + Suprefact 15
Jumat : Gonal 100IU + Suprefact 15
Sabtu :
- Pagi : Ke RS untuk cek hormon Progesteron, langsung ke laboratorium dengan membawa surat pengantar dari suster
- Malam : Suntik Pregnyl tepat jam 21.30, tidak boleh lewat. Karena obatnya berbentuk serbuk yang harus dicampur dulu dengan cairannya, saya agak khawatir nervous kalau harus suntik sendiri. Jadi saya putuskan untuk minta disuntikkan di UGD (Accident & Emergency). Suster pesan agar saya datang 30 menit sebelumnya agar ada waktu untuk staf UGD bersiap-siap.
Minggu : Puasa makan dan minum mulai jam 00.00
Senin : OPU day!! Saya harus datang ke bagian Admission jam 7 pagi dengan membawa deposit sebesar RM 6200. Saya akan dibawa ke ruangan, sementara suami harus datang ke Pusat IVF jam 08.30 untuk memberikan sperma.

Yang saya dapat hari ini :
- 1 buah Gonal-F pen 300IU (beserta 1 ice gel)
- 1 kotak Pregnyl 5000IU
- 2 tablet Bisacodyl (obat pencahar)
- Tabung untuk sperma
- Surat pengantar untuk cek Progesteron
- Surat pengantar untuk suntik Pregnyl (surat ini harus dibawa suami ke Pusat IVF pada hari Senin pagi ketika akan mengambil sperma)
- Surat pengantar untuk ke Admission hari Senin pagi

Biaya : RM 518

Sunday, August 7, 2016

Apartemen di Penang

Kali ini, saya akan bahas mengenai tempat tinggal di Penang saat ingin konsultasi atau program bayi tabung di RS Lam Wah Ee (LWE). Mayoritas pasien yang akan ke LWE, menginap di komplek apartemen Mewah Court, karena jaraknya paling dekat (jalan kaki 7-10 menit), harga terjangkau (rata-rata 45-65 RM per malam), dan kondisinya cukup baik.

Terdapat banyak penyedia penyewaan apartemen Mewah Court yang dapat dihubungi, nanti saya akan informasikan beberapa yang pernah saya sewa beserta review singkat. Para contact person apartemen tersebut ada yang merupakan pemilik, pegawai dari pemilik, maupun calo :P.

Setiap lantai di Mewah Court terdiri dari 8 unit apartemen, diberi nomor A-H. Satu unit apartemen biasanya terdiri dari 3-4 kamar, masing-masing kamar disewakan kepada orang yang berbeda-beda. jadi kita akan share apartemen dengan tamu lain. Biasanya di setiap unit, terdapat 1 kamar dengan kamar mandi di dalam, dan sisanya menggunakan 1 kamar mandi bersama di luar. Namun ada teman yang menginformasikan bahwa ada 1 unit yang memiliki 2 kamar dengan kamar mandi dalam, saya sendiri belum pernah lihat secara langsung.

Fasilitas yang tersedia di apartemen dan di dalam kamar bervariasi. Misalnya untuk TV di dalam kamar, ada yang menyediakan TV LED dengan siaran tv kabel di semua kamar dan unit, ada yang hanya TV tabung dengan siaran biasa sementara untuk siaran tv kabel disediakan di TV ruang tamu, dsb. Ada yang menyediakan Wifi, ada yang tidak.

Beberapa contact person langsung menginformasikan fasilitas apa saja yang disediakan di apartemen yang mereka sewakan, namun ada juga yang tidak. Jadi sebaiknya kita tanya-tanya dulu agar jelas fasilitas apa saja yang akan didapat. Tiap orang tentu memiliki kebutuhan dan preferensi berbeda-beda. Di bawah ini poin-poin penting yang bagi saya penting untuk ditanyakan sebelum memilih atau melakukan booking apartemen di Mewah Court.  :
- TV kabel di kamar
- Wifi
- Air panas
- Jumlah kasur (kalau memang dalam 1 kamar akan ditinggali lebih dari 2 orang)
- Kulkas
- Alat masak, rice cooker, blender, dsb : terutama saat sudah sampai tahap program bayi tabung di mana kita sudah harus tinggal agak lama di Penang, fasilitas ini sangat penting

Contact person yang pernah saya sewa apartemennya :
(1) Ko Eric : Pasti udah nggak asing lagi dengan nama ini ya, hehe. Kayanya paling nge-hits di seantero jagat penyewaan apartemen di Mewah Court wkwkwk.

Unit yang pernah ditinggali : Blok 98, lantai 13, unit D (persis di sebelah unit tempat tinggal Ko Eric)

Pros :
> Menyediakan antar/jemput : Teman saya minta dijemput dari LWE untuk pulang ke Mewah Court setelah ET (embryo transfer), Ko Eric menyanggupi. Teman lain minta diantar ke gereja. Tentu masing-masing ada tarifnya, dan sebaiknya disampaikan sejak awal kapan kita perlu diantar/jemput agar tidak bentrok dengan jadwal antar jemput tamu lain. Karena setahu saya, Ko Eric tidak punya pegawai khusus untuk antar jemput. Yang biasa mengantar jemput Ko Eric sendiri, dan 1 anaknya laki-laki (waktu itu pernah menjemput saya dari bandara).
> TV LED dengan siaran tv kabel
> Ada pegawai yang bisa mengambilkan nomor antrian LWE subuh-subuh (ada tarif tersendiri), hal ini dapat dilakukan untuk pasien lama, sementara pasien yang baru pertama kali datang tetap harus antri sendiri. Saya sendiri belum pernah menggunakan jasa ini.
> Ko Eric dan pegawainya ramah dan helpful

Cons :
> Ketersediaan kamar tidak dapat dipastikan, begitu juga dengan waktu check in. Saya punya 1 cerita pengalaman saya booking apartemen di Ko Eric.

Karena cukup puas dengan pelayanan dan kondisi apartemen milik Ko Eric, kali kedua ke Penang saya kembali booking kamar ke Ko Eric. Saya biasa menghubungi dia via BBM, karena kalau melalui Whatsapp lama sekali responnya. Saya sampaikan ingin booking kamar mandi dalam untuk tanggal sekian, Ko Eric bilang iya. Saya tidak minta dijemput karena akan naik Uber/Grab dari bandara. Begitu landing di Penang, saya langsung kabari Ko Eric, maksudnya agar dia bisa mengantisipasi kapan saya akan tiba di Mewah Court. Ketika berangkat menuju Mewah Court, saya kembali kasi kabar. Jawabannya cuma iya. Ketika saya tiba di Mewah Court, saya telpon Ko Eric, jawabnya "Oke, tunggu sebentar ya.". Saya kira dia/pegawainya sedang turun dari atas untuk menemui kami di bawah, karena Ko Eric dan keluarga juga tinggal di Mewah Court.

Lima belas menit kemudian, saya kembali telpon dan jawabnya sama, tunggu sebentar. Pada telpon ke-3, karena suami saya tanya-tanya terus berapa lama lagi, akhirnya dia bilang kalau pegawainya ada di Taman Seri Damai dan sedang menuju ke Mewah Court. Malah saya dan suami disuruh makan dulu kalau belum makan. Akhirnya kami menunggu 1 jam di parkiran motor blok 98 baru pegawai Ko Eric datang!!! Daaan tau nggak, ternyata kamar dengan kamar mandi dalam tidak ada, hiks hiks.

Kemudian setelah capek menunggu 1 jam, kami harus menggeret-geret koper untuk melihat kamar di blok apartemen di seberang Mewah Court, yang bangunannya hanya 4 lantai kalau nggak salah. Saya kurang tahu apakah bangunan ini masih termasuk dalam komplek apartemen Mewah Court juga atau tidak. Di sana ada 1 unit apartemen yang terdiri dari 2 kamar, di dalam kamar ada kamar mandi, tapiiii tanpa toilet. Toiletnya tetap saja share, posisi di luar kamar. Aaargghhhhhh. Akhirnya saya putuskan untuk bilang cancel saja, walaupun tetap ada rasa nggak enak. Tapi untungnya, pegawai Ko Eric bilang nggak masalah, dan tetap ramah dengan kami.

(2) Meliana/Ko Adrian (suami-istri) : Saat saya stranded menunggu kunci dari pegawai Ko Eric seperti saya ceritakan di atas, saya iseng BBM Meliana. Ternyata kamar dengan kamar mandi dalam ada yang kosong. Saya minta lihat dulu kamarnya, namun saya sampaikan bahwa saya sebenarnya sudah booking di Ko Eric tapi masih menunggu kunci. Setelah kemudian tahu bahwa di Ko Eric tidak ada yang kamar mandi dalam, akhirnya saya kembali ke kamar Meliana.

Unit yang pernah ditinggali : Blok 98, lantai 13, unit A. Unit ini adalah satu-satunya apartemen Meliana yang tidak memiliki siaran TV kabel.

Pros :
> Menyediakan antar/jemput, namun saya kurang tahu apakah bisa juga untuk antar/jemput ke LWE atau ke gereja seperti Ko Eric. Karena setahu saya, pasangan ini tidak tinggal di Mewah Court.
> Ada pegawai yang setiap hari datang, bisa diminta bantuan untuk membersihkan kamar dll.
> Ketersediaan kamar dapat dipastikan. Waktu saya booking untuk kedua kali, saya tanyakan kamar dengan kamar mandi dalam dan Meliana bilang akan mengecek terlebih dahulu. Kemudian dia mengabari saya kalau kamarnya ada dan langsung menginformasikan kamarnya di blok dan lantai berapa.
> Kulkas besar, ada 2 rice cooker, 2 blender (jadi masing-masing bisa digunakan untuk blender buah dan blender bumbu masakan)
> Bersih dan terasa homey
> Water heater OK, airnya panas

Cons :
> Di kamar yang saya tempati (blok 98, 13A) tidak ada lemari pakaian ataupun gantungan pakaian, hanya ada 2 bufet kecil. Jadi semua pakaian harus dilipat, tidak bisa digantung.

(3) Mariyah/Ardjono (suami-istri) : Saya dapat info apartemen ini dari teman yang sudah menginap di sana. Saat akan ke Penang 2 malam, saya coba-coba saja booking di sini.

Unit yang pernah ditinggali : Blok 100, lantai 16, nomor C. Bu Mariyah dan suami juga tinggal di unit ini.

Pros :
> Bu Mariyah sangat fast response, setiap kali di-WA langsung dibalas
> Saat booking dan minta kamar mandi dalam, langsung dipastikan ada

Cons :
> Kulkas kecil dan isinya penuh, maklum saja karena Bu Mariyah dan suami juga tinggal di situ
> Air "panasn"-ya hanya hangat
> Ada tamu yang merokok di ruang tamu. Walaupun ketika saya konfirmasi ke Bu Mariyah, dia mengatakan sebenarnya tidak diperbolehkan merokok di dalam apartemen dan apabila dia melihat akan dilarang. Tapi anehnya, di ruang tamu saya lihat ada beberapa asbak... :D :D :D

Demikian review singkat pengalaman saya menginap di Mewah Court. Ehh singkat apa panjang ya..hehehe...

Berikut ini nomor-nomor yang dapat dihubungi, termasuk beberapa contact person yang saya dapat dari teman (belum pernah saya tinggali) :
# Ko Eric
PIN BBM 29C0D65D
WA +60124939813/+60125929813

# Meliana/Ko Adrian
PIN BBM 58AB3D42 (Meliana)/7B4A5B83 (Adrian)
WA +60164590494 (Meliana)/+60129036135 (Adrian)

# Mariyah
PIN BBM 55FDE111
WA +60164871603

# Lim Beo Han +60124939955
Lili +60164865188

# Lina +60146022688
Menurut informasi dari teman, Lina juga menyediakan penyewaan apartemen di Central Park Condominium. Central Park jaraknya agak lebih jauh dari LWE, namun kondisi dan fasilitas apartemennya jauh lebih bagus dari Mewah Court

Saturday, August 6, 2016

3rd visit

Sesuai instruksi dokter di tanggal 28 Juli lalu, saya pergi ke Penang tanggal 5 Agustus karena harus ketemu dokter tanggal 6 Agustus. Saya berangkat sendiri naik Air Asia Jakarta - Penang direct. Kali ini berangkatnya agak mellow, nggak sesantai keberangkatan yang lalu-lalu, karena ngebayangin semingguan bakal sendiri tanpa suami hehehe.

Bawaan juga udah kaya mau pulang kampung. Saya bawa 1 koper yang ukuran paling besar, berat total 17 kg hehehe. Sampai bedcover ukuran besar pun saya bawa setelah tanya-tanya pendapat teman-teman yang sudah pernah program bayi tabung di Penang. Berdasarkan beberapa kali kunjungan yang lalu, saya kurang nyaman tidur hanya dengan selimut kecil dan tipis yang biasanya disediakan di apartemen.

Sabtu pagi saya bangun jam 05.00, jam 05.18 berangkat, jam 05.30 sampai di LWE. Yang antri baru sedikit..

Oh ya, sekalian saya ceritakan routine untuk mendaftar :
- Datang ke lobi LWE (kalau sebelum jam 06.00 masuk lewat pintu Accident & Emergency), antri duduk atau berdiri sesuai kondisi, kalau sudah mulai pada berdiri, ikut berdiri saja. Boleh sambil duduk di lantai kok. Selama saya ke sana, saya belum mengalami ada yang marahin...mungkin saya lagi beruntung.
- Jam 06.30 mesin nomor antrian mulai dinyalakan, biasanya ada pegawai yang mengoperasikan. Jadi kita tinggal bilang saja, pasien baru atau lama. Nanti pegawai tersebut yang akan memencet tombol di mesin dan memberikan nomor antriannya kepada kita.
- Jam 07.00 nomor antrian mulai dipanggil. Nomor antrian pasien lama akan dipanggil di loket no.1 atau 2, di situ kita menyerahkan kartu pasien dan menginformasikan ingin ke dokter siapa. Sementara nomor antrian pasien baru akan dipanggil di loket-loket lainnya, di sana akan dimintai paspor, lalu dipersilakan mengisi data pribadi dan menginformasikan akan ke dokter siapa. Setelah itu petugas akan memberitahu jam berapa kita harus datang ke tempat praktek dokter. Untuk dr. Ng, biasanya kita diinformasikan untuk datang jam 10.00.

Pagi ini saya dapat nomor 5010. Saya sampai di klinik pukul 10.20, lalu saya tanya suster apakah nomor antrian sudah dibagikan, rupanya belum. Namun karena saya lapor, suster langsung memberikan nomor saya (saya dapat nomor 6), mengecek sisa obat di Gonal-F pen saya, dan menanyakan sisa jarum suntik untuk Suprefact lalu mencatat semua di file. Suster bilang datang kembali jam 1 siang. Wah siang juga ya...saya kira karena waktu praktek dr. Ng di hari Sabtu "AM only", bakal selesai cepat...

Saya kembali ke klinik jam 11.30 karena khawatir dokter mulai lebih cepat. Ternyata dr. Ng baru datang jam 13.10 hehehe. Tahu gini tadi bisa tidur lagi lebih panjang hehehe..

Saya baru dipanggil jam 14.00. Hasil USG, dokter sambil nyengir bilang "many eggs", saya tanya "Too many, doc?", katanya "Ya I think we have to reduce your dosage". Terus waktu di meja, dr. Ng ngomong panjaangg...yang intinya nggak usah khawatir, kalaupun overstimulated, nanti bisa tunda ET (embrio di-freeze dulu). Dosis saya diturunkan menjadi 112.5IU untuk 4 hari ke depan, ketemu dokter lagi hari Rabu tanggal 10 Agustus.

Same routine after that : tebus obat, lapor ke suster, tunggu dapat pengarahan, pulang :D

Yang saya dapat hari ini :
- 1 buah Gonal-F pen 300IU (beserta 1 ice gel)
- Tambahan jarum suntik dan alcohol swab untuk Suprefact

Biaya : RM 466

Saturday, July 30, 2016

2nd visit

Pada kunjungan tanggal 14 Juli lalu, saya dipesankan untuk menghubungi klinik kalau :
1. Mens, atau
2. Jarum suntik tinggal sisa 4 (dikasi 20 buah)

Saya mens tanggal 22 Juli, segera saya email Nurse Low. Saya diminta datang tanggal 28 Juli. Waktu itu saya nawar, bisa nggak saya datang tanggal 27 Juli aja...lupa juga alasannya kenapa ya waktu itu, apa mungkin tiket tanggal tersebut lebih murah. Nurse Low bilang tidak bisa, saya harus suntik Suprefact 14x dulu baru bisa ketemu dokter. Oalaah gitu toh...nahh hal-hal kecil seperti ini yang di LWE tidak diberitahukan sejak awal sehingga pasien memahami secara keseluruhan step-by-step prosesnya. Bagusnya sih pasien jadi nggak banyak pikiran. Pokoknya tinggal ikuti instruksi, nanti habis instruksi pertama, akan dapat instruksi kedua ;D. Cuma untuk orang-orang yang agak control freak dan butuh planning ahead (seperti saya), agak bikin jadi pikiran juga hehehe..

Saya berangkat tanggal 27 Juli naik pesawat Air Asia Jakarta - Penang direct, kali ini sendiri saja karena hanya 2 malam di Penang. Tanggal 28 Juli jam 04.50 pagi saya sudah berangkat dari apartemen, sampai di LWE jam 05.00, dapat nomor antrian 5007. Seperti biasa, cari sarapan dulu karena baru sekitar jam 10 kembali ke klinik. Jam 10 kurang saya sampai di klinik dan lapor ke suster, kata suster tunggu dulu. Jam 10 saya dipanggil suster, ditanyai jarum suntik untuk Suprefact tinggal berapa, lalu dikasi nomor antrian 8. Menunggu sampai jam 11.50 baru masuk ruangan dr. Ng, di dalam hanya sebentarrr banget, sekitar 6 menit. Hanya di-USG, lalu dokter bilang oke, bisa mulai stimulasi. Saya dikasi Gonal-F dosis 137.5IU/hari, mulai suntik tanggal 1 Agustus. Tanggal 6 Agustus saya diminta ketemu dokter kembali. Dosis Suprefact mulai nanti malam diturunkan menjadi 15 (sebelumnya 40).

The same routine all over again..ke Pharmacy, ambil nomor antrian dan serahkan resep, tunggu panggilan untuk bayar, antri untuk ambil obat, kembali ke suster untuk dapat pengarahan mengenai obat. Kali ini yang memberi pengarahan Nurse Low, actually this is my first time talking to her after so many emails exchanged hehehe.

Yang saya dapat hari ini :
- Gonal-Pen 300IU 3 buah
- Tambahan jarum suntik dan alcohol swab untuk Suprefact

Biaya : RM 1177

Saturday, July 16, 2016

The beginning of my 3rd IVF, 1st visit!!

Setelah doctors shopping  ke Penang awal Mei lalu (baca ceritanya di sinisini, dan sini), akhirnya saya dan suami memutuskan untuk melakukan program bayi tabung ketiga kami di RS Lam Wah Ee, dengan dr. Ng Peng Wah.

Waktu pertama ke sana, saya dipesankan untuk menghubungi klinik kalau saya sudah mens, supaya mereka bisa kasitau kapan saya harus datang. Tapi ketika saya baru mulai spotting, saya sudah email Nurse Low untuk tanya-tanya. Saya sampaikan kalau dr. Ng waktu itu bilang akan menggunakan Long Protocol. Jawaban dari Nurse Low, ternyata jadwal mens saya pada bulan Mei bertabrakan dengan jadwal cuti dr. Ng di bulan Juni (diperkirakan jadwal ET-nya akan bersamaan dengan cuti dokter), jadi saya nggak bisa mulai dulu..harus menunggu mens bulan Juni.

Well..no problem..once again I recite my favorite Bible verse to calm my heart :
                                          
                                          There is a time for everything, 
                                          and a season for every activity under the heavens                            
                                          (Ecclesiastes 3 : 1)


Bulan Juni tanggal 20-an saya mulai spotting, agak deg-degan juga karena kalau saya mens 22 Juni, maka hari pertama dr. Ng berpraktek yaitu 14 Juli sudah merupakan h23, berarti saya nggak bisa mulai. Menurut Nurse Low, saya harus bertemu dr. Ng antara h18-22. Untungnya, mens datang 23 Juni. Artinya, saya bisa bertemu dr. Ng di tanggal 14 Juli/h22, yeayyy!! Saya berangkat ke Penang dengan membawa cooler bag ASI yang saya pinjam dari teman, berikut 1 ice pack. Cooler bag ini nanti diperlukan untuk membawa obat yang akan diberikan. Saya dapat informasi ini dari tulisan-tulisan di internet.

Hari Kamis 14 Juli jam 4.30 saya sudah bangun, cepat-cepat mandi dan sarapan, kemudian jalan ke LWE. Tiba di sana jam 05.07. Kali ini yang antri tidak seramai ketika kunjungan pertama, waktu itu hari Senin..dengar-dengar memang selalu ramai. Saya dapat nomor 5011. Jam 10 kurang saya datang ke klinik dr. Ng. Saya dipanggil suster sekitar jam 10.30, dapat antrian no.8. Dipanggil masuk ruangan dokter sekitar jam 12.00, total waktu di dalam ruangan hanya 6 menit, singkat dan tidak banyak pembicaraan hehehe. Saya cuma di-USG, terus dr. Ng bilang semua OK, "Egg-wise you're OK, we can start.". Saya diberikan resep obat untuk ditebus dan dipesankan untuk kembali lagi ke ruangan suster setelah membeli obat.

Saya ke apotik untuk tebus obat lalu langsung kembali dan lapor ke ruangan suster. Saya duduk sebentar, kemudian Nurse Sujada memanggil saya dan kami menuju ruangan Counselling. Di dalam ruangan, saya dijelaskan mengenai cara injeksi Suprefact. Injeksi harus dilakukan setiap malam pada waktu yang sama, dengan toleransi +/- 1 jam. Apabila saya lupa, maka begitu ingat harus langsung melakukan injeksi, dan berikutnya tetap kembali ke jam semula. Tidak ada pantangan baik dari sisi makanan/minuman/obat maupun aktivitas selama melakukan injeksi Suprefact. Suster hanya berpesan agar injeksi dilakukan dengan teratur SETIAP HARI, jangan sampai berhenti. Saya diminta untuk menghubungi klinik apabila :
1. Sudah mens, ATAU
2. Belum mens namun jarum suntik hanya tinggal tersisa 4 buah

Nanti akan diberitahu kapan saya harus datang kembali. They have a tendency to give information in small pieces/step by step :D, thank God I did my research and I already know about this, so I adjusted my expectation to this, that way I don't feel stressed :).

That's all for today. Jam 13.00 saya sudah pulang dari LWE. Jauh berbeda dengan kunjungan pertama yang sangat melelahkan... :)

Yang saya dapat hari ini :
- 2 vial Suprefact (beserta 1 ice gel)
- 20 buah jarum suntik dan alcohol swab

Biaya : RM 694

Monday, May 16, 2016

Konsultasi ke Penang (part 3) - Ketemu dr. Ng Peng Wah

....sambungan dari Konsultasi ke Penang (part 2)

Setelah menyelesaikan pembayaran di RS Loh Guan Lye, kami cepat-cepat kembali ke LWE, tiba di sana pukul 18.50. Lapor ke suster, dikasi nomor antrian 35, yang sedang ada di ruangan masih nomor 29. Nunggu lagiii...Pukul 21.00 lebih baru dipanggil. Saya konsultasi full 30 menit, puas banget tanya-tanya dan diskusi.

Summary konsultasi dengan dr. Ng :
1. Hasil tes di LWE :
- AMH 5.13, oke
- Hasil S.A. di LWE "oke", bisa dilakukan bayi tabung. Walaupun setelah saya bandingkan, hasilnya jauh lebih rendah dibanding hasil dari RS Gading Pluit bulan April 2016. Dokter tidak bertanyalebih lanjut tentang treatment yang pernah dilakukan suami.
2. TTC history :
- dr. Ng baca catatan suster mengenai history IVF 1 & 2 saya
- Hormon-hormon lain tidak dibahas
- Kenapa saya setiap IVF dapat banyak telur tapi sedikit embrio : Ada 3 faktor yang berpengaruh, kualitas lab, kualitas telur, dan kualitas embrio. Walaupun secara umum peran kualitas telur vs kualitas sperma adalah 60%-an vs 40%-an.
3. USG & Pap Smear :
- Katanya rahim oke
- Katanya saya tidak PCO, kalau PCO telurnya lebih banyak lagi dan ovariumnya lebih besar lagi (sambil mengambil gambar ovarium PCO :D). dr. Ng bilang "Your ovaries look normal, I don't know whether it's because you've done drilling.".
- Saya bilang dulu sebelum ovarian drillingantral follicle saya di h2 pernah 21, kata dr. Ng "21 in total is not so many, it's normal", oh okeee doc :D
4. LO & ovarian drilling :
- Sama seperti dr. Dev, dr. Ng bilang tidak ada alasan untuk saya melakukan ovarian drilling, karena :(1) mens teratur, (2) mempan di-stimulasi, (3) tidak berusaha untuk hamil alami (suami OAT), (4) ovarian drilling efeknya sementara, (5) ada risiko merusak telur/menyebabkan cadangan telur berkurang
5. PCO dan kecenderungan overstimulated Kriteria PCO menurut dr. Ng adalah 2 dari 3 sbb : (1) mens tidak teratur, 2) banyak folikel di ovarium, 3) hyperandrogen (berbulu dll). Saya hanya memenuhi kriteria nomor 2 saja, jadi disebut "ultrasound pco". Badan saya "hanya" oversensitive saja terhadap stimulasi, bisa diatasi dengan menyesuaikan dosis stimulasi.
5. Saran/Rencana :
- Kondisi overstimulated tidak menguntungkan untuk melakukan fresh ET (di sini dr. Ng menunjukkan diagram perkembangan rahim/endometrium vs perkembangan embrio). Dalam kondisi overstimulated, endometrium lebih mature dari usia embrio sehingga terjadi mismatch, lebih baik ET ditunda dan lakukan Frozen Embryo Transfer (FET).
- LWE sekarang hanya melakukan day-2 dan day-5 Embryo Transfer (ET). Day-3 tidak dilakukan karena kualitas embrio belum dapat dinilai dengan akurat. Day-2 ET dilakukan untuk kasus di mana hanya tersedia 1-2 embrio.
- Disarankan melakukan long protocol karena akan lebih fleksibel untuk mengatur jadwal, considering saya berasal dari luar Penang.
- Obat tidak pengaruh terhadap hasil, belum diputuskan apakah akan menggunakan Menopur/Gonal/Puregon. Dosis akan disesuaikan melihat kondisi, there's no fix plan, the doctor said.

My first impression on dr.  Ng :
Very very talkative. Waktu pertama masuk ruangan, dr. Ng masih pakai bahasa Melayu, tampaknya dokter kurang nyaman menggunakan bahasa Melayu, lagipula agak susah dimengerti. Tapi begitu kami ajak bicara bahasa Inggris, lancaaaar kaya kereta api haha. Terima kasih buat teman saya yang menyarankan untuk aja dia bicara pakai bahasa Inggris saja.
Saya impressed banget dengan willingness dia untuk menjelaskan banyak hal, sampai menggunakan media diagram, tabel, foto.
Selama 30 menit kami di ruangan, rasanya seperti lagi ikut kuliah, suami sampai beberapa kali tunjuk tangan untuk bertanya :D.

Keluar dari ruangan dr. Ng pukul 9.30 malam, saya dan suami belum makan malam lho! :D Kami bayar ke lantai Ground, kemudian kembali ke klinik untuk menyerahkan receipt. Setelah menunggu sekitar 15 menit, saya dipanggil suster. Suster memberikan hasil AMH dan S.A serta kartu pasien. Apabila saya sudah mau mulai program, saya diminta untuk telpon ke nomor yang tertera di kartu pasien dan menyebutkan bahwa saya ingin mulai program dengan long protocol.

Keluar dari LWE pukul 10 malam sajaa...

Konsultasi ke Penang (part 2) - Ketemu dr. Devindran

....sambungan dari Konsultasi ke Penang (part 1)

Sampai di RS Loh Guan Lye, kami menuju loket registrasi, di sini tidak ada antrian :D. Nama saya sudah terdaftar untuk sesi pagi jadi nomor antrian saya sudah terlewat. Sampai di ruangan dr. Devindran, saya lapor ke suster dengan harapan segera dipanggil. Ternyata kami harus menunggu dari pukul 15.30 - 17.50-an.

Summary konsultasi dengan dr. Devindran :
1. TTC history :
- dr. Dev tanya data seputar TTC mulai dari yang mendasar, seperti sudah berapa lama menikah dan berapa kali berhubungan intim dalam 1 minggu, dicatat langsung di tab-nya. Ketika sampai di pertanyaan "Pernah inseminasi?" saya langsung ceritakan history IVF sambil menunjukkan summary IVF 1 & 2 yang sudah saya siapkan. Yang saya notice, dr. Dev nggak tanya hormon-hormon saya.
- Saat membaca history IVF saya, dr. Dev komentar "Kalau telur sebanyak ini, hasilnya pasti jelek.".
2. USG :
- Katanya rahim oke
- Telur sudah mulai membesar (h12) namun belum maksimal, mungkin 2 hari ke depan baru matang.
- Saya tanya "Masih PCO dok?", jawabannya "Masih".
3. LO & ovarian drilling : Saya cerita bulan Februari lalu melakukan Laparoskopi-Histeroskopi sekaligus ovarian drilling. dr. Dev tidak setuju tindakan ovarian drilling pada kasus saya (mens teratur), dianggap tidak perlu, selain itu ada risiko tuba adhesion setelahnya.
4. Sperm Analysis :
- Hasil S.A. ditanyakan (tapi hasil yang kami bawa tidak dilihat atau ditanya berapa angkanya), kami sampaikan bahwa selama ini selalu OAT (Oligoasthenozoospermia). dr. Dev tanya sudah berapa kali S.A., kami jawab berkali-kali.
- Suami diminta S.A. besok pagi, sama dengan dr. Ng, alasannya karena "metode kami berbeda".
- Saya tidak sempat cerita treatment apa saja yang sudah pernah dilakukan untuk perbaikan sperma, dr. Dev juga tidak tanya. Hanya bertanya vitamin apa saja yang dikonsumsi suami, kemudian meresepkan Surbex Zinc.
5. Saran/Rencana :
- Setelah Wawancara, dr. Dev bilang gini (kata-katanya kurang lebih ya, soalnya nggak saya rekam), "So you have done ivf twice, what do you want from me?". Terus kami jawab "We want to hear your opinion..", isn't that obvious enough, doc? :D :D
- dr. Dev menyarankan short protocol, low-dose step up, obat Menopur yang katanya "milder" dibandingkan Gonal, sehingga diharapkan saya tidak overstimulated seperti IVF 1 & 2 yang lalu, dosis awal kemungkinan tetap 150 IU.
- Kalau overstimulated seperti yang lalu-lalu, lebih baik freeze embrio dan melakukan FET.

My first impression on dr. Devindran :
Penjelasan cenderung singkat, nggak se-talkative yang saya expect dari hasil baca review orang-orang lain yang sudah pernah ke dr. Dev. Honestly, tadinya saya berharap dokter membahas kegagalan saya yang lalu-lalu, faktor-faktor apa saja yang kira-kira berkontribusi, dan apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki. I expected to be convinced more but maybe he didn't feel like he needed to :D. Mungkin dokter sebenarnya sudah mengevaluasi kasus saya in his mind namun tidak menjelaskan secara detil.
Mungkin juga dokter sudah kelelahan, sempet menguap waktu konsultasi :D saya masuk juga sudah saat-saat terakhir, kalau tidak salah hanya tinggal 1 pasien setelah saya. Dokternya habis cuti juga, jadi mungkin sejak pagi pasien sudah menumpuk.

....bersambung ke Konsultasi ke Penang (part 3)

Konsultasi ke Penang (part 1) - Antri di RS Lam Wah Ee

Sesuai rencana yang saya ceritakan di post Rencana ke Penang, saya dan suami tiba di Penang hari Sabtu, 7 Mei 2016. Hari Minggu jalan-jalan sedikit dan survei lokasi antri di RS Lam Wah Ee (LWE) tempat dr. Ng Peng Wah berpraktek, iya..segitu seriusnya :D. Terima kasih buat teman yang menyarankan untuk survei dulu sebelum hari H, jadi saat hari H sudah nggak celingak celinguk atau kecarian lagi.

Seperti sudah banyak saya baca di blog orang-orang yang sudah pernah ke LWE, kalau datang subuh masuknya melalui pintu Accident & Emergency karena pintu utama belum dibuka (tertutup jam 10 malam - 6 pagi). Pintu A & E posisinya sejajar dengan pintu masuk utama namun lokasinya lebih ke belakang, jadi jalan terus saja melewati pintu utama kemudian belok kiri.






Senin pagi saya dan suami bangun jam 4, mandi, sarapan roti di apartemen, lalu cepat-cepat jalan ke RS Lam Wah Ee (LWE) tempat dr. Ng Peng Wah berpraktek. Sampai di LWE jam 4.35, masuk melalui pintu A & E, kemudian lurus saja sampai ke daerah lobby utama, di sana banyak kursi dan sudah banyak orang. Ini penampakan sekitar pukul 4.35 hehehe...


Sekitar jam 5 kurang, petugas menyuruh kami untuk mulai antri berdiri. Dia bilang "Ikuti urutan kursinya ya, jangan potong antrian..", dan hebatnya orang-orang tertib semua, nggak ada yang nyalip. Awalnya suami dulu yang antri, kemudian gantian dengan saya.



Beberapa orang ada yang ngedeprok. Dan ternyata nggak dimarahin kok sama securitynya seperti yang pernah saya baca somewhere on the internet. Securitynya duduk aja di kursi dekat pintu masuk, atau mungkin dia masih ngantuk jadi nggak galak? Hehehe..

Pukul 6.30 mesin nomor antrian baru dinyalakan. Di sini lho lokasi si mesin ajaib yang bikin puluhan orang berbondong-bondong datang sebelum subuh...


Ada petugas yang nungguin si mesin, jadi tinggal sebutin saja kita pasien lama atau baru (mungkin kalau pasien lama harus menunjukkan kartu pasien ya?), lalu petugas yang memencet si mesin dan memberikan nomor antrian. Nomor antrian pasien lama dan pasien baru dibedakan. Saya dapat nomor 009, artinya saya pasien baru urutan ke-9 pagi itu.


Pukul 7 proses mulai pemanggilan nomor antrian dimulai, nomor yang dipanggil ditampilkan di layar dan juga terdengar melalui loud speaker. Ada beberapa loket, jadi pada saat dipanggil kita lihat & dengar kita harus menuju loket nomor berapa. Rate pemanggilan pasien lama lebih cepat dibandingan pasien baru, wajar sih ya..karena pasien baru kan harus isi-isi data dulu. Jadi kalau pasien lama sudah dipanggil sekitar 5 orang, pasien baru yang dipanggil baru 1 orang. Pukul 7.30 nomor saya dipanggil. Saya dan suami dimintai paspor dan beberapa data pribadi, prosesnya tidak sampai 10menit. Dipesankan untuk datang ke tempat praket dr. Ng pukul 10.


Pukul 9.20 saya sudah duduk manis di depan ruangan praktek dr. Ng.



Sekitar pukul 10, suster mulai manggil2in pasien, sepertinya yang dipanggil lebih dahulu adalah yang sudah on-going program. Akhirnya saya dipanggil pukul 11.45, di-wawancara sekitar 20menit seputar history TTC (trying to conceive). Data-data yang relevan dicatat oleh suster dan beberapa hasil laboratorium yang saya bawa dipinjam dulu untuk difotokopi. Selesai wawancara, suster meminta kami melakukan tes berikut ini:
1. Tes AMH : Hasil AMH yang saya bawa sudah lebih dari 1 tahun
2. Screening test IVF suami istri (HIV, hepatitis dll) : Saya sudah coba ngeles biar nggak usah tes saat itu juga, tapi nggak berhasil :D. Saya bilang, "Kan saya belum mau program bulan ini suster, mungkin masih 2-3 bulan ke depan. Nanti-nanti saja tesnya kalau saya sudah mau mulai program, jadi saya nggak rugi waktu karena kecepetan tes (umur hasil tes kan hanya 1 tahun).", eehh susternya tetap keukeuh. Dia bilang saya nggak ngerti kenapa ibu nggak mau tes, apa baru mau program tahun depan? Ya nggak juga siiih suster..tapi 2-3 bulan kan lumayaann hahaha. Akhirnya saya nyerah dehh.
3. Sperm analysis (S.A) : Katanya metode pemeriksaan mereka beda, jadi walaupun kami bawa hasil terbaru (bulan April 2016) dari RS Gading Pluit, tetap diminta S.A. ulang
4. Pap Smear : Padahal rasanya baru pap smear beberapa bulan yang lalu sama dr. Irham Suhaeimi di BIC Menteng. Ya sudah laahhh..nurut sajaaa.. :D Pap smear ini akan dilakukan oleh dr. Ng pada saat konsultasi nanti, dan hasilnya akan dikirimkan via email.

Selesai dari suster sudah pukul 12.30-an. Kami cepat-cepat ke laboratorium untuk ambil darah. Setelah makan siang, kami menuju Pusat Tabung Bayi untuk melakukan S.A. Untuuung saja kami makan siang dulu, karena ternyata waktu penerimaan sampel untuk S.A memang baru mulai kembali pukul 14.00..



Selesai S.A. pukul 15.00 kurang, akibat ruangan untuk mengeluarkan sperma hanya 1 dan ada 1 pasien yang lamaaa banget di dalam, hampir 30 menit, jadi suami menunggu lama. Kami cepat-cepat berangkat ke RS Loh Guan Lye (LGL) naik Uber.

....bersambung ke Konsultasi ke Penang (part 2)

Monday, May 2, 2016

Kenapa harus complain dulu...?

Hasil cek sperma yang kami lakukan Sabtu lalu dijanjikan keluar "di atas jam 12" hari Senin. I'm impatient as usual :P, jadi jam 8 pagi saya telepon ke klinik menanyakan, siapatau hasilnya sudah keluar, jadi suami bisa ambil on the way ke kantor. Ternyata belum, katanya nanti di atas jam 12 coba telepon kembali. Saya kemudian minta tolong agar hasilnya dikirim via email saja dan meminta agar email saya dicatat. Setelah mencatat, petugas di seberang line telepon bilang gini "Kalau email kan harus nunggu ada hasilnya ya. Nanti hasilnya ada di atas jam 12, jadi emailnya dikirim sore.". Errr..pertama, ya iya lahh email baru bisa dikirim kalau sudah ada hasilnya..kedua, kalau hasilnya sudah keluar "di atas jam 12", kenapa harus sore yaa ngirim emailnya. Emang sih sore itu termasuk "di atas jam 12". Tapi oke deh, saya diam aja, masih pagi dan lagi ga mood debat.

Jam 12.30 saya telpon ke sana lagi. Kan sudah memenuhi syarat "di atas jam 12" ya? Kali ini petugasnya lebih ramah dari yang tadi pagi. Dia bilang akan tanya dulu ke petugas laboratorium dulu, nanti saya akan ditelepon kembali.

Nggak sampai 5 menit saya sudah ditelepon. Katanya, orang laboratorium sedang sibuk karena banyak tindakan, tes saya belum selesai dikerjakan. Jadi nanti mungkin jam 2-an, ditunggu aja. Nanti kalau sudah ada, dia akan hubungi saya. Kalau belum ada, ya berarti besok. Glekkk...kok jadi ada kemungkinan besok yaa...? Saya tegaskan lagi "Oh jadi bisa aja baru keluar besok ya hasilnya?", dijawab "Ya bisa aja bu...tapi nggak sih harusnya, kan udah dari Sabtu tesnya...".

Saya konfirm ulang bahwa saya minta hasil dikirim via email. Email saya dicatat kembali karena petugas yang tadi pagi entah mencatat email saya di mana, petugas yang saat ini tidak bisa menemukan catatannya. Karena masih gemes, kira2 jam 13.00 kurang saya kirim pesan di WA klinik yang intinya bilang bahwa saya sebenarnya butuh tes itu siang ini karena akan konsultasi ke dokter nanti sore. Saya ingatkan kembali bahwa ketika tes hari Sabtu, saya dijanjikan hasilnya akan keluar "di atas jam 12", sudah sewajarnya komitmen terhadap pasien ditepati. Setengah jam setelah saya WA, saya ditelpon oleh petugas yang terima telpon saya tadi pagi. Kali ini, suaranya jauh lebih ramah dari tadi pagi. Katanya hasilnya sudah ada sudah dikirim ke email. Yippieee.....akhirnya.....Cuma, kenapa harus complain dulu...? :D

PS :
Oh ya, hasil sperm analysis-nya oke. Masih kategori Oligoasthenoteratozoospermia, tapi ada beberapa parameter yang mengalami peningkatan dibandingkan hasil-hasil terdahulu.

Sunday, May 1, 2016

Cek sperma di Klinik Teratai, RS Gading Pluit

Sabtu kemarin saya dan suami ke Klinik Teratai di RS Gading Pluit untuk cek sperma. Tujuannya supaya ada hasil yang update untuk dibawa konsultasi ke Penang. Hasil ter-update yang kami punya versi bulan Januari 2015 di Prodia, itupun hasilnya tidak bisa terpakai. Pemeriksaan morfologi dan motilitas tidak dilakukan, alasannya karena jumlah sperma kurang...hiks. Padahal jumlahnya berkisar di angka yang sama dengan pemeriksaan-pemeriksaan sebelumnya di tempat lain, dan selama ini nggak pernah dapet hasil seperti itu. Jadi nyesel banget deh cek sperma di Prodia. Waktu itu alasannya karena lokasinya paling dekat rumah. Karena kapok dengan Prodia, kali ini kami pilih laboratorium di klinik fertilitas aja deh..supaya hasilnya terjamin. Ditambah lagi lokasinya juga dekat dari rumah.

Setelah telpon Klinik Teratai di hari Jumat, dapet informasi berikut ini :
- Jam operasional Senin - Jumat pukul 8 - 2 siang (kecuali Jumat dipotong sholat Jumat), Sabtu pukul 8 - 11
- Biaya Rp 300.000
- Tidak harus membawa surat rujukan dokter
- Hasil dapat diperoleh keesokan harinya

Hari Sabtu pukul 9 pagi kami sudah sampai di RS Gading Pluit. Langsung menuju ke Klinik Teratai di lantai 4. Isi data di loket suster, kemudian diantar ke ruangan khusus untuk pengambilan sperma, sambil dijelaskan prosedurnya. Ga boleh pakai bantuan cream atau lotion seperti yang ada di wastafel, blablabla..terus ngapain disediakan di situ lotionnya? Hihihi. Saya juga nggak ngecek sih apakah botol lotionnya masih ada isinya atau nggak.

Ruangannya lumayan nyaman, ada sofa...


Ada TV (walaupun kami nggak gunakan) dam tumpukan majalah (nggak perhatiin juga majalah apa)..

Ada wastafel dan shower room...


Katanya sih ruangannya kedap suara, sayangnya suara dari luar jelas terdengar ke dalam. Selain itu, agak insecure juga karena di dalam ruangan ada jendela kecil semacam loket penghubung dengan laboratorium, tempat meletakkan sampel sperma, sayang saya lupa foto loketnya. Kalau orang laboratorium membuka jendela mereka dari sisi sebelah, kami bisa mendengarnya..

Singkat cerita, proses cek sperma berjalan lancar. Menurut suster, hasilnya selesai hari Senin, di atas jam 12 siang.

We're crossing our fingers... :)

Thursday, April 28, 2016

Some Things You Should Not Say to Your Childless Friend/Relative/Family

A few days ago I saw a friend on Facebook share an article titled “Five Things You Should Not Say to A Caesarean Woman”. I consider it very insightful. I try to remember them so I don't accidentally offend someone in the future.

Today I decide to write “Some Things You Should Not Say to Your Childless Friend/Relative/Family”. (Mainly) to let off some steam..and also to share some insights..

1. When you’re having a conversation with your childless friend about vacation, or Saturday night out, or even just about being romantic to your husband/wife, please refrain from saying “Yeah..that’s possible/doable when you don’t have any kids” (Indonesian version : “Iyalah, kalau belum punya anak sih mungkin-mungkin aja ya melakukan hal itu.”), or “Well..me and my husband/wife used to do /be like that before we have any kids.” (Indonesian version : “Dulu sih gw sama suami/istri juga gitu sebelum punya anak, tapi sejak punya anak ya ga begitu lagi.”. To you, maybe you’re merely revealing “the facts” on the difference of having kids and not. But please take some time to contemplate what it feels like for your childless friend (who may have been trying to have one) to hear comments like that. It’s like every time she/he is constantly being reminded that she/he “does not have children”.

2. Don’t just come out of nowhere and say “Why don’t you just go to the doctor and ask him/her to treat you?” (Indonesian version : Program aja ke dokter…minum obat penyubur…). You don’t know what your childless friend has been through. Maybe she/he has visited countless doctor (who suck), gone thru numerous treatments (that failed), spent millions and millions of rupiah. Maybe. So please, try to rephrase your suggestions so as not to imply that you think she/he is stupid enough that she/he has not been doing anything at all all this time and that you need to tell her/him that she/he ought to start to do “something”. Of course you can still say “I hear that dr.AAA in hospital BBB is very good, have you heard about him?”. That's as harmless as you can go.

3. As much as you think that you are a saint, who always pray correctly and hard enough, hence all your life you’ve been “lucky” enough to have all your prayers answered instantly exactly the way you wanted them to be answered, don’t say “Maybe you don’t pray hard enough.” or “Maybe you haven’t asked to God.”. (Indonesian version : Kamu belum minta kali..kan Tuhan bilang siapa yang mengetuk pintu akan dibukakan, kamu belum mengetuk kali..). Who made you God Almighty who sees everything and knows everything? You have no right to judge whether I’m worthy or not to have my prayers answered. God has His own plan for my life (and yours too), so let’s not judge each other, shall we?

4. Don’t say “No wonder you can’t have any kids.” (Indonesia version : Pantesan aja lo susah punya anak.). Maybe you meant it as a joke. But come on..think about it again..is it really supposed to be funny? And if you didn’t mean it to be a joke, how heartless and ignorant can a person be? I don’t think I need to say more on this one. Fiuhhh, recalling just those 4 kinds of comments (the no.1 - 3 have been said to me by real people, by the way) is already quite exhausting. Maybe I’ll come out with some more after this.

Rencana ke Penang

Setelah banyak browsing dan tanya sana sini, saya dan suami memutuskan untuk pergi ke Penang. Awalnya, tujuan utama kami adalah konsultasi dengan dr. Devindran di RS Loh Guan Lye. Namun setelah dipikir-pikir, kenapa nggak sekalian ketemu dr. Ng juga di RS Lam Wah Ee. Jadi lah saya buat appointment dengan keduanya di hari Senin, 9 Mei 2015. Teman saya yang pasien dr. Ng menyarankan supaya dipisah jadi 2 hari aja, supaya nggak terburu2. Tapi saya pikir coba dulu deh..siapatau bisa beres dalam sehari. Kalaupun tidak sempat, saya akan prioritaskan dr. Ng terlebih dulu karena pasien baru hanya bisa konsultasi di hari Senin, Rabu, dan Kamis; sementara ke dr. Devindran masih bisa Selasa.

Step yang saya lakukan untuk masing-masing dokter tersebut :
1. dr. Devindran
- Saya kirim email ke alamat email pribadi beliau (mdevindran@gmail.com), saya dapat alamat email ini dari teman yang sudah pernah konsultasi dengan beliau. Saya tunggu 1 hari belum ada balasan dari beliau.
- Saya email kembali ke alamat email yg tercantum di website RS Loh Guan Lye (grace@lohguanlye.com, lbmhns@gmail.com). Saya terima balasan dari Grace (Embryologist), ia menginformasikan jadwal praktek dr. Devindran dan juga jadwal cuti beliau. Saya disarankan datang setelah haid selesai.
- Setelah diskusi tanggal yang pas dengan suami, saya menghubungi contact person RS Loh Guan Lye bernama Miss Linda untuk dibuatkan appointment. Saya dapat contact numbernya dari teman saya yang sering berobat ke RS Loh Guan Lye. Responnya cepat sekali dan ramah, yang dibutuhkan hanya foto paspor saya dan suami serta alamat lengkap di Jakarta. Nanti ketika sampai di sana, kami tinggal serahkan paspor ke counter pendaftaran untuk dicocokkan datanya.

2. dr. Ng
- Saya kirim email ke Nurse Low (lowbk@hlwe.com), dibalas tidak sampai lewat 1 hari. Nurse Low menginformasikan jadwal dr. Ng. Di RS Lam Wah Ee, pendaftaran tidak bisa dilakukan via email. Jadi konfirmasi via email hanya dibutuhkan untuk mengetahui apakah pada tanggal yang kita rencanakan dokter sedang cuti atau tidak. Sedangkan untuk pendaftaran, tetap harus dilakukan langsung di sana.

Tiket berangkat sudah dibeli. Tinggal booking penginapan, rencananya akan booking apartemen Ko Eric di Mewah Court; dan beli tiket pulang.

Wish us luck! :)

Tuesday, April 19, 2016

Hosh..hosh..hoshh...

Hari ini jadwal cek darah karena nanti malam mau konsultasi ke dr. Aru, hematologku. Yang mau dicek adalah Agregasi Trombosit dan INR. Untuk cek Agregasi Trombosit, harus puasa minimal 10 jam, jadi saya terakhir makan jam 11 malam tadi. Rencana tes di Lab Hemostasis, RSCM Kencana.

Jam 9.30 udah sampai di Kencana, di-drop suami. Nyampe di Lab Hemostasis, lagi ada bapak2 habis diambil darah, tapi masih duduk di kursi pasien gara2 dia masih mikir mau cek apa lagi, biar ga bolak balik ambil darah katanya. Saya kasi surat pengantar cek darah ke salah seorang petugas di situ, terus kertasnya diletakkan di atas meja. Suster yang menangani si bapak datang dari ruangan dokter, terus mereka ngobrol2 deh. Saya berdiri aja terus di pintu, sambil nunggu ada petugas yang mempersilakan saya duduk, tapi ya gimana...bapak itu masih aja duduk di situ sambil terus ngobrol2 dengan si suster. Petugas yang tadi menerima surat pengantar saya udah ga keliatan. Tinggal ada 1 ibu2 petugas yang tadi ngambil darah si bapak, lagi ngasi label2 di sampel darah si bapak. Sama 1 bapak2 petugas, lagi mau ganti tinta printer. Intinya saya dicuekiiiin. Ada kali 10 menit saya berdiri doang di pintu itu, cengok.

Akhirnya si bapak berdiri dan keluar ruangan, fiuh. Saya masih dicuekin. Terus saya duduk aja sambil bilang ke si ibu petugas yang masih ngasi2 label "Saya boleh duduk ya buuu...", dia noleh ke saya seperti kaget kalo ternyata dari tadi ada manusia. Kemudian dia melayani saya. Ternyata oh ternyata...mesin agregasi-nya lagi rusak booo...si ibu bilang teknisi yang akan memperbaiki sudah di jalan menuju Kencana. Tapi jadinya dia tidak bisa janjikan hasil bisa selesai dalam 2 jam. Haduhhh bingung...masalahnya nanti malam kudu harus bawa hasil itu untuk ketemu dokter. Akhirnya saya bilang oke lah, tetap cek di situ, dengan risiko harus nunggu entah berapa jam. Darah saya diambil, terus disuruh tunggu sebentar di luar, darahnya mau "diputar" dulu. Si ibu juga bilang dia akan telpon teknisi untuk tanya sudah sampai di mana. Setelah menunggu 5 menit, saya iseng ngelongok lagi ke ruangan, eehhh ternyata katanya belum ada teknisi yang bisa dikirim ke sana. Zzzzzzz. Akhirnya saya putuskan ga jadi cek di situ, saya minta maaf & bilang saya mau cek di Prodia aja. Surat pengantar saya yang lagi diinput saya ambil. Ibu tadi cuma bilang "Ibu kayanya nanti harus ambil darah lagi deh, Prodia ga mau terima darah dari kita.", ga pake minta maaf hehehe...Oke buuuu, emang saya mau langsung ke Prodia koookk... :D

Saya cepet2 naik taxi ke Prodia Kramat. Di sana, dapet kabar buruk lagi. Agregasinya baru bisa keluar hasil besok, karena dokternya lagi nggak ada. OMG! Akhirnya saya putuskan cek INR aja di situ. Saya mau coba cek Agregasi di RS Cikini. Untuk jaga2 incase nggak bisa, makanya INR-nya di Prodia aja. Seperti biasa, minta hasilnya dikirim via email. Habis itu langsung naik ojek dari depan Prodia. Sambil WA temen2 yang pasien Cikini, nanya di mana lokasi lab-nya.

Sampai di Cikini, langsung menuju pendaftaran lab, udah dag dig dug bisa apa nggak, karena pernah dapet kabar mereka ga terima pasien luar. Ternyata bisa, selesainya jam 4 sore katanya. Emmmm...sore juga yahhh...tapi ya udah lah, daripada nggak. Diambil darah lagi untuk ketiga kalinya, petugasnya bilang hasilnya bisa diambil jam 2-an yeayyy!!!

Beres semua untuk nanti malam.

Hasil lab hari ini :
1. Agregasi Trombosit (setelah minum Aptor 100mg 1x1 sekitar 1 bulan) : Max % 10/5/2.5/1 67.6%/51.7%/24.7%/6.8%

2. INR (setelah minum Simarc2 10 hari, stop 5 hari karena haid, kemudian lanjut lagi 14 hari) : 2.4

Malam ke dr. Aru, sudah daftar sejak 3 mingguan yang lalu, dapat antrian nomor 7. Dokter baru mulai praktek jam 8. Jam 9 kurang saya sudah dipanggil, yeay.

Hasil konsultasinya :
1. Agregasi Trombosit normal, artinya sudah membaik dibandingkan sebelumnya hiperagregasi. Namun targetnya adalah hipoagregasi. Dokter tanya saya selama ini minum obat apa. Saya bilang 1 bulan terakhir minum Aptor karena Cardio Aspirin waktu saya mau beli sedang tidak ada. Dokter bilang "Aptor? Kok kaya bahan bakar pesawat namanya?" wkwkwk. Saya disarankan minum Cardio Aspirin aja, istilahnya kalo tas "original", jangan minum yg kw :D. Dosis Cardio Aspirin 100mg 1x1, diminum malam seperti biasa. Cek ulang 1 bulan yang akan datang.
2. INR 2.4 sudah oke, tinggal di-maintain saja, lebih bagus lagi kalau mendekati 3. Dosis Simarc2 tetap 2x1, diminum malam seperti biasa. Cek setiap 2 minggu.
3. Dokter tanya2 soal timeline IVF. Terus saya tanya soal stop Simarc2 sebaiknya sejak kapan, karena menurut teman2 biasanya obgyn suruh stop 3 hari sebelum OPU (untuk mencegah risiko pendarahan). Dokter sarankan begitu stop Simarc2, langsung switch suntik Lovenox. Di jalan pulang, saya baru ngeh kalo begitu nggak menghilangkan risiko pendarahan dongg. Kemungkinan karena dokter nggak familiar dengan prosedur OPU. Konsul berikut rencananya saya akan bawa timeline IVF dan tanya lebih lanjut mengenai hal ini.

Rincian biaya hari ini :
INR (Prodia) : Rp 257.000
Agregasi Trombosit (RS Cikini) : Rp 232.000
Konsultasi dr. Aru : Rp 690.000
Obat :
- Cardio Aspirin 30 butir : 197.000
- Simarc2 60 butir : 55.000
Total : Rp 1.431.000

Nah siapa yang bilang orang yang belum punya anak itu nggak banyak biaya yahhh....? Hm? Hm?